Chapter 10

Malam tiba, Penulis Jang menghampiri Eugene yang kala itu tengah mendapatkan sedikit riasan di wajahnya.

"Lima belas menit lagi kita akan memulai siaran langsung, lakukan dengan cepat," tegur Penulis Jang pada wanita yang merias wajah Eugene, dan wanita itu hanya mengangguk.

Penulis Jang kemudian menegur Eugene. "Kau sudah menyiapkan semuanya, Eugene?"

"Lakukan saja pekerjaan kalian seperti biasa," sahut Eugene, terdengar malas untuk berbicara.

"Perutmu baik-baik saja? Kau tidak pergi ke dokter?"

"Hmm." Eugene hanya bergumam sebagai jawaban yang tak memihak.

"Pastikan malam berjalan lancar, reputasimu bergantung pada siaran langsung ini. Kau mengerti?"

"Aku tahu ... lakukan saja seperti biasa," sahut Eugene, terdengar sedikit kesal.

"Selesaikan dengan cepat," ujar Penulis Jang pada sang perias sebelum meninggalkan mereka.

Waktu lima belas menit yang dikatakan oleh Penulis Jang berakhir dengan cepat. Eugene telah menempati posisinya, menjadi satu-satunya orang yang menjadi sorotan dari beberapa kamera di sekitarnya.

Produser Nam yang sudah menempati posisinya pun segera memberikan arahan. "Kita akan memulai siaran dalam hitungan enam puluh detik. Eugene, kau baik-baik saja?"

Eugene hanya mengangguk sebagai sebuah jawaban. Sebenarnya dia masih tidak ingin melakukan siaran semacam itu. Terlebih lagi suasana hatinya malam itu cukup buruk tanpa sesuatu yang jelas.

Produser Nam mulai melakukan hitungan mundur dimulai dari angka sepuluh. Semua kamera lantas menyorot Eugene. Sedangkan Eugene sejenak mengambil napas dalam dan mengakhirinya ketika hitungan Produser Nam berakhir.

Pandangan Eugene mengarah pada satu kamera yang berada di hadapannya dan ia segera melakukan pembukaan acara setelah mendapatkan isyarat dari Produser Nam.

"Selamat malam, semuanya. Bertemu lagi denganku, Eugene Choi. Untuk kali pertama setelah acara ini ditayangkan, kami secara istimewa mengabulkan permintaan kalian untuk melakukan siaran langsung. Tapi kenapa hanya ada aku sendiri yang berdiri di sini ..."

"Lima ratus orang bergabung di menit pertama," ujar Penulis Jang yang berdiri di samping Produser Nam.

"Itu respon yang cukup bagus. Tapi kenapa wajah Eugene terlihat kaku malam ini?" Produser Nam merasa janggal dengan sikap Eugene yang terlihat canggung. Dia kemudian sekilas memandang Penulis Jang dan bertanya, "apakah perutnya benar-benar baik-baik saja?"

"Aku tidak yakin dengan hal itu. Dia cukup baik sebelum siaran dimulai."

Meninggalkan sesi penyambutan, Eugene mencoba menghidupkan suasana di sana. Dan ketika ada lebih banyak orang bergabung dengan siaran tersebut, Eugene dan beberapa juru kamera mulai menjelajah gedung kosong tersebut. Sementara Produser Nam dan Penulis Jang tetap memantau dari luar. Eugene sendiri juga diberikan sebuah ponsel agar ia bisa berinteraksi dengan para pemirsa yang meninggalkan komentar pada siaran itu.

"Choi Eugene, cobalah berkomunikasi dengan pemirsa." Produser Nam memberikan arahan yang langsung tersambung oleh Eugene melalui alat pendengar yang terpasang di salah satu telinga laki-laki itu.

"Bagaimana perasaan kalian? Kalian pasti sangat senang telah berhasil membawaku ke tempat ini?"

Eugene tersenyum singkat ke arah kamera dan mulai membaca beberapa komentar yang menurutnya menarik.

