Chapter 4

Jam makan malam tiba, malam itu semua anggota keluarga Alexander berkumpul di meja makan. Ayah, ibu serta adik perempuan Alexander. Semua terlihat bahagia menyambut kepulangan si putra sulung.

Lim Tae Kwang membuka pembicaraan sebelum acara makan malam mereka dimulai. "Makan malam kali ini terasa sangat berbeda." Pria itu tersenyum ketika bertemu pandang dengan Alexander.

Lim Ye Won, saudara perempuan Alexander menyahut, "tentu saja, Ayah terlihat bahagia saat Pastor Alexander pulang."

"Kau bisa memanggilku seperti biasa," tegur Alexander.

"Bukankah itu akan terlihat kurang ajar?"

Alexander tersenyum lebar menanggapi candaan adiknya. Yoon Shin Ha kemudian menginterupsi pembicaraan mereka.

"Makanannya akan dingin selagi kalian berbicara. Tae Hwa memiliki banyak waktu untuk berbicara dengan kita, sebaiknya kita memulai makan malam sebelum makanannya dingin."

Semua orang setuju dan acara makan malam pun berlangsung dengan hangat. Setelah selesai makan malam, Alexander datang ke ruang kerja sang ayah. Mengutamakan sopan santun, Alexander mengetuk pintu lebih dahulu.

Lim Tae Kwang yang kala itu berdiri menghadap jendela lantas berbalik bersamaan dengan pintu ruang kerjanya yang terbuka.

"Masuklah," tegur Lee Tae Kwang ketika mendapati putranya.

Alexander masuk dan menutup pintu sebelum berjalan menghampiri sang ayah. Lim Tae Kwang menyambut putranya dengan seulas senyum hangat dan keduanya lantas duduk berhadapan di meja tamu.

"Bagaimana perjalananmu?" tegur Lim Tae Kwang setelah tak sempat menanyakan hal kecil itu saat pertemuan mereka sore tadi.

"Aku memiliki perjalanan yang menyenangkan, Ayah. Apakah semua baik-baik saja di sini?"

"Seperti yang kau lihat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sini. Bisnis ayah juga baik-baik saja. Pastor Choi menghubungi ayah bulan lalu."

Alexander tersenyum canggung. "Aku minta maaf, seharusnya aku mengabari kalian begitu tiba."

"Tidak, tentu saja itu bukan masalah. Selama kau pergi, Pastor Choi dan ayah sering bertemu. Dia selalu mengabarkan keadaanmu di sana. Ayah merasa sangat diberkati karena kau memiliki guru seperti Pastor Choi."

"Beliau banyak membantuku."

Lim Tae Kwang sejenak terdiam, mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal yang lebih serius dengan putranya.

"Ayah memiliki beberapa pertanyaan untukmu, Tae Hwa. Tapi kau bisa menolak memberikan jawaban jika kau berpikir bahwa ini terlalu cepat."

"Tidak, Ayah. Ayah bisa mengatakannya sekarang."

"Apakah kau akan menetap di Korea Selatan mulai sekarang?"

Alexander mengangguk.

"Kalau begitu kau akan pulang ke rumah ini?"

"Untuk hal itu ... aku belum bisa memberikan kepastian pada Ayah. Pastor Choi menyarankan aku untuk pulang selagi menunggu keputusan Keuskupan akan ditugaskan ke mana aku nantinya."

"Mereka akan mengirimmu ke luar Seoul?"

"Aku belum mengetahui tentang hal itu."

"Ayah berharap bahwa Pastor Choi akan menyarankan tempat di Seoul untukmu."

"Aku minta maaf pada Ayah," ucap Alexander tiba-tiba.

"Kenapa kau tiba-tiba meminta maaf?"

"Karena keputusan yang aku ambil, Ayah merasa telah kehilangan seorang putra."

Lim Tae Kwang tersenyum tipis, tak berusaha untuk menyangkal pernyataan putranya yang merupakan sebuah kebenaran. Di saat rekan-rekan bisnisnya membanggakan anak laki-laki mereka sebagai seorang penerus perusahaan, dia hanya bisa membanggakan putranya yang memilih untuk berjalan di jalan Tuhan.

