Satu

"Sah.."

"Sah! alhamdulilah." Semua orang menyaksikan dan mendoakan ijab kabul di pernikahan Alvin dan Diana.

"Terima kasih sayang,  karena sudah mau menerimaku apa adaya." Diana mencium telapak tangan Alvin.

"Aku juga terima kasih,  kamu mau bersamaku." Alvin mencium kening Diana.

Semua orang bertepuk tangan dan satu persatu mulai menangis haru karena pasangan tersebut sudah sah menjadi suami istri.

🍀🍀🍀

3 Minggu kemudian...

Diana sedang menyiapkan makanan untuk Alvin. Ini adalah makanan kesukaannya yaitu ayam goreng,  terong balado. Ia mengeluarkan Tupperware dan memasukan nasi serta lauk pauknya.

Lalu,  Diana mengambil tas nya dan memasukan tupperware itu. "Hampir lupa,  jus jeruknya." Ia membuka kulkas dan mengambil botol berisikan jus jeruk yang sudah di persiapkannya.

Setelah selesai,  Diana masuk ke dalam mobilnya. Mobil berwarna merah yang di belikan oleh Alvin. Setelah menikah selama seminggu. Suaminya itu sangat romantis dan perhatian. Katanya kalau naik motor nanti kepanasan dan kehujanan. Lebih baik naik mobil, dan akhirnya dibelikan. Ukurannya tidak terlalu besar,  karena hanya untuk sendiri.

Alvin mempunyai kantornya sendiri,  karena mempunyai usaha perdagingan import dan ekspor. Dari dulu memang Alvin sudah bisa menjalankan bisnisnya sendiri tanpa meminta uang kepada orangtuanya.

Tidak terasa selama perjalanan,  Diana sudah sampai lagi di gedung Kingbeef, itulah nama perusahannya. Ini sudah termasuk perusahaan menengah atas. Banyak pegawainya juga dan pemasukannya juga sudah
Ratusan per bulan.

Diana masuk ke dalam kantor dan bertemu dengan resepsionis. "Pak Alvin ada?"

Resepsionis yang bernama Kiki itu mengangguk dan tersenyum. "Ada bu."

"Ok, terima kasih." Diana naik ke atas menggunakan lift.  Ke lantai paling tinggi yaitu lantai 10.

Ting! Sesampainya disana,  Diana masuk ke dalam ruangan Alvin tanpa mengetuknya.

Alvin yang sedang melihat dokumen-dokumen terganggu karena ke hadiran seseorang tanpa mengetuk pintu ruangannya dulu.

"Kalau masuk bisa mengetuk dulu."

Diana terkikik sendiri. "Kalau istri sendiri harus ketuk juga?"

Alvin menatap ke depan. "Astaga sayang,  kenapa ga bilang kalau mau kesini?"

Diana melangkah mendekati Alvin. "Suprise hehe,  ada sesuatu yang ingin aku katakan dan ini sangat sangat sangat penting. Dan juga aku membawakan makan siang. Karena aku tau kalau kamu akan lupa dengan kondisi perutmu sendiri."

"Kamu sangat pengertian. Mendekatlah dan peluk aku." Pinta Alvin.

Diana jalan memutari meja dan memeluk Alvin. Alvin pun tenggelam dalam pelukan di perut Diana. "Rasanya lebih tenang dan rileks. Oh ya apa yang ingin kamu katakan? Aku tidak sabar."

Diana mengusap kepala Alvin. "Dari awal kita menikah sampai sekarang sudah berapa hari?"

"3 Minggu?"

Diana mengangguk. "Ternyata kamu menghitungnya juga. Aku senang kamu selalu perhatian dengan keluarga yang akan kita bangun dan cinta kita yang tidak akan pudar."

"Jadi apa yang ingin kamu katakan? Aku sudah tidak sabar diana." Alvin melepaskan pelukannya dan menatap Istrinya itu.

"Ok, sebentar." Diana mengambil amplop putih di dalam tasnya. Dan memberikannya kepada Alvin. "Bacalah."

Alvin menerima amplop itu dan kebingungan. "Apa ini? Ayolah aku tidak suka tebak-tebakkan Diana."

Diana menghembuskan nafasnya kesal. "Kamu ga romantis banget, aku hamil. Kemarin aku coba tes pake tespack dan hasilnya positif. Terus aku penasaran apa ini benar atau tidak. Akhirnya aku ke rumah sakit dan mengecek segalanya. Ternyata benar aku hamil."

Alvin berdiri sangking kagetnya dan memeluk Diana. "Alhamdulillah aku senang mendengarnya. Aku akan menjadi ayah. Aku akan menjadi ayah!"

Diana tersenyum malu. "Jangan teriak,  nanti semuanya bisa dengar. Malu."

"Kenapa mesti malu? Ini anakku, maksudku anak kita. Dan aku berharap laki-laki."

"Aku apa saja yang penting sehat." Alvin melepaskan pelukannya dan membuka amplop yang di berikan Diana. Membaca setiap tulisan itu dan disana juga ada foto usg.

Alvin mengkerutkan dahinya. "Berapa usia ke hamilanmu Diana?"

Diana mengusap perutnya sambil tersenyum. "1 Bulan ayah."

Plak! Alvin menampar Diana dengan kencang sampai-sampai Diana terjatuh ke lantai.

"Kamu kenapa?" Tanya Diana, ia kaget ketika di tampar oleh Alvin. Ini pertama kalinya. Alvin sekasar ini padanya.

"1 bulan! Tapi kita baru menikah selama 3 minggu Diana!" Teriak Alvin marah.

"Sayang dengarkan aku dulu,  hitungannya bukan begitu."

Alvin menendang kaki Dian. "Pergi! PERGI DIANA! Pulanglah."

Diana mencoba berdiri. "Aku mohon dengarkan aku dulu."

Alvin berbalik dan duduk di kursinya. "Aku muak denganmu,  pulang!"

"Aku akan menunggumu pulang,  sampai jumpa sayang." Diana pergi keluar dari ruangan suaminya. Hatinya remuk,  belum sempat ia menjelaskan segalanya. Alvin sudah marah dan tidak terima dengan janin yang ada di rahimnya. Padahal ini anaknya. Buah cinta ia dengan Alvin.

Alvin mengatur nafasnya yang sedang memburu. Pikirannya bekecambuk,  dengan siapa Diana melakukan hubungan intim sebelum mereka menikah. "Sial!  Aku kecolongan pantas saja saat malam pertama Diana tidak mengeluarkan darah segar dari vaginanya. Dan aku juga baru melakukannya beberapa kali dengan Diana tidak mungkin langsung menghasilkan. Aku tidak percaya,  pokonya siapapun laki-laki yang menghamili Diana akan aku hajar."

Alvin membanting makanan yang diberikan Diana padanya hingga berhamburan di lantai. Dan membuat nya kotor. "Agggghhhh!!!! Wanita kotor! Aku akan membalasmu karena sudah berani main belakang."

🍀🍀🍀

Gatau kenapa tiba2 pengen bikin cerita dengan konflik seperti ini.  Jangan lupaa vote dan komentar nya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top