lima 2
Iwan menemui Lio dan Alvin yang sudah berada di ruang tamu. Suasana mencengkam, mereka saling tatap.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Iwan dengan tatapan yang tidak suka.
Lio tersenyum. "Maaf jika kedatangan kami sangat mengganggu istirahat besan."
"Jangan katakan besan."
Lio mengangguk. "Ayolah pak Iwan, kita teman bukan. Maafkan anak saya yang sudah berprilaku tidak baik di hadapan bapak dan ibu serta Diana."
"Langsung saja to the point!" Tegas Iwan.
"Ok, jadi begini Alvin dan Diana tidak bisa bercerai. Apalagi sedang ada anak yang dikandung Diana."
Iwan tertawa keras. "Anakmu saja tidak mengakui itu adalah anaknya. Kenapa anda begitu yakin kalau itu cucumu."
"Setidaknya biarkan anak itu lahir dulu. Baru mereka bisa bercerai."
Iwan menggelengkan kepalanya. "Anak saya bukanlah boneka, yang bisa kalian permainkan. Saya tau niat anda kesini Pak Lio, anda begitu takut aib keluarga anda tercoreng akibat kelakuan anak anda sendiri yang sudah bercerai bahkan belum setahun."
Lio menegang, "Ya! Memang itu yang aku khawtirkan. Ayolah pak Iwan, keluarga kita akan sama-sama malu di hadapan rekan bisnis dan semua orang. Kalau anak kita cerai secepat ini."
"TIDAK! Saya tidak peduli dengan semua itu. Anak saya adalah harta bagi saya. Dan selagi saya masih hidup, tidak boleh ada yang menyakiti anak saya. Apalagi dia disakiti oleh suaminya sendiri." Iwan teguh, menolak semua rayuan Lio.
Alvin bersujud di kaki Iwan. "Maafkan aku pih, aku berjanji tidak akan menyentuh dan memperlakukan Diana seperti kemarin lagi. Bahkan, jika memang Diana mau disini. Aku akan membiarkannya bersama kalian. Kasian anak Diana nanti kalau kami bercerai. Dia tidak akan di akui secara hukum."
Iwan menatap istrinya yang berada di lantai dua. Istrinya mengangguk. Karena itu adalah alasan logis. Kalau Diana melahirkan, nama siapa yang akan di tulis dalam Aktanya kalau Diana sudah bercerai. Apalagi di perceraiannya. Diana dinyatakan belum hamil. Alvin tidak mengakui anak itu. Semuanya akan semakin rumit dan panjang.
Iwan menghembuskan nafasnya keras. "Duduklah Alvin, baiklah. Kalian tidak akan bercerai. Tapi, Diana akan tetap tinggal disini. Kamu tidak di perbolehkan kesini kalau Diana tidak menyuruhmu."
Alvin mengangguk. "Terima kasih pih." Alvin melakukan ini agar ayahnya senang. Dan tidak terkena serangan jantung seperti tadi.
"Pulanglah." Iwan mengusir Lio dan Alvin dari rumahnya. Ia sangat muak dengan keluarga yang mementingkan kehormatan dibandingkan keluarganya sendiri.
'Kehormatan tidak akan menyelamatkan dan menolongmu di Dunia. Hanya keluarga saja yang akan membantumu'
Diana mundur perlahan, ia sudah mendengar semuanya. Kenapa Alvin seperti ini hanya untuk sebuah kehormatan. Dia tidak jadi menceraikannya.
"Mih, aku sudah tidak mau sama dia mih! Hatiku terlalu sakit. Di lukai satu atau dua kali, aku masih bisa bertahan mih. Tapi setiap hari diperlakukan seperti itu. Aku tidak bisa mamih!" Teriak Diana histeris.
Titi memeluk anaknya. "Sayang sayang, Kamu dengarkan. Alvin tidak akan membawamu pulang. Dia akan membiarkanmu disini."
Diana menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya, apalagi tadi ia sempat melihat wajah Alvin yang menatapnya dari lantai satu. Ada senyuman yang tersirat didalamnya.
"Lindungi aku mih, aku tidak mau bertemu lagi sama dia."
"Iya sayang, kamu aman di rumah ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top