"Oppa, itu terlalu gelap. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah tampanmu." Eugene memandang ke kamera setelah membaca salah satu komentar. Dia kemudian menyahuti, "kau tidak bisa melihat wajah tampanku? Bukankah itu sama saja kau mengatakan bahwa hari ini aku tidak terlihat tampan? Eih ... bahkan di tempat yang gelap ini aku masih menjadi orang yang sangat tampan."

Eugene kembali membaca komentar yang terus berdatangan. Akan tetapi banyak komentar yang membuat Eugene enggan untuk membacanya.

'Apakah kau melihat ada hantu di sana?'

'Aku dengar itu adalah tempat yang sangat angker.'

'Heol! Bahkan ada pembunuhan beberapa hari yang lalu di sana.'

'Oppa, apa yang kau lakukan di sana?'

'Sepertinya aku melihat sesuatu di belakangmu.'

'Kenapa dia diam saja?'

'Ada yang salah dengannya ...'

Karena tak kunjung berbicara, Eugene membuat sebagian besar orang merasa heran.

"Kenapa dia diam saja?" ujar Penulis Jang.

Produser Nam kemudian memberikan arahan kepada juru kamera yang mengikuti Eugene. "Kamera 3 dan fokus pada wajah Eugene. Sisanya ambil gambar di sekitar lokasi.

Produser Nam kemudian menegur Eugene. "Choi Eugene, kami masih merekammu. Lakukanlah sesuatu."

Eugene meninggalkan layar ponselnya dan kembali memandang ke kamera yang menyoroti wajahnya. Dia kemudian kembali berbicara. "Bukankah kalian juga merasakannya? Aura di tempat ini benar-benar—"

Tubuh Eugene sedikit tersentak ketika sesuatu memukul tengkuknya. Ia pun langsung menoleh dan tak mendapati siapapun berada di sana. Dan gerakan refleksnya itu berhasil memancing keributan pada kolom komentar. Ada beberapa komentar yang mempercayai bahwa Eugene tengah diganggu oleh penunggu gedung kosong itu, tapi tak sedikit orang yang menganggap bahwa Eugene hanya berpura-pura agar kesan menakutkan pada siaran langsung itu tersampaikan pada penonton.

"Dia hanya berpura-pura, kan?" ujar Penulis Jang.

"Ah ... maaf, sepertinya semut-semut di sini tidak begitu ramah." Eugene menenangkan keributan yang ada. Tentu saja tidak ada semut yang menggigitnya.

Eugene memulai siaran langsung dengan suasana hati yang buruk. Sebenarnya ketika ia kembali, ia menemukan bahwa tempatnya melakukan ritual sudah berantakan. Ia tidak sempat mengatakan hal itu pada tim produksi karena orang-orang di sana sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dan mungkin karena ritualnya yang gagal itulah para penghuni gedung kosong itu terus mengganggunya.

"Siapa yang sudah menghancurkan ritualku? Aku pasti akan menemukanmu setelah semua ini berakhir," Eugene mengutuk dalam hati.

Setelah itu Eugene kembali berkeliling. Masuk lebih dalam hingga ia dihadapkan dengan sebuah lorong yang membuat langkahnya terhenti.

"Sepertinya kita tidak bisa melewati tempat ini. Mari kita mencari jalan yang lain," ujar Eugene yang mengabaikan semua komentar yang datang padanya. Dia hanya berjalan mengikuti kata hatinya.

Hingga pada akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang memang sebelumnya sudah diatur oleh tim produksi. Dan di tempat itu Eugene diharuskan membaca aktivitas paranormal yang ada di tempat itu. Ketika membelakangi kamera, Eugene tersenyum tak percaya.

"Kenapa mereka memilih ruangan ini?" gerutu Eugene hampir tak bersuara. Dia kemudian bersikap profesional. Seperti arahan Penulis Jang sebelumnya bahwa ia hanya perlu membual meski dia tidak menemukan apapun di sana.

"Di tempat ini ... tunggu sebentar."

Eugene membuat situasi menegangkan ketika ia tiba-tiba berlari ke sudut ruangan, membuat beberapa juru kamera ikut berlari bersamanya.

