Chapter 2
Menjelang sore hari Eugene sampai di Seoul. Berjalan dijalankan pemukiman tempat tinggalnya, Eugene merapatkan jaket panjangnya dan sedikit menggigil.
"Aku akan membuatkan seribu boneka salju untuk Jungi-ku jika salju turun besok pagi," gumam Eugene.
Asap putih sesekali keluar dari mulutnya. Udara sore itu benar-benar dingin meski Eugene telah terbiasa dengan suasana seperti itu. Langkah Eugene kemudian terhenti ketika pandangannya menemukan seorang siswi SMA yang berjalan tidak begitu jauh di hadapannya.
"Oh?"
Senyum lebar menghiasi wajah Eugene. Ia kemudian mempercepat langkah kakinya untuk menyusul si murid SMA.
"Jungi ..."
Noh Jung Yi, si murid SMA yang dilihat oleh Eugene sebelumnya sontak menghentikan langkahnya begitu mendengar suara Eugene. Tatapan ramah gadis itu tiba-tiba berubah menjadi tatapan menyelidik yang dipenuhi oleh kekesalan.
"Jungi ... Jungi, Jungi." Eugene berjalan dengan normal. Dari suaranya, terdengar seperti ia tengah menggoda gadis itu.
"Ahjussi sialan ini," gumam Jung Yi.
Ahjussi : Paman.
Jung Yi menoleh dan langsung memberikan tatapan tajam. Tapi Eugene justru tersenyum lebar dan melambaikan tangannya. Dia kemudian berbicara akrab dengan Jung Yi.
"Kau baru pulang? Bagaimana sekolahmu hari ini? Apakah ada yang mengganggumu? Jika ada yang mengganggumu, katakan pada Oppa. Oppa akan membuat perhitungan dengan mereka."
"Oppa?" ucap Jung Yi, terlihat tak percaya dan juga tak terima. Ia kemudian menyahut dengan ketus, "Ya! Ahjussi!"
"Oppa coba sekali saja panggil aku Oppa. Bahkan teman-temanmu memanggilku seperti itu."
"Pertama, jangan sembarang memanggil namaku. Namaku Jung Yi, berhenti memanggilku Jungi, Jungi, Jungi. Dan yang kedua, jangan bersikap seakan-akan kita dekat."
"Tentu saja kita dekat. Aku bahkan bisa melihatmu hanya dengan berdiri di halaman rumahku."
"Kau benar-benar menyebalkan," gerutu Jung Yi.
Eugene tersenyum manis dan mendekati Jung Yi sembari merentangkan kedua tangannya. "Kemarilah, Oppa sangat merindukanmu."
Jung Yi langsung menendang salah satu kaki Eugene hingga pria itu bergerak mundur dengan satu kaki yang terangkat.
"Jung Yi!"
Perhatian mereka teralihkan oleh sebuah teguran seorang wanita paruh baya. Dari arah yang sama dengan kedatangan mereka, ibu Jung Yi segera menghampiri keduanya.
"Aigoo! Apa yang kau lakukan, Jung Yi?" Nyonya Shim beralih pada Eugene. "Eugene, kau baik-baik saja?"
Eugene tersenyum lebar. "Tidak, Ibu Mertua. Jungi hanya bercanda, mungkin dia terlalu merindukan aku."
"Ahjussi!" seru Jung Yi tak terima.
Nyonya Shim memukul pelan bahu Jung Yi. "Kau ini, berhenti bersikap kasar pada Eugene. Kau seorang wanita, bagaimana mungkin kau bersikap sekasar itu."
Eugene memberikan pembelaan, "Ibu Mertua, ini hanya salah paham. Jungi marah padaku karena aku tidak berpamitan saat pergi kemarin."
Jung Yi terlihat geram mendengar omong kosong yang diucapkan oleh Eugene. Tapi pria itu hanya tersenyum tanpa dosa ketika melihatnya.
"Kau baru pulang? Bagaimana pekerjaanmu?" Nyonya Shim mengalihkan topik pembicaraan.
"Ibu Mertua tidak perlu khawatir, kapan menantumu ini mengecewakan orang?"
Nyonya Shim menyahut sembari tertawa ringan, "benar, itu benar. Kau memang tidak pernah mengecewakan."
"Ibu," tegur Jung Yi kemudian. "Sampai kapan Ibu akan mendengarkan omongan Ahjussi ini? Bukankah Ibu harus menyiapkan makan malam."
"Ah, benar. Ibu hampir lupa setelah bertemu dengan Eugene. Kalau begitu ibu pergi dulu." Nyonya Shim kemudian berbicara pada Eugene. "Nanti malam kau tidak usah memasak ataupun makan di luar. Datanglah ke rumah, bibi masak banyak hari ini."
