Chapter 3

Jung Yi keluar dari rumahnya, sudah siap untuk memulai harinya sebagai murid SMA. Pertengahan bulan dua, salju sudah berhenti turun sejak satu minggu yang lalu, tapi udara di luar masih cukup dingin.

"Aku pergi," teriak Jung Yi pada para penghuni rumah.

Jung Yi melangkah meninggalkan rumahnya sembari melihat ke rumah Eugene.

"Aku tidak ada di sana, berhenti memandang ke sana."

Jung Yi sedikit terlonjak, ia langsung memandang ke sumber suara. Menemukan Eugene yang sudah berdiri dengan menyandarkan salah satu bahunya pada gerbang rumahnya. Tertangkap basah telah melihat rumah Eugene, wajah Jung Yi terlihat canggung.

Sudut bibir Eugene terangkat, ia kemudian menghampiri Jung Yi. Pagi itu dia mengenakan setelan jas tanpa dasi. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dan ketika ia sampai di hadapan Jung Yi, dia sedikit merendahkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Jung Yi.

Eugene menegur, "kenapa? Kau merasa tidak bisa pergi tanpa melihatku?"

Jung Yi memutar bola matanya malas. Dia menyahut tanpa minat, "berhenti melakukannya, Ahjussi. Kau membuat suasana hatiku menjadi buruk."

Eugene menegakkan tubuhnya dan bersikap tak peduli. "Kau masih tetap jual mahal."

Netra Jung Yi menyelidik, memperhatikan penampilan Eugene dari atas ke bawah lalu kembali pada wajah Eugene. Pagi itu Eugene berpakaian sangat rapi, cukup menegaskan bahwa hari itu adalah hari yang penting bagi pria itu.

"Ada apa dengan pakaianmu?" tegur Jung Yi kemudian.

"Aku?" Eugene kemudian berdiri dengan penuh gaya seakan ingin memamerkan penampilannya. "Memangnya kenapa? Aku selalu terlihat keren apapun aku pakai."

"Lagi?"

Eugene tersenyum lebar. Dia kemudian mengulurkan tangan kanannya. "Oppa akan mengantarmu ke sekolah."

"Pergilah."

Eugene kembali mengulurkan tangannya. "Kau benar-benar akan melewatkannya?"

Jung Yi sempat memandang telapak tangan Eugene. Keraguan sempat terlihat dalam wajah gadis itu dan Eugene menyadarinya.

Eugene kemudian menegur, "kenapa? Kau merasa belum mampu untuk melakukan? Kalau begitu—"

Jung Yi meraih telapak tangan Eugene ketika Eugene akan menarik kembali tangannya. Dan kala itu seulas senyum kembali melukis wajah Eugene.

"Gadis yang pintar," celetuk Eugene. "Ayo, Oppa akan mengantarmu."

Eugene menarik tangan Jung Yi hingga gadis itu berjalan di sampingnya. Tapi kala itu Jung Yi langsung memukul lengannya.

"Jangan bertingkah," ucap Jung Yi dengan nada mengancam.

"Kau harus bersikap tenang dan fokus. Jika kau marah-marah, kau akan kembali menjadi—"

"Ahjussi," Jung Yi memberikan sebuah peringatan.

"Baiklah, baiklah. Aku akan diam, aku akan tetap diam sampai di ujung jalan sana."

Setelahnya Eugene benar-benar menepati ucapannya. Keduanya berjalan bersama dengan bergandengan tangan dan itu bukanlah kali pertama mereka melakukan hal itu.

Sampai di ujung jalan yang sebelumnya disebutkan oleh Eugene, Eugene langsung menarik tangannya dan menyisakan kekesalan di wajah Jung Yi.

"Waktumu sudah habis. Bagaimana? Kau melihat sesuatu?"

Dahi Jung Yi mengernyit, terlihat kemarahan yang tertahan. Eugene yang melihat hal itu sekilas mengibaskan tangannya di hadapan wajah Jung Yi.

"Hoy, Jungi. Kau masih di sana?"

"Pria tua menyebalkan," gumam Jung Yi.

Gadis itu kemudian meninggalkan Eugene dengan langkah yang memperlihatkan kekesalannya. Eugene yang sempat tertegun lantas tersenyum tipis.