Sebagai seseorang yang terlahir sebagai 'sendok emas' keputusan Alexander menjadi seorang pastor tentu saja membawa perubahan yang besar bagi orang-orang di sekitarnya. Terlebih lagi dia bukanlah pastor biasa yang ditugaskan untuk membimbing para jemaat. Alexander memiliki tugas yang lebih berat sebagai seorang Pastor Eksorsis. Sebuah gelar yang membuatnya terlibat dengan dunia lain yang mengerikan. Sempat digadang-gadang sebagai ahli waris keluarga, Alexander justru memilih menjadi pelayan Tuhan untuk melanjutkan perjuangan leluhurnya.

Lim Tae Kwang berkata, "ayah tidak pernah kehilangan putra ayah. Ayah hanya membiarkan putra ayah untuk berjalan bersama Tuhan. Seperti ibumu yang menghormati leluhurnya, ayah juga menghormati keputusanmu. Tapi, Tae Hwa ... kelak, jika kau merasa jalan ini terlalu sulit untuk kau lalui, pulanglah. Kami akan selalu menyambutmu kapanpun kau ingin pulang."

Alexander tersenyum lembut, hatinya menghangat oleh ucapan sang ayah. Kekhawatiran bahwa ia melukai sang ayah karena keputusannya perlahan mulai menyingkir.

Dia kemudian berucap, "aku tidak akan pulang dalam keadaan terluka, Ayah."



Predator : Along With God



Tengah malam itu Eugene baru saja pulang setelah menghadiri acara makan bersama dengan tim produksi The Korean Odyssey yang kembali sukses menayangkan musim ke empat. Sedikit menggigil, Eugene berlari kecil menuju kamarnya dan tampak terburu-buru, pasalnya dia belum sempat menggunggah apapun di akun SNS miliknya karena memiliki kesibukan lain hari itu. Pagi tadi dia sudah mendapatkan beberapa foto dirinya yang bagus, tapi dia tidak memiliki waktu untuk membuka akun SNS miliknya.

Menjatuhkan diri di ranjang, Eugene segera mengeluarkan ponselnya dan membuka akun SNS miliknya yang sudah dibanjiri ratusan komentar dari para pengikutnya yang menagihnya mengunggah sesuatu.

"Keributan macam apa ini. Eih ... aku belum sempat mempercantik fotoku."

Eugene masih sempat membaca beberapa komentar teratas. Sebagian besar para pengikutnya menyampaikan kekhawatiran karena dia tak juga mengunggah sesuatu meski hari akan berganti hanya dalam hitungan menit. Beberapa dari mereka juga menduga bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada Eugene.

Ketika membaca barisan komentar itu, tanpa sadar seulas senyum mengembang di wajah Eugene. Dia sekilas memandang jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Masih tersisa waktu sepuluh menit sebelum pergantian hari.

"Mari kita tunggu sampai sepuluh menit ke depan," ujar Eugene dengan santai, berniat meneruskan keributan di kolom komentar pada unggahannya bulan lalu.

Eugene menjelajahi kolom komentar. Netra tajamnya membaca setiap nama akun yang meninggalkan komentar. Terlihat serius hingga dahinya mengernyit secara berlebihan.

"Bersembunyi di mana Jungi-ku? Apa dia belum meninggalkan komentar?" gumam Eugene.

Menyisihkan semua komentar kekhawatiran yang ditujukan padanya, Eugene fokus untuk mencari nama Jung Yi di barisan komentar. Dan Eugene menghabiskan waktu sepuluh menit untuk hal yang sia-sia karena Jung Yi tidak meninggalkan komentar apapun.

Eugene yang tampak kecewa lantas menggerutu, "eih ... dia benar-benar tidak perhatian."

Kembali melihat jam tangannya. Kurang dari satu menit untuk pergantian hari, Eugene kemudian memutuskan untuk mengunggah beberapa foto keren dirinya pagi tadi. Tapi sesuatu yang tak terduga terjadi.

"Aww." Eugene tertegun. Tapi sedetik kemudian ponsel di tangannya terjatuh ke ranjang dan sosoknya menghilang bagai di telan bumi.

"Seperti yang dia katakan, dia tidak akan mengunggah sesuatu jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Siapapun selamatkan Eugene ...."

"Ahjussi!!!"

Predator : Along With God

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top