Eugene tersenyum lebar. "Aku menghargai kebaikan hati Ibu Mertua."
"Ibu," Jung Yi kembali menegur.
"Baiklah, kalau begitu bibi pergi dulu. Kalian jangan bertengkar terus."
Nyonya Shim kemudian meninggalkan keduanya. Sementara itu Eugene dihadapkan dengan tatapan menghakimi Jung Yi yang kembali bersikap seperti seorang bandit.
Terlihat angkuh, Jung Yi mendekati Eugene. Dan kala itu Eugene bergerak mundur dengan hati-hati. Dia tersenyum canggung dan menegur, "apa yang ingin kau lakukan?"
Jung Yi mengangkat tangan kirinya ke udara seakan-akan ingin memukul Eugene. Eugene yang melihat hal itu segera mengangkat kedua tangannya untuk melindungi kepalanya. Tapi pada saat itu Jung Yi justru menyodorkan tangannya di hadapan Eugene, membuat Eugene sejenak tertegun.
Menurunkan tangannya, Eugene bertanya, "apa ini?"
"Ganti rugi," sahut Jung Yi.
"Ganti rugi untuk apa?"
"Aku menuntutmu atas pencemaran nama baik. Berani-beraninya kau menyebut anak di bawah umur sebagai istrimu. Aku juga akan menuntutmu atas pelecehan anak di bawah umur."
Eugene tersenyum lebar. "Memangnya kapan aku menyebutmu sebagai istriku?"
Jung Yi tertegun, tapi dengan cepat ia tersadar dan tetap mempertahankan sikap angkuhnya.
"Jangan memberikan pembelaan. Berikan ganti rugi."
Eugene memberikan telapak tangannya yang kosong pada Jung Yi. Namun, ia segera menarik tangannya begitu melihat Jung Yi geram dengan sikapnya.
"Eih ... aku bisa rugi jika bertemu gadis nakal sepertimu setiap dalam perjalanan pulang," gerutu Eugene.
Eugene mengambil sesuatu dari dalam ranselnya. Sebuah kertas mantra, sesuatu yang selalu diminta Jung Yi sebagai hal yang disebut gadis itu sebagai 'ganti rugi'.
Jung Yi mengambil kertas mantra itu menggunakan dua jarinya dan berkata, "lain kali jangan bertingkah di depan ibuku. Dan pastikan kau membayar uang sewa bulan ini tepat waktu, Ahjussi."
Jung Yi berbalik dan melenggang pergi. Sementara Eugene tetap berdiri di tempat yang sama. Memperhatikan punggung gadis itu hingga seulas senyum hangat tercipta di wajahnya.
"Dia masih tetap sama," gumam Eugene dan mengikuti Jung Yi dengan memberi jarak yang cukup jauh di antara keduanya.
Eugene dan Jung Yi, mereka berdua bertetangga. Terpaut usia yang cukup jauh, hal itu tak membuat Jung Yi menghormati Eugene. Keduanya kerap terlihat bersama, tapi terkadang mereka akan bertengkar setiap kali bertemu. Eugene sangat dekat dengan ibu Jung Yi, dan keduanya kerap kompak dalam menggoda Jung Yi dengan saling memanggil 'Ibu Mertua' dan 'Menantu'.
Setelah perjalanan panjang, Eugene memasuki halaman rumah sederhananya yang berlantai kayu. Rumah itu adalah properti milik keluarga Jung Yi, Eugene hanyalah seorang pendatang yang menyewa tempat itu. Di satu pekarangan berdiri dua bangunan rumah, tapi Eugene hanya menyewa satu bangunan dan satu bangunan lainnya dibiarkan kosong.
Berjalan menyusuri halaman, langkah Eugene terhenti di samping dipan yang diletakkan di tengah halaman. Di sekitar halaman masih ada sisa salju yang turun pagi tadi. Tapi dipan yang berada di halaman itu terlihat bersih yang menandakan bahwa seseorang telah membersihkan tempat itu.
Eugene tersenyum dan berbalik. Memandang ke rumah yang berada di seberang jalan, tak begitu jauh dari rumahnya. Di sana, di bangunan yang lebih besar dan modern itu, Eugene melihat Jung Yi berdiri di balik gerbang dan memandang ke arahnya. Eugene melambaikan tangannya dengan seulas senyum yang mengembang di wajahnya. Tapi Jung Yi langsung pergi begitu saja.
"Meski dia bertingkah seperti bandit, dia tetaplah gadis yang manis di usianya saat ini," gumam Eugene. Ia kemudian bergegas memasuki rumah hangatnya yang sudah beberapa hari ia tinggalkan.
Predator : Along With God
Ingin lebih dekat dengan penulis?
Temui saya di Instagram : Secrettownofficial.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top