Empat 2
Diana mempersilahkan orangtuanya masuk. Ia membawa barang-barang bawaan orangtuanya ke ruang tamu.
"Papih sama mamih mau makan? Diana sudah memasak sesuatu." Tanya Diana.
Papih yang bernama Iwan menatap keseliling rumahnya. "Kemana suami kamu? Ko ga kelihatan? Padahal ini masih pagi."
Diana kelagapan. "Dia lembur di kantornya pih. Jadi ga pulang."
Papih mengangguk. "Kamu beruntung mempunyai Alvin yang bekerja keras dan bertanggungjawab kepada kamu."
Diana tersenyum kecil. "Papih mamih istirahat dulu, aku akan siapkan teh manis hangat dan kopi untuk kalian." Ia berlari kecil ke arah dapur. Jantungnya berdebar, bagaimana kalau Papihnya tau, bahwa rumah tangganya sedang tidak baik-baik saja.
Diana kembali ke ruang tamu, dengan membawa nampan. "Silahkan diminum pih mih."
Mamih yang bernama Titi tersenyum. "Terima kasih sayang."
"Mamih papih, Diana tinggal sebentar ya." Diana pergi ke kamar, dan menghubungi suaminya itu beberapa kali tapi tidak di angkat.
Untuk yang ke tiga kalinya baru diangkat. "Hallo Al."
"Hallo istrinya Alvin."
Diana mengkerutkan dahinya. "Kamu siapa?" Tanyanya.
"Aku pacar Alvin, ada yang akan disampaikan?" Jawabnya.
Diana memegang dadanya yang terasa sakit. Ternyata benar feelingnya, bahwa suaminya itu berselingkuh. Nikah belum ada setahun, dan semuanya sudah kacau balau.
"Sampaikan padanya, bahwa ada orangtuaku datang."
"Ok. Bye." Telepon itu dimatikan oleh wanita Alvin. Diana menangis di dalam kamar tanpa ada seorang pun yang tau.
***
Alvin mengambil hpnya yang sedang di pegang oleh Laura. Ia menatap hpnya.
"Kenapa mengangkat telepon orang tanpa izin?" Tanya Alvin.
"Maaf, aku takutnya penting karena dia terus menghubungimu." Jawab Laura.
Alvin menatap riwayat telepon. "Diana! Apa yang dia katakan padamu?"
"Katanya dia udah meminta orangtuanya datang ke rumah. Itu saja, dan dia minta aku kasih tau kamu."
"Kamu ga ngomong yang aneh-aneh kan?"
Laura menggelengkan kepalanya. "Engga."
Alvin mencium kening Laura. "Ini rumit buat aku, jadi aku harus pulang lebih dulu. Kamu mau ikut pulang bersamaku?"
Laura menggelengkan kepalanya. "Aku butuh penjelasan dari kamu sayang."
"Aku akan jelaskan nanti. Setelah semuanya selesai."
"Ok, kalau begitu. Aku tidak akan ikut bersamamu. Urus saja semua urusanmu sampai selesai. Dan datanglah padaku setelah semuanya selesai."
Alvin tersenyum. "Aku menyayangimu." Ia mencium kening Laura, lalu pergi menuju rumahnya.
Pikiran Alvin kini penuh dengan pertanyaan dan buruk sangka kepada Diana. Apa istrinya itu mengatakan kepada orangtuanya tentang sikapnya selama ini. Kalau itu terjadi, ia juga bisa mengatakan kalau anaknya sudah selingkuh dan hamil anak orang lain.
Sesampainya di rumah, Alvin masuk dan mendapati mertuanya duduk di ruang tamu.
"Mih pih." Alvin salam kepada mertuanya itu.
"Akhirnya kamu pulang juga. Pasti lelah ya?" Di luar dugaan alvin, mertuanya tidak marah melainkan bersikap seperti biasa.
"Ya pih, lelah sekali di kantor banyak kerjaan."
"Kalau begitu masuklah ke kamarmu, istirahat dan sekalian temui istrimu. Dari tadi dia belum keluar kamar."
"Oh baiklah, aku tinggal ya mamih papih." Alvin masuk ke kamar dan menemui Diana yang sedang menatap ke foto pernikahan mereka.
"Diana?" Panggil Alvin.
"Kamu tau, kalau aku paling ga suka sama orang yang selingkuh."
Alvin mendekati Diana, namun istrinya itu berdiri dan menjauh darinya. "Aku selingkuh karena kamu duluan yang selingkuh dariku!"
"Kamu punya bukti kalau aku selingkuh? Engga kan?"
"Ada! Anak yang kamu kandung itu buktinya."
Diana tersenyum. "Ya! Terus saja anggap anak ini hasil perselingkuhanku dengan pria lain. Biar waktu yang menjawab semuanya."
"Aku tidak pernah takut, karena semua yang aku katakan benar adanya." Alvin tetap teguh dengan pendiriannya.
"Ok, Aku sekarang meminta kepadamu. Aku akan pulang bersama orangtuaku. Jangan pernah temui aku, bahkan kalau anak ini lahir dan mirip denganmu. Jangan pernah akui ini adalah anakmu! Aku tidak akan pernah sudi. Dan aku berubah pikiran tentang tes DNA, lupakan saja. Sampai kapan pun kamu bukanlah ayahnya!" Diana pergi melewati Alvin dan membawa koper yang sudah di siapkannya daritadi sebelum Alvin datang ke rumah.
"Surat perceraian akan datang kepadamu. Diana!"
Langkah Diana terhenti. "Aku siap menerima surat itu. Aku tunggu."
Diana menemui orangtuanya. "Mamih papih, aku ingin pulang bersama kalian."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top