"Ada berapa orang yang kita bawa?" tanya Eugene pada sang juru kamera.

"Lima orang? Kau yakin hanya lima orang?" ujar Eugene kembali meski tak ada jawaban yang datang padanya. Dia bertindak seakan-akan tengah menghitung orang yang berada di hadapannya dan setelahnya memasang wajah terkejut.

"Lima orang ada di sini, kalau begitu siapa yang baru saja menakut-nakuti aku di sini?"

"Dia benar-benar aktor sejati," puji Produser Nam karena Eugene berhasil memberikan kesan menakutkan.

Eugene kemudian kembali ke tengah ruangan sembari berbicara, "aku yakin ada seseorang di sana. Siapa yang bermain-main di tempat gelap seperti ini?"

Eugene melanjutkan siaran. Mengabaikan keberadaan para penghuni gedung kosong itu, dia justru membuat skenarionya sendiri. Membicarakan hal yang sebenarnya tidak terjadi di tempat itu. Dan setelah satu jam berlalu, siaran kemudian akan diakhiri. Eugene kembali keluar dan melakukan penutupan siaran langsung di teras gedung.

"Baiklah, semuanya. Sudah enam puluh menit aku memenuhi tantangan kalian untuk menjelajahi gedung ini. Terima kasih sudah membawaku ke tempat ini dan ..."

Eugene menggantung ucapannya ketika salah seorang kru berjalan ke arahnya dengan langkah yang tampak terburu-buru. Eugene dan semua orang terlihat bingung karena itu tidak ada dalam skenario mereka.

"Sedang apa kau di sini?" tegur Eugene dengan suara berbisik ketika pria itu hampir sampai di tempatnya.

Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Pria itu tiba-tiba mencengkram leher Eugene, mengangkatnya dengan mudah dan langsung melemparnya ke samping hingga tubuhnya menghantam dinding sebelum jatuh ke lantai.

Semua orang yang melihatnya pun terkejut. Bahkan Produser Nam sampai meninggalkan kursinya.

"Apa ini? Cepat hentikan dia!" ujar Produser Nam.

Sementara Eugene berusaha untuk bangkit sembari memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Dia memandang pria yang baru saja membanting tubuhnya. Dahinya mengernyit, mendapati netra gelap pria itu yang tengah memandangnya.

"Ini benar-benar menyebalkan," gumam Eugene ketika menyadari bahwa pria itu tengah kerasukan.

Salah seorang kru menghampiri pria yang kerasukan. Eugene kemudian mendekati pria itu sembari menegur. "Ya! Biarkan dia."

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tegur pria yang baru datang pada pria yang kesurupan.

Pria yang kesurupan berbalik, Eugene segera berlari menghampiri mereka. Namun sebelum Eugene datang, pria yang kerasukan itu menyerang pria yang baru saja datang. Pria yang kerasukan itu tiba-tiba mencekik leher pria yang baru saja datang dan mengangkat tubuh pria itu hanya dengan menggunakan satu tangan.

Eugene datang dari belakang dan langsung memukul tengkuk pria yang kerasukan itu menggunakan kipas lipat di tangannya. Pria yang kerasukan itu langsung tersungkur sembari berteriak kesakitan dan membuat semua orang ketakutan.

Dengan napas yang terdengar memburu, Eugene tanpa sadar memandang ke salah satu kamera yang tengah menyorotnya. Dia kemudian memberikan peringatan kepada semua orang.

"Matikan kameranya, matikan kameranya sekarang!"

Semua orang bergeming, menyaksikan salah satu rekan mereka yang berteriak histeris.

"Kita harus mendapatkan momen ini. Tetap lanjutkan siaran," ujar Produser Nam.

"Produser Nam," tegur Penulis Jang.

"Ambil gambarnya dari jarak yang lebih dekat." Produser Nam mengabaikan teguran Penulis Jang dan justru membuat Eugene murka.

"Kalian tidak dengar? Cepat matikan kameranya!"

Eugene yang tidak sabar lantas menghampiri salah satu juru kamera. "Aku bilang matikan kameranya!" hardiknya sembari melempar salah satu kamera.

