» 𝟏𝟎 «
╔.★. .════════════════╗
childbirth
╚════════════════. .★.╝
"Na Levi"
Yang dipanggil hanya berbalik tanpa bersuara, membuat Hange langsung melanjutkan kalimatnya.
"Aku punya saran untuk nama anakmu," Hange terlihat sangat bersemangat, sangat kontras dengan Levi yang terlihat heran.
Ya, Levi sudah bisa menebak seberapa aneh nama yang akan diusulkan Hange. Tapi daripada Hange menjadi rewel Levi memutuskan untuk mengikuti apa maunya.
"Apa?"
"Sawney!" Ujarnya masih dengan semangat yang sama, "Tapi kalau perempuan namai saja dengan Sonia, tidak beda jauh!"
"Tidak"
Dengan dramatisnya Hange menggebrak meja, "Eeh Kenapa?! Itukan nama yang bagus"
Levi menghela nafasnya, "Ya, tapi nama itu pasti dari referensi titan-titan peliharaan mu itu"
"Tapi—"
Baru saja mau menguatkan usulannya, sebuah suara hantaman keras mengalihkan perhatian Levi dan Hange yang sedang berdebat dan Erwin, Mike dan Moblit yang daritadi hanya menonton.
"Oi Kuso gaki! apa yang sedang kau lakukan?" Levi menatap lurus ke arah pemuda pirang yang sedang berekspresi panik.
"I-itu—"
"Tenanglah. ada apa, Armin?" Erwin berbicara dengan penuh wibawa,
"[N-name]-san! D-dia—"
Mendengar nama istrinya Levi langsung menegakkan tubuhnya, "Bicaralah dengan jelas, kuso"
"Levi, kau menakutinya"
"[N-name]-san sudah mau melahirkan!"
Keempat orang itu tiba-tiba terdiam, berbeda dengan Levi yang langsung berlari ke arah Armin dengan sedikit siratan kepanikan di wajahnya.
"Di mana?"
"D-di rumah"
Tanpa berlama-lama lagi Levi langsung berlari meninggalkan markas diikuti dengan Armin yang masih panik dan Hange (diikuti Moblit) yang terlihat sangat excited.
Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Levi cepat sampai ke rumahnya. Ketika masuk ke dalam rumah, di sana sudah ada anggota squad barunya dengan ekspresi tak kalah tegang dengan Armin.
"Heichou, bidannya bilang langsung masuk saja"
Tepat ketika Eren selesai menyampaikan pesan itu, Levi langsung bergegas menuju kamar tempat [Name] bersalin.
Kalian tahu? Ada satu hal yang Levi janjikan pada dirinya sendiri sejak hari pernikahannya dengan [Name]. Yaitu menjaganya agar tak ada seorangpun yang menyakitinya.
Tapi ini keadaan yang berbeda, takdir berkata [Name] harus melewatinya. Peluh keringat mengalir deras dari pelipisnya, mulutnya sibuk mengatur nafas untuk bersiap memberikan dorongan.
Levi tak biasanya menunjukkan sisi lembutnya di depan orang lain tapi keadaan [Name] yang sekarang menjadi pengecualian. Tangan kanannya memegang erat tangan istrinya, sedangkan tangan kirinya mengelus pelan surai [hair color] itu.
Ruangan hanya dipenuhi suara nafas berat [Name] dan bidan yang sesekali memberikan instruksi sambil memeriksa kemajuan proses melahirkan. Sebenarnya Levi ingin memberikan lebih banyak support dengan kata-kata penyemangat, tapi kita tau sendiri dia kurang baik untuk hal itu, makanya dia hanya diam sambil terus mengelus puncak kepala istrinya.
Tiba-tiba cengkraman [Name] menjadi semakin kuat, nafasnya pun semakin memburu. Dengan pasti bidan yang sedang menanganinya memberikan sebuah anggukan.
"Kepalanya sudah mulai keluar"
Kalau bisa dibilang cengkraman [Name] sudah terlalu kuat sampai kukunya yang menekan lengan suaminya mulai berbekas. Tapi itu bukan apa-apa untuk Levi, pertama karena Levi itu kuat dan yang kedua ia paham sakit yang dirasakannya bukan apa-apa kalau mau dibandingkan dengan perjuangan hidup dan mati istrinya. Ia bahkan tak berhenti mengelus puncak kepala [Name] dan sesekali menempelkan bibirnya di situ.
Tekanan yang dirasakan [Name] jauh lebih kuat daripada saat ia bertugas keluar dinding, tentu saja. Baju yang ia kenakan pun sudah mulai bah karena keringat. Tapi dengan sekuat tenaga ia mengatur nafasnya berusaha menahan tangis dan teriakannya. Kenapa? Itu hanya buang-buang tenaga, lebih baik fokus ke pernapasan.
Hamil itu menyulitkan, tapi melahirkan jauh lebih menyulitkan. Walaupun begitu apa yang akan didapatkan diakhirnya akan setimpal dengan perjuangan yang dilakukan.
Ya, seperti perasaan lega bercampur bahagia ketika sebuah suara tangisan nyaring yang memenuhi rumah itu. Dan disusul seruan bersahut-sahutan yang tak kalah ribut dari luar kamar.
"Selamat, anaknya perempuan"
Walaupun dengan keadaan lemah, wanita itu berusaha mengembangkan senyum terbaiknya, [Name] menerima bayi cantik itu, "Levi lihatlah, anak kita"
Jemari yang tadi menenangkan istrinya beralih menyentuh tangan mungil itu, tidak terlihat tapi [Name] tau betapa bahagianya laki-laki yang dicintainya itu.
"Selamat datang di dunia, Reese"
Btw itu Reese kalau dibaca jadi "Riis" yah kawan-kawan~
[10/10]
[13.01.21]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top