Chapter 9

Jung Yi keluar rumah di pagi buta untuk membuang sampah yang terlupakan semalam. Masih dengan mengenakan pakaian tidurnya, Jung Yi berjalan ke tempat pembuangan sampah. Akan tetapi, ketika ia hendak kembali memasuki halaman rumahnya, perhatian gadis itu tertuju pada sebuah mobil besar yang berhenti di depan rumah Eugene.

Jung Yi tidak penasaran dengan pemilik dari mobil itu karena ia sudah sering melihat orang-orang dari acara yang dibintangi Eugene datang menggunakan mobil itu. Yang membuat Jung Yi penasaran adalah untuk apa mereka berkunjung di pagi buta.

Tak beberapa lama, sosok Eugene keluar dari rumah dengan pakaian yang sudah rapi dan juga sebuah ransel yang menyampir di salah satu bahunya. Tampak terburu-buru, Eugene bergegas masuk ke mobil dan setelahnya mobil itu pergi.

Jung Yi bergumam sebelum memasuki halaman rumahnya, "apa yang ingin mereka lakukan di pagi buta seperti ini?"

Jung Yi kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Berusaha mencari tahu apa yang akan dilakukan oleh Eugene dalam waktu dekat. Bukan dengan menghubungi Eugene secara langsung, Jung Yi mencari tahu semua informasi tentang jadwal terbaru Eugene di komunitas penggemar Eugene. Dan tentu saja dia bergabung sebagai anggota dengan menggunakan nama samaran.

Jung Yi sejenak menjelajah beberapa unggahan yang telah ia lewatkan sembari sesekali membaca beberapa komentar yang ditinggalkan. Duduk di tepi ranjang, dahi Jung Yi mengernyit secara berlebihan ketika ia melihat sebuah unggahan yang dipublikasikan tiga belas jam yang lalu.

"Dia sudah sinting," gumam Jung Yi.

Sebuah siaran langsung, Jung Yi tak habis pikir dengan apa yang ingin dilakukan oleh Eugene. Alih-alih menjelajah tempat-tempat bersejarah, kali ini dukun muda itu akan mengunjungi gedung terbengkalai. Seketika Jung Yi merasa kesal. Dia menaruh ponselnya di atas ranjang tanpa minat.

Tiba-tiba tersenyum tak percaya, Jung Yi kemudian menggerutu, "apa yang akan dia lakukan? Dia pikir dia siapa? Dukun gadungan ini ... kenapa dia selalu membuatku merasa kesal?"

Pintu kamar Jung Yi terbuka ...

"Jung Yi, Jung Yi ... kau sudah melihatnya? Kau sudah melihat beritanya?"

Ibu Jung Yi masuk dengan membawa keributan sembari membawa ponsel di tangannya. Wanita itu kemudian langsung duduk di samping putrinya yang tak memberikan reaksi apapun dan justru memasang wajah datar.

"Eugene sudah memberitahumu?" tanya ibu Jung Yi.

"Apa?" sahut Jung Yi dengan malas.

"Coba lihat ini." Ibu Jung Yi menunjukkan sebuah unggahan tentang siaran langsung Eugene hari ini di ponselnya. "Setelah bertahun-tahun, Eugene akhirnya mendapatkan siaran langsung. Kau lihat ini?"

"Lalu apa masalahnya? Ibu bahkan tidak memberikan respon apapun ketika aku mendapatkan nilai sempurna. Tapi kenapa dengan pak tua ini?"

Ibu Jung Yi langsung memukul pelan bahu Jung Yi. "Anak nakal, kenapa menuntut ibumu seperti itu? Kau sudah sering mendapatkan nilai sempurna, untuk apa ibu terkejut? Tapi Eugene kita berbeda, ini adalah hari yang istimewa baginya."

Ibu Jung Yi tersenyum bahagia sembari memandang layar ponselnya. Sementara Jung Yi memberikan tatapan menghakimi. Dia sempat melupakan fakta bahwa ibunya adalah penggemar nomor 1 Eugene Choi si dukun gadungan.

"Ibu harus membatalkan jadwal ibu hari ini untuk melihat Eugene."

"Apakah dia akan bertarung melawan roh jahat atau melakukan ritual pemanggilan roh? Apakah hal semacam itu pantas untuk ditayangkan di stasiun televisi?" Jung Yi melakukan protes.

"Jika itu tidak layak untuk ditayangkan, pihak televisi tidak akan melakukannya."

"Benar ... itu memang benar. Entah dia akan mengusir hantu atau memanggil hantu, dia hanya akan menjadi orang idiot."

Jung Yi beranjak dan bergegas pergi ke kamar mandi sembari menggerutu.

"Kenapa bicaramu kasar sekali pada Eugene? Apakah kalian bertengkar?" tegur ibu Jung Yi.

Jung Yi menolak memberikan jawaban dan menutup pintu kamar mandi dari dalam.

Ibu Jung Yi bergumam penuh kecemasan, "apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Mereka menjadi lebih sering bertengkar jika bertemu. Apakah Eugene sudah memiliki pacar?"

Ibu Jung Yi langsung panik. Dia kemudian meninggalkan kamar Jung Yi.

Predator : Along With God

Siaran langsung telah membuat tidur Eugene tadi malam tidak tenang. Hanya karena menerima beberapa komentar buruk, dia nekad mengikuti ajang uji nyali yang diinginkan oleh orang-orang yang membenci dirinya. Menempuh perjalanan yang cukup jauh. Lokasi yang dipilih oleh tim produksi terletak di sebuah desa. Dan tempat yang akan digunakan untuk siaran langsung adalah sebuah bangunan sekolah terbengkalai di belakang desa yang terletak di kaki gunung.

Sejak sampai di tempat itu, Eugene sudah merasa tidak nyaman. Dia bukan dukun gadungan seperti yang dikatakan oleh Jung Yi, dia juga bukan dukun sembarangan. Dia bisa merasakan aura negatif di tempat yang ia kunjungi. Dan kali ini aura negatif itu sedikit mengganggunya.

Penulis Jang menghampiri Eugene dan keduanya berdiri berdampingan. Wanita itu kemudian menegur Eugene, "bagaimana?"

Eugene memandang Penulis Jang. "Apanya?"

Penulis Jang balas memandang, "apa lagi? Tentu saja tempatnya. Bagaimana menurutmu?"

Eugene kembali memandang bangunan di hadapannya. Sejenak mempertimbangkan sesuatu sebelum berbicara. "Kalian sudah mempersiapkan semuanya?"

"Kami baru akan memeriksa tempat ini," celetuk Penulis Jang.

Eugene langsung memandang Penulis Jang, menunjukkan wajah datarnya yang menyatakan tanda tanya terhadap pernyataan Penulis Jang sebelumnya.

"Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu?"

"Kalian membawaku ke tempat asing tanpa persiapan?"

"Tentu saja kami sudah mempersiapkan untuk hari ini." Penulis Jang bermaksud menunjukkan para kru yang tengah menyiapkan perlengkapan untuk melakukan siaran langsung.

Eugene menatap tak percaya dan bergumam, "kalian sengaja ingin menjebakku?"

Penulis Jang menepuk bahu Eugene dan berkata, "jangan berpikiran buruk pada rekan kerjamu. Persiapan sudah selesai, kau bisa memulainya seperti biasa. Mari bekerja keras untuk hari ini, Tuan Choi Eugene."

Penulis Jang kemudian pergi, meninggalkan Eugene yang tampak kehilangan kata-kata untuk menghentikan kepergian wanita itu.

Eugene bergumam, "wanita memang seperti itu. Kenapa mereka selalu ingin dipahami sedangkan mereka menolak untuk bersimpati pada keadaan laki-laki?"