"Matikan sekarang! Matikan sekarang juga!"

Tiga kamera hancur di tangan Eugene sebelum siaran langsung berakhir tanpa menunjukkan akhir dari kekacauan di lokasi syuting.







††††







Jung Yi menjatuhkan ponselnya ke atas ranjang setelah melihat siaran langsung Eugene yang berakhir dengan kacau.

"Apa sebenarnya yang sedang dia lakukan?" gumam Jung Yi sebelum pintu kamarnya terbuka dengan kasar.

"Jung Yi, aigoo! Kau sudah melihatnya?" Nyonya Shim datang dengan panik. Dia segera duduk di samping putrinya sembari menunjukkan layar ponselnya.

"Ada apa? Ini sudah malam, kenapa Ibu sangat berisik?" tegur Jung Yi tanpa minat.

Nyonya Shim memukul bahu Jung Yi dengan singkat. "Kau tidak melihatnya? Eugene mengalami masalah dalam siaran langsungnya. Salah satu orang kerasukan. Bagaimana ini? Kenapa tiba-tiba terjadi saat dia melakukan siaran langsung? Apakah dia akan baik-baik saja? Ibu sangat khawatir, bagaimana keadaan di sana sekarang?"

Jung Yi menghela napas panjang dan menyahut tanpa minat. "Ibu ..."

"Kenapa?"

"Berhenti bersikap berlebihan. Ibu tidak tahu?"

"Tentang apa? Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Ini semua palsu. Semua yang dilakukan orang itu palsu, semuanya sudah diatur sejak awal. Berhenti bersikap seperti orang bodoh, semua orang juga tahu bahwa itu sudah diatur sebelumnya."

"Ya!" Nyonya Shim memukul bahu Jung Yi dengan lebih keras.

"Akh! Ibu ..." protes Jung Yi.

Nyonya Shim justru berganti memarahi putrinya. "Kau pikir siapa Eugene? Kau tidak mengenalnya? Dia tidak akan menipu orang untuk hal-hal semacam ini, jangan mengatakan hal yang buruk lagi tentang menantu ibu."

"Siapa yang akan menikah dengan pria itu?!" Jung Yi berucap tak terima.

"Kau tidak mau?"

"Tidak! Aku tidak mau! Bahkan jika hanya ada satu pria di dunia, aku tidak akan menikah dengan—"

Ucapan Jung Yi terhenti ketika Nyonya Shim tiba-tiba membekap mulut gadis itu. Jung Yi pun berusaha menjauhkan tangan sang ibu.

"Ibu!"

"Jangan berbicara yang macam-macam. Jika hanya ada satu laki-laki di dunia ini dan orang itu adalah Eugen, tentu saja kau harus menikah dengannya. Kau harus menikah dan mendapatkan keturunan. Maka dari itu jangan macam-macam."

Jung Yi menatap tak percaya. "Woah ... Ibuku benar-benar luar biasa. Bagaimana Ibu mendukung aku untuk menikah dengan dukun gadungan itu? Setidaknya aku harus menikah dengan seorang pengusaha, bukan dukun seperti pak tua itu."

"Baiklah ... carilah seorang pengusaha. Bagi ibu, Eugene adalah yang terbaik. Jangan sampai menangis jika Eugene menggandeng tangan wanita lain."

Nyonya Shim beranjak dari tempat duduknya dan bergegas meninggalkan kamar Jung Yi sembari menggerutu. Membuat Jung Yi menatap tak percaya.

"Lihatlah bagaimana dia bersikap, apakah aku benar-benar putrinya?" gumam Jung Yi tak percaya.

Baru satu detik pintu kamarnya tertutup dari luar, pintu kamar itu kembali terbuka.

Nyonya Shim berbicara dari sana, "beberapa hari yang lalu aku melihat Eugene membawa seorang wanita ke rumahnya."

Jung Yi tertegun dan Nyonya Shim langsung menghilang. Jung Yi kembali bergumam, "omong kosong macam apa ini?" Dia kemudian berteriak, "ibu berusaha untuk menipuku?!"










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top