Chapter 6

Sore hari, Eugene terlihat duduk di halaman. Wajahnya sedikit mengernyit, seperti ia tengah mengalami waktu yang sulit. Tangan kirinya terangkat, menepuk perutnya dengan pelan beberapa kali dan sebuah gumaman datang dari mulutnya yang enggan terbuka.

"Ini sangat memalukan, aku bukan lagi anak kecil."

Diare, itulah yang telah menyiksa Eugene selama dua hari terakhir. Hal itu membuatnya menjadi enggan untuk keluar rumah. Sesekali Eugene memandang ke ujung jalan, menantikan kedatangan Jung Yi. Meski dia tengah menderita, dia akan tetap bersikap keren di hadapan gadis itu.

"Biasanya dia sudah datang. Apakah dia sudah punya pacar? Tapi ibu mertua tidak mengatakan apapun padaku."

Eugene kemudian menggigiti daun jambu yang sedari tadi berada di tangan kirinya. Menggigitnya sedikit demi sedikit tapi tak benar-benar memakannya. Kala itu sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Eugene tak heran karena berpikir bahwa itu mungkin seorang tamu yang membutuhkan jasanya.

Eugene menggerutu, "aku tidak bekerja hari ini, kenapa tidak datang dari kemarin-kemarin?"

Pintu mobil terbuka dan sosok yang keluar dari mobil itu membuat Eugene sempat tertegun.

"Oh? Produser Nam?"

"Choi Eugene ..." Produser Nam melambaikan tangannya dengan seulas senyum lebar menghiasi wajahnya.

Pria itu menutup pintu mobil dan memasuki pekarangan rumah Eugene. Sementara Eugene berdiri untuk menyambut kedatangan sang tamu. Meninggalkan daun jambu di mulutnya, Eugene menjabat tangan Produser Nam.

"Aku pikir siapa yang datang," ucap Eugene sembari mengambil daun jambu di mulutnya.

"Aku sengaja tidak memberitahumu agar kau terkejut. Apa yang sedang kau makan?"

"Ah ... tidak, ini bukan apa-apa." Eugene membuang daun jambu itu dan sekilas mengusap mulutnya.

"Kalau begitu, mari masuk." Eugene berbalik dan hendak berjalan lebih dulu.

"Kita bicara di teras saja," tegur Produser Nam dengan sikap yang sedikit canggung. Sebenarnya dia merasa tidak nyaman jika harus masuk ke rumah Eugene meski rumah Eugene seperti rumah pada umumnya.

Eugene berbalik, sempat terdiam. Tapi pada akhirnya dia menyetujui permintaan Produser Nam tanpa bertanya. Keduanya kemudian berbincang-bincang di teras, duduk di lantai kayu. Eugene duduk bersila dengan memasukkan kedua tangannya pada saku jaket tebal yang ia kenakan, sedangkan Produser Nam duduk dengan meninggalkan salah satu kakinya tetap menapak pada halaman.

"Kenapa tiba-tiba Produser Nam datang kemari? Biasanya Penulis Jang dan asistennya yang datang kemari jika ada sesuatu." Eugene memulai pembicaraan dengan topik yang jelas.

"Begini ... kau sudah mendapatkan laporan dari Penulis Jang tentang rating dari musim keempat kita, bukan?"

Eugene mengangguk.

"Berkat dirimu, rating acara kita terus bertambah di setiap penayangan. Popularitasmu juga semakin naik, kau benar-benar luar biasa, Eugene."

Eugene tersenyum malu-malu ketika mendapatkan pujian dari Produser Nam. "Produser Nam terlalu berlebihan, aku hanya mengikuti arahan dari Penulis Jang saja."

"Tapi kami memang harus mengakui pengaruhmu yang besar pada acara ini. Acara ini tidak akan ada sampai saat ini jika kau tidak bergabung dengan kami."

"Kalau begitu apa tujuan Produser Nam datang kemari?" Eugene bertanya untuk kali kedua, mengakhiri basa-basi yang dilakukan oleh Produser Nam.

Saat itu Produser Nam terlihat begitu mencurigakan. Dia menghindari kontak mata dan tampak mempertimbangkan sesuatu. Dan karena hal itu seulas senyum yang tersisa di wajah Eugene perlahan memudar. Insting Eugene mengatakan bahwa Produser Nam memiliki niat terselubung yang sangat berbahaya.

Eugene menatap penuh selidik dan menegur, "Produser Nam."

"Ya?" Produser Nam langsung memandang Eugene.

"Kenapa Produser Nam datang kemari?"

"Itu ... anu ... begini ..." Produser Nam tampak gelisah. "Sebenarnya ini adalah permintaan yang sulit."

"Kalau memang sesulit itu, Produser Nam tidak perlu mengatakannya."

"Eh?" Produser Nam tertegun. Dia kemudian berbicara sedikit panik. "Tidak, bukan begitu. Meski sulit aku harus tetap mengatakannya padamu."