Eugene kemudian pergi ke arah yang berbeda sembari menggerutu. Dan gerutuannya itu berlanjut hingga ia duduk di sebuah matras di mana sudah tersedia perlengkapan yang biasa ia gunakan untuk melakukan sebuah ritual yang selalu ia lakukan sebelum memulai pekerjaannya. Sebelum mulai pengambilan gambar, Eugene akan melakukan ritual pemanggilan roh, tujuannya adalah untuk menenangkan para roh yang menempati tempat di mana ia akan bekerja. Dan selama ini tim produksi tidak menemukan kendala dalam pekerjaan mereka.

Berhenti menggerutu, Eugene terlihat lebih serius ketika ia hendak memulai ritualnya. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah berdoa kepada leluhurnya, lalu setelah itu membakar dupa. Akan tetapi, sesuatu yang tak disangka tiba-tiba terjadi.

"Aww," Eugene bergumam, dahinya mengernyit.

Beberapa detik kemudian Eugene menaruh dupa yang sudah terbakar di tangannya secara asal dan langsung melarikan diri tanpa membawa apapun. Pergi dengan kepanikan, Eugene tidak sadar bahwa dia menancapkan dupa yang ia bakar pada salah satu buah apel yang menjadi sesembahan. Angin tiba-tiba bertiup, melenyapkan asap yang keluar dari ujung dupa tersebut.

Sementara Eugene menghampiri Produser Nam dengan wajah yang terlihat sangat panik. Akan tetapi ia menahan diri untuk tidak berbicara dengan suara yang lantang seperti biasa.

"Produser Nam, aku berada dalam masalah sekarang."

"Kenapa? Kenapa? Ada apa?" Melihat kepanikan Eugene, Produser Nam pun turut panik.

"Di mana kamar kecilnya?"

"Hah?" Dahi Produser Nam mengernyit.

Eugene berbicara dengan tak sabaran sembari memegangi perutnya, "kamar kecil! Aku harus pergi ke sana sekarang juga. Katakan padaku di mana kamar kecilnya. Di mana ..."

Produser Nam menyahut dengan gelagapan, "d-di sini tidak ada kamar kecil."

"Apa?" seru Eugene yang langsung menarik perhatian beberapa orang.

"Aliran listrik dan air sudah diputus. Jika kau membutuhkan kamar kecil, kembalilah ke desa dan meminta tumpangan pada penduduk. Jika terlalu jauh, kau bisa mencari tempat yang sepi di sekitar sini."

"Sudah gila," gumam Eugene. Setelahnya ia kembali berbicara dengan lebih terburu-buru. "Kunci mobil, berikan aku kunci mobil. Berikan padaku kunci mobilmu, Produser Nam ..."

Produser Nam merogoh sakunya dan menyerahkan kunci mobil pribadinya pada Eugene. Dan setelah mendapatkan benda itu, Eugene kembali berlari. Menyisakan tanda tanya bagi beberapa orang yang menyadari keberadaannya.

"Ya! Choi Eugene, sakit perutmu belum sembuh?" tegur Produser Nam yang diabaikan Eugene. "Jangan lama-lama, segeralah kembali ..."

"Ada apa dengan Eugene?" Asisten Jung datang dengan membawa sebuah pertanyaan.

Produser Nam sekilas memandang pria itu dan menjawab, "diarenya sepertinya belum sembuh."

"Tapi bagaimana dia bisa berlari secepat itu?" heran Asisten Jung.

"Aku harap diarenya tidak kambuh saat siaran langsung dimulai."

"Sudah beberapa hari, apakah dia tidak pergi ke dokter?"

Produser Nam tersenyum lebar dan berkata, "kau belum mengenal Eugene? Dia lebih mempercayai obat herbal dibandingkan dengan dokter."

"Sungguh?" Asisten Jung tampak tak percaya.

"Segera kumpulkan semua orang begitu dia kembali." Produser Nam sekilas menepuk bahu Asisten Jung sebelum meninggalkan pria itu.

Dan di tempat yang sebelumnya ditinggalkan oleh Eugene, angin lembut masih berhembus. Udara tiba-tiba saja menjadi lebih dingin. Dan tanpa disadari oleh siapapun, bagian apel yang tertusuk oleh dupa itu mengeluarkan sebuah cairan berwarna gelap.

Predator : Along With God

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top