BAB 4: Kecurangan

Hi, passengers,
Before y'all continue this journey, we would like to pass forgotten good at BAB 3.


Thank you. Let's start the journey ....

###

12.00 WIB

Belum cukup keterkejutan para peserta, siluet minibus tampak melaju lekas dari kejauhan. Ryan mematung, kemudian Fathur langsung menarik lengan putra berbadan tinggi itu, lalu menyuruh para putri di dekat untuk beranjak menghindar dari muka gapura.

Ryan memekik kecoh. “Ada apa!”

"Busnya ... warnanya darah--tidak, diselimuti darah. Dan, ukurannya terlalu besar untuk masuk ke sini. Jadi, aneh sekali jika bus ikut masuk ke dalam …," jelas Fathur.

Sebuah minibus berkecepatan tinggi menembus akses masuk, lenyap sesaat, berikutnya muncul dari gapura dan memasuki Bumi Perkemahan. Minibus itu bergerak perlahan-lahan, terus berjalan hingga beradu di depan gedung khusus. Seluruh permukaan kendaraan itu dihiasi oleh noda darah merah yang masih segar, baik eskterior maupun interiornya. Tak dijumpai baik sopir maupun penumpang.

Para peserta di dekat buru-buru menutup hidung serta mual-mual. Sejumlah putri menjerit histeris. Ini seperti kejadian di Stan Konsumsi.

Tiara yang sedari tadi menggenggam gawai, menatap nanar ke layar. Putri berkacamata itu tercengung melihat notifikasi dari aplikasi Buper Saba. “Apa ini … ?” Tak berani menindaklanjuti, dia mengajak teman-temannya untuk berkomplot membuka. Tiara dan segelintir putri paling damping pun mengeklik notifikasi. Tampilan yang muncul selanjutnya ialah:

###

PERINTAH #1

Kegiatan: dibagi menjadi dua, yaitu (a) peraturan baris-berbaris (PBB) dan (b) hiking.

Waktu: 12.00-14.30 (PBB) dan 12.00-15.00 (hiking).

Peraturan:

a. [PBB]

Ikuti arahan yang diberikan oleh instruktur dengan baik dan benar.

b. [Hiking]

Delapan peserta perkemahan diminta untuk melakukan kegiatan hiking, dimulai dari lapangan apel hingga kembali ke Bumi Perkemahan melalui akses masuk. Jalur akan disediakan HANYA untuk peserta hiking.

###

Para peserta meloya kala memandang minibus yang bersimbah darah di hadap gedung khusus. Ghani dan Ahim, disusul dua putra lain, mendekat penuh waswas guna meninjau bagian interior. Di dalamnya memang penuh cairan merah, layaknya cat kendaraan tersebut adalah darah segar. Mereka berempat kemudian keluar. Ghani beserta Ahim memisah dari keramaian.

Peserta lainnya bertanya-tanya, mempersoalkan situasi terkini kepada Fathur si ketua kelas. Untung ada bala bantuan penjawab yakni dari si Qiqit, putri berbadan besar, dan si Fardhan, putra tinggi kurus--yang walau panitia Bantara, lebih pilih mengenakan seragam pramuka lengkap.

Dari perkara yang diributkan, dapat diperoleh kesimpulan lega bahwa orang-orang lain (peserta, guru, Bantara) yang gaib selepas melewati akses masuk, juga minibus yang menembus gapura, serta aplikasi Buper Saba, hanyalah hal sepele belaka yang barangkali terjadi karena efek paranormal. “Baik, semuanya tenang. Ini ulah setan, kalian semua berhalusinasi,” ujar Fathur.

Halusinasi massal? Teman-teman ragu.

"Hei, Nak!" Satu suara pria memanggil tiba-tiba.

Apakah ini pula halusinasi?

Dari arah depan akses masuk, terdengar seruan seorang pria. Lantas, para peserta menengok sumber suara dengan bingung. Di sana, berdiri pria paruh baya yang mengenakan kaus olahraga putih dan celana training hitam. Dia berperawakan tinggi ramping--raga yang rajin dibina--bermata lebar, alis tegas, serta berkumis tebal.

Fathur berjalan ke muka untuk memulai interaksi interspesifik. "Bapak siapa?" tanyanya, mencoba sopan.

"Nama saya Pak D! Saya guru olahraga!" ungkapnya.

Para peserta memekik tak percaya. Guru?!

Mendengar kata "guru" lantas membuat teman-teman yang lain menoleh dan terkejut. Gerombolan putri berbondong-bondong keluar dari musala, penasaran apa yang tengah terjadi di luar.

Pria bernama Pak D itu kini dikelilingi oleh beberapa peserta--sisanya jaga jarak mengingat dia masih orang asing. "Saat saya melihat kalian yang terlihat kesusahan, hati saya tergerak untuk membantu kalian--"

Membantu?

"Jadi katakan, apa masalah kalian, Nak?"

Para peserta pun saling tatap. Mereka masih belum berani mengungkap, atau memang karena tidak memahami situasi yang terjadi.

“Tidak apa, katakan saja, jangan sungkan. Akan saya bantu sebisa saya.” Pak D mengerasi dengan halus walau terkesan intens.

Karena tak kunjung ada yang menjawab, Qiqit pun angkat suara, "Itu, Pak, kayaknya kita ... lagi mengalami keanehan kemah. Gimana ya ... mulai dari cuma kelas kami yang ada di sini. Terus di pohon sana, ada kulit sama daging menyangkut. Terus teman yang lain--dari kelas lain--dan guru malah kayaknya enggak ke sini…, Thur," Qiqit melirik Fathur.

Menangkap maksud, Fathur menyambung, "Tadi teman yang lain sama guru kayak … masuk, tapi enggak sampai ke sini. Malah hilang, Pak. Kayak pindah dimensi pake portal. Bagaimana itu, Pak?" Dia memperagakan kedua telapak tangannya ke atas-bawah seperti saat sedang berbasa-basi atau menjelaskan.

Pak D tampak berpikir sebentar sambil mengelus dagunya. "Bapak berpikir bahwa aneh--keanehan ini--adalah perbuatan dari makhluk halus (setan). Kan, coba pikir, semuanya tak masuk akal, ya, enggak? Artinya, kelas kalian sudah dikutuk (disantet). Mungkin ada yang menyimpan dendam ke kelas kalian sehingga kalian mengalami semua ini."

Sebagian besar peserta mulai ketakutan. Makhluk halus. Setan. Kutukan. Santet. Supranatural!

"Katakan! Apa lagi yang terjadi selain itu?"

Kisikan tertuju kepada Tiara, yang memaksanya menunjukkan gawai. Sebelum ini, dia memberitahukan teman-teman yang lain tentang notifikasi pada aplikasi Buper Saba. Pak D meminjam gawai Tiara lalu mencermati tulisan yang tertera. Berpikir keras dan menimbang-nimbang dengan serius, akhirnya pria itu menetapkan keputusