Enam
Baru aja kemarin Alvin meminta maaf kepada papihnya. Kini suami Diana itu mengirimkan beberapa bunga serta ucapan maaf dari Alvin.
"BUANG! Buang semua pemberian dari Alvin." Titah Diana kepada ART nya.
"Baik non." Semua bunga pemberian Alvin dibuang ke tong sampah. Diana sudah tidak bisa memaafkan seseorang karena selingkuh.
"Sayang, kenapa pagi-pagi marah-marah." Tanya Titi.
"Ini mih, Alvin memberikan beberapa bunga kepadaku. Aku tidak suka mih."
Titi mengusap rambut anaknya. "Kalau begitu kita duduk saja ya, jangan dipikirkan Alvin. Fokus kepada anak yang ada di dalam kandunganmu saja."
Diana mengangguk, lalu mengusap perutnya yang masih datar. "Mih, 9 bulan itu masih lama. Kenapa perceraiannya tidak bisa dilaksanakan sekarang aja."
"Mamih dan papih maunya juga begitu, tapi bagaimana dengan status anakmu nanti sayang. Pikirkan itu juga."
"Mamih benar juga."
***
"Sudah kau kirim bunga untuk Diana?" Tanya Lio.
"Iya ayah, semua perintah ayah sudah Alvin lakukan." Jawab Alvin di Telepon.
"Bagus kalau begitu, setiap hari kamu berikan bunga kepada Diana. Buat dia tidak marah lagi. Dan agar orangtuanya tidak marah padamu lagi."
"Siap ayah." Lio mematikan teleponnya.
Alvin memandang arlojinya. Ia telat ke kantor hanya untuk mampir ke toko bunga dan membelikan sebuket bunga untuk Diana. Semua itu perintah dari ayahnya. Karena dia tidak mau nama baik keluarganya hancur.
Alvin masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya ke kantor. Ia tidak fokus melihat kejalan. Sampai-sampai ia menabrak seseorang.
"Aishhh!" Alvin keluar dari mobil dan melihat seorang anak kecil yang terluka. "Adik tidak apa-apa?"
"Om kenapa sih ga liat jalan, untung aja, aku cuman terjatuh. Kalau tertabrak om. Mungkin aku udah ga ada disini."
"Maafkan om ya, mau om bawa ke dokter."
"Zezeees! Kata ibu juga tunggu sebentar. Aduhh kamu kenapa?"
"Ini mah, tadi zezes hampir mau ke tabrak sama om ini." Tunjuknya kepada Alvin.
Alvin menunduk. "Maafkan saya bu, mari saya bawa anaknya ke dokter."
Ibu zezes menatap anaknya. "Sepertinya tidak ada yang mengkhawatirkan. Lagian ini juga salah anak saya yang menyebrang."
"Kalau begitu." Alvin mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa uang kepada anak itu. "Ini buat kamu jajan ya."
"Eh ga usah pak."
"Ga apa-apa ko bu. Saya ikhlas, ibu lagi hamil?"
Ibu itu mengangguk. "Ya pak, saya sedang mengandung anak kedua. Tapi yah, suami saya pergi begitu saja sama wanita lain."
Alvin menjadi kikuk. "Oh kalau begitu jaga kesehatan ibu dan adik jaga ibumu ya. Saya pamit."
"Ya pak, makasih."
Alvin masuk ke dalam mobilnya lagi, mengingat anak itu. Apakah nanti ia akan memiliki anak dan memarahinya ketika berbuat nakal? Ia jadi kepikiran dengan keadaan Diana yang sedang hamil sekarang. Apakah dia mengidamkan sesuatu untuk dimakan?
"Aku bukan lelaki beruntung, yang bisa memenuhi keinginan istri saat hamil, mengusap perut istri dan mencium perutnya. Andai saja istrinya tidak selingkuh. Mungkin semua itu akan terjadi."
***
Diana bosan di rumah setiap hari, jadi ia memutuskan untuk pergi ke pasar tradisional untuk sekedar berjalan-jalan. Tidak ditemani mamih, karena mamih terlihat tertidur pulas.
"Ini berapa ya pak?"
"Udang 70 ribu sekilo Bu. Asli Bu ini bagus besar-besar lagi Bu, di buat asam manis enak sekali bu. Suami di jamin betah dirumah kalau dimasakin yang enak-enak kaya gini."
"Bapak bisa aja. Saya beli satu kilo saja. Sekalian sama kerang daranya satu kilo."
"Baik Bu." Selesai bertransaksi, Diana berjalan menyusuri pasar. Beli sayuran dan buah-buahan untuk pelengkap nustrisi sang bayi.
Tiba-tiba saja kakinya tergelinsir. "Aduhhhh ehh ga jatoh."
"Lain kali kalau ke pasar itu minta temenin siapa saja. Jangan sendirian!" Ucap Alvin keliatan marah karena Diana pergi sendirian.
Diana melepaskan diri dari Alvin. "Ngapain kamu ke sini?"
"Menjagamu... Atas titahan orangtuaku."
Diana tersenyum sinis. "Aku tau kalau kamu tidak mungkin melakukan itu secara sukarela. Sebaiknya kamu pulang dan tinggalkan aku sendirian. Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Menjaga diri? Tadi saja kamu hampir membahayakan bayimu Diana! Jangan keras kepala!" Alvin membawa tas belanja yang dipegang Diana. "Ibu hamil tidak boleh membawa beban berat. Mau belanja apalagi?"
"Brokoli hanya itu."
"Disana kayanya ada. Ayo..." Alvin menarik tangan kiri Diana. Disini, pertahanan Diana sedikit goyah dengan perhatian kecil dari suaminya itu. Mati-matian Diana meyakinkan diri untuk tidak terhasut oleh tipu daya suaminya. Semua itu palsu, dia melakukan ini semua perintah dari orangtuanya. Kalau bukan dia tidak akan ada disini.
"Beli 5 saja brokolinya pak."
"Kalian pasangan serasi, ibunya cantik bapaknya tampan. Semoga anaknya cantik dan tampan juga." Ucap bapak sayur.
"Terima kasih pak, tapi kami hanya teman." Ucap Diana.
Cengkaraman Alvin di tangannya mengkuat. Apa dia terluka dengan ucapannya? Mana ada pria macam dia yang merasa tersakiti. Itu hanya tipu daya belaka.
Keluar dari pasar tradisional. Diana mengambil semua belanjaan yang dibawa Alvin.
"Terima kasih sudah menjagaku walau aku tau kalau kamu tidak ikhlas. Dari sini aku bisa pulang sendiri."
"Apakah kita bisa tidak bertengkar sehari saja?" Tanya Alvin, Diana tidak menjawabnya. Berjalan dengan cepat ke mobil dan pergi meninggalkan Alvin.
Alvin berbalik ketika melihat mobil Diana semakin menjauh dari pandangannya. Orangtuanya bersikukuh untuk membawa Diana kembali ke rumah. Jangan mempermalukan keluarga. Tapi, hati Diana kini seperti batu yang sulit untuk di hancurkan.
Saat tukang sayur tadi menanya, Diana menjawab kalau mereka hanyalah teman. Hatinya sedikit sakit mendengar kata 'teman' dari mulut Diana. Apakah wanita itu benar-benar ingin berpisah darinya?
"Tidak! Akan aku buat Diana kembali padaku. Setidaknya sampai anak itu lahir."
***
Mampir juga ke akun Dreame aku ya kak... Disana ada cerita obsession Chris yang bisa dibeli dengan harga murah...
Nama akunnya Hilda yahilda.. terima kasih..
Lanjut?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top