"Kalau begitu Produser Nam bisa mengatakannya sekarang. Aku harus pergi ke kamar mandi."

"Eih, nanti dulu ke kamar mandinya. Sekarang kita bicara dulu."

"Aku sudah meminta Produser Nam berbicara sejak tadi ..." Eugene mulai bertanduk, sedikit menekankan ucapannya ketika ia merasa telah dipermainkan oleh Produser Nam."

"Eih ... jangan marah-marah seperti itu. Dengarkan baik-baik, aku akan mengatakannya padaku."

"Eoh." Eugene mengangguk, sedikit mencondongkan tubuhnya dan berkonsentrasi dengan apa yang akan diucapkan oleh Produser Nam.

"Begini, minat pemirsa pada acara kita terus meningkat. Mereka membuat permintaan yang sulit untuk tim produksi."

"Permintaan seperti apa?"

"Ada sebuah tempat yang terkenal sebagai tempat angker. Para pemirsa acara kita ingin kita membuat liputan di tempat itu."

"Bukan situs bersejarah tapi tempat angker?"

Produser Nam mengangguk. "Benar."

Eugene sejenak mempertimbangkan ucapan Produser Nam. Dan setelah ia memahami keseluruhan maksud dari ucapan Produser Nam, dia menegakkan tubuhnya. Menunjukkan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.

"Bagaimana menurutmu?" tegur Eugene.

"Bukan lagi penelurusan sejarah, Produser Nam ingin mengganti acara ini menjadi acara uji nyali?"

"Tidak, bukan seperti itu. Tidak ada yang akan berubah dengan acara kita. Tim produksi akan membuatkan episode khusus untuk menayangkan menayangkannya."

"Kalau begitu kalian bisa pergi, aku tidak akan bergabung kali ini."

"Kenapa? Kau adalah bintangnya, bagaimana mungkin acaranya berjalan tanpa dirimu?"

"Aku tidak berpikir bahwa hal semacam ini layak untuk sebuah acara televisi. Lagi pula apa yang bisa kita temukan di gedung terbengkalai. Bahkan jika kita bertemu roh-roh penasaran, pasti hanya aku yang bisa melihat mereka."

"Justru itulah tujuan dari episode kali ini. Tim produksi akan mempromosikanmu sebagai dukun muda yang bermartabat," jelas Produser Nam dengan penuh semangat.

Eugene menatap tak percaya. Ia kemudian menyahut dengan suara yang datar. "Dukun muda bermartabat? Kalian ingin membentuk sebuah klub penggemar seorang dukun? Apakah itu masuk akal?"

"Kau bukan dukun sembarangan. Kau masih muda, memiliki wajah tampan dan kau adalah mantan Ullzang. Kita tidak bisa melepaskan seluruh potensi yang kau miliki. Kau tidak sadar jika wajahmu terlihat mirip dengan anggota idol group?"

"Mirip dengan siapa?"

"Choi Yeon Jun, aku sering melihatnya dan dia memiliki wajah yang mirip denganmu."

Eugene menggerutu, "aku akan berterimakasih jika kau mengatakan aku mirip Choi Soo Bin." Eugene memalingkan wajahnya dan kembali menggerutu, "berandal itu, sudah jelas-jelas aku lebih tampan darinya, tapi kenapa Jung Yi lebih menyukainya?"

"Choi Eugene, kau tidak sedang berbicara dengan sesuatu, bukan?" tegur Produser Nam.

Eugene kembali memandang Produser Nam. "Aku tidak pernah dengan sengaja mendatangi tempat-tempat seperti itu. Cari saja orang lain."

"Jika kami bisa, kami akan melakukannya. Tapi keberhasilan acara kita bergantung pada hal ini. Kita benar-benar harus melakukannya."

"Produser Nam, apakah kau berpikir bahwa pekerjaanku main-main?"

"T-tidak ... bukan seperti itu."

"Jika terjadi kesalahan, hidupku menjadi taruhannya. Aku bisa debut sebagai idol, aktor, supermodel atau apapun itu. Tapi aku memilih acaramu karena sebuah alasan."

"Aku tahu itu, kami semua memahaminya. Tapi kami mohon pengertianmu. Kita harus melakukannya jika ingin acara ini tetap berlanjut."

Eugene tampak kesal. Dia menghela napas dengan kasar sebelum kembali berbicara. "Biarkan aku mendengar rencana kalian."

"Kau hanya perlu datang ke tempat yang sudah ditentukan melalui voting. Karena ini hanya akan fokus padamu, tidak ada pembawa acara yang akan menemanimu. Kita akan memulai siaran langsung saat tengah malam."

Dahi Eugene mengernyit. "Tunggu sebentar ... kau baru saja membicarakan tentang siaran langsung?"

Produser Nam mengangguk. "Kita akan membuat siaran langsung di gedung terbengkalai."

Eugene menatap tak percaya ...

"Orang-orang gila ini ..."

Predator : Along With God

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top