Eugene bergumam, "dia masih belum bisa mendapatkannya. Sayang sekali."

Eugene kemudian mengambil jalan yang berbeda dengan Jung Yi. Dia berjalan sembari memeriksa ponselnya. Pertengahan bulan adalah hari yang istimewa bagi Eugene. Karena pada hari itu dia kembali hidup sebagai seorang Ullzang. Eugene sudah membuat perjanjian dengan para pengikutnya di SNS bahwa setiap tanggal 15 dia akan membuat unggahan baru. Tapi jika dia tidak menggunggah apapun di tanggal itu, maka telah terjadi sesuatu yang buruk padanya. Dia juga hanya akan berinteraksi dengan para pengikutnya di tanggal itu. Itulah sebabnya hari ini dia berpakaian rapi.

Predator : Along With God

Alexander meninggalkan bangunan utama Keuskupan. Sampai di ujung tangga, kedatangannya telah disambut oleh seorang pria yang tampak lebih tua darinya. Pria itu menundukkan kepala dengan hormat.

"Bagaimana kabarmu, Tuan Muda?" tegur pria itu.

"Lama tidak bertemu, Hyeong," sahut Alexander dengan seulas senyum hangat yang dibalas oleh pria itu.

"Tuan dan Nyonya sudah lama menunggu kedatangan Tuan Muda." Pria itu membuka pintu mobil bagian belakang.

Alexander memasuki mobil yang dikirim oleh keluarganya. Meski sudah kembali ke Korea Selatan pada bulan januari, Alexander baru menyempatkan diri untuk pulang hari ini. Saat masih muda, Alexander memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sebagai seorang pastor di Vatikan, dan niatnya itu mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya meski ia berasal dari keluarga yang sangat kaya raya. Itulah alasan kenapa ia masih tetap dipanggil dengan sebutan 'tuan muda' meskipun ia seorang pastor.

Menempuh perjalanan yang cukup jauh, mobil yang ditumpangi oleh Alexander memasuki sebuah pekarangan yang luas. Di mana sebuah bangunan besar berlantai dua berdiri di sana. Dan di sanalah keluarga Alexander tinggal.

Mobil berhenti di depan teras bangunan utama. Pria yang mengendari mobil itu bergegas turun dan membukakan pintu mobil untuk Alexander.

"Terima kasih," ucap Alexander.

Pria itu kembali menundukkan kepala ketika Alexander berjalan menuju pintu utama bangunan itu. Pintu bangunan megah itu terbuka, untuk kali pertama setelah waktu lama Alexander menginjakkan kakinya di kediaman keluarganya.

Kala itu seorang Kepala Asisten rumah tangga berjalan dengan terburu-buru memasuki salah satu ruangan.

"Nyonya," tegur wanita itu pada seorang wanita yang tak terlihat lebih tua darinya.

Yoon Shin Ha, nyonya di rumah itu sekaligus ibu dari Alexander. Wanita cantik itu berbalik, memandang si asisten rumah tangga.

"Ada apa, Si Young?" tegur Yoon Shin Ha.

"Tuan Muda Lim sudah pulang, Nyonya."

Yoon Shin Ha tampak terkejut. Wanita itu kemudian bergegas menuju ruang tamu. Dan di sanalah ia melihat sosok putranya yang sudah lama tak ia lihat.

"Tae Hwa ..." tegur Yoon Shin Ha, menggunakan nama kecil Alexander sebelum pembaptisan.

Alexander menyambut sang ibu dengan seulas senyum hangat. Sementara itu Yoon Shin Ha langsung memegang kedua lengan putranya, memberikan tatapan khawatir.

"Aku pulang, Ibu." Senyum di wajah Alexander melebar.

Yoon Shin Ha lantas memeluk putranya, menyampaikan kerinduan dan kekhawatiran yang selama ini ia rasakan.

Alexander membalas pelukan itu, dan ketika pandangannya bertemu dengan si asisten rumah tangga, wanita itu sejenak menundukkan kepala dengan seulas senyum melukis wajahnya. Hari itu Alexander mendapatkan kesempatan untuk berkumpul kembali bersama keluarganya sebelum menjalankan tugas besar yang telah menantinya.

Predator : Along With God

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top