Lima
Suasana menjadi tegang dan penuh dengan amarah. Orangtua Diana, langsung membawa anaknya pergi dari rumah setelah mengetahui kalau Alvin tidak mengakui anak yang sedang di kandung Diana.
Selam perjalanan pulang ke rumah, Diana menangis di pelukan mamihnya. Ia meminta maaf kepada orangtuanya karena tidak bisa mempertahankan pernikahan yang baru seumur jagung.
"Tidak apa sayang, ini semua bukan kemauanmu." Ucap Mamih Titi.
"Aku sudah membuat nama keluarga kita jelek papih mamih."
"Bukan kamu! Tapi Alvin yang membuat jelek keluarga kita." Ucap Tegas Papih Iwan. "Papih akan menghubungi orangtua Alvin, dan bilang bahwa anak mereka sudah memulangkan istrinya. Lalu papih akan meminta mereka untuk cepat mengurus perceraiannya."
Diana menganggu, namun teringat sesuatu. "Pih, ayah Alvin punya penyakit jantung."
"Papih tidak peduli." Diana hanya bisa terdiam tanpa membalas perkataan Papihnya.
***
Kabar bertengkarnya Diana dengan Alvin telah terdengar oleh Ayah Alvin yang bernama Lio. Dia benar-benar marah kepada anaknya itu. Hari itu juga, ia berangkat ke rumah anaknya.
"Alvin!!!!" Teriak Lio.
Alvin yang sedang melamun di kamarnya pun terkaget mendengar teriakan ayahnya.
"Ayah.. Kapan ayah kesini? Tumben, ada apa ayah?" Tanya Alvin baik-baik.
Lio langsung mencengkram leher anaknya. "Kamu mempermalukan aku dihadapan papih Diana. Dimana otak kamu hah!"
Alvin kesusahan bernafas. "A..aayah.. Ak..aku bisa je..laskan."
Lio melepaskan cengkramannya. "Jelaskan!"
"Diana hamil, aku begitu senang. Tapi, saat ditanya berapa usia kehamilannya. Dia mengatakan satu bulan, padahal pernikahan kita belum sampai satu bulan."
Lio mengkerutkan dahinya. "Jadi maksud kamu, Diana selingkuh?" Alvin mengangguk. "Tidak mungkin, Diana anak baik-baik. Ahh jantungku."
"Ayahh!" Alvin memapah ayahnya untuk duduk di sofa ruang tamu. "Alvin bawakan minum dulu." Ia berlari ke dapur, membawakan segelas air putih buat ayahnya.
"Kamu.. Jangan ceraikan Diana! Ayah ga mau ada rumor jelek terhadap keluarga kita."
"Tapi--"
"Tidak ada tapi, kamu boleh pisah ranjang seperti sekarang. Tapi sebelum anak itu lahir. Kamu tidak boleh menceraikannya. Itu akan menjadi aib bagi keluarga kita."
Alvin mengangguk. "Ayah, aku juga mempunyai kekasih. Bagaimana selama menunggu cerai aku menikahi kekasihku?"
Lio menampar anaknya. "Bodoh! Kamu akan lebih mempermalukan keluarga kita jika sampai itu terjadi. Tidak ada pernikahan selama kamu menjadi suaminya Diana. Sampai ayah tau, kamu berbuat sesuatu. Ayah tidak akan segan-segan mengeluarkanmu dari keluarga."
***
Seminggu kemudian..
"Anak mamih jangan sampai tidak makan dong kasihan anaknya kelaparan.. Makan dulu yaa." Ucap Titi.
Diana tersenyum. "Diana sedang tidak lapar mamih, nanti kalau Diana lapar. Diana akan makan sendiri ko."
"Ok kalau gitu, kapan akan ke dokter? Kita perlu mempriksakan kandunganmu."
Diana mengusap perutnya. "Nanti minggu depan aja mih, aku sekarang lagi ga enak badan untuk sekedar keluar rumah."
Tok..tok.. Pintu di ketuk oleh seseorang dari luar.
"Masuk." Ucap Titi.
"Maaf menganggu nyonya, di ruang tamu ada Pak Alvin bersama orangtuanya datang." Ucap Asisten Rumah Tangga.
"Mau apa mereka kemari, bilang pada mereka tunggu sebentar. Saya akan memberitahukan tuan di ruang kerjanya."
"Baik nyonya, saya permisi"
Diana mengenggam tangan mamihnya. "Mau apa mereka mih? Diana takut."
"Tenang aja, semua ada papih. Semuanya akan beres. Percaya deh."
"Makasih mih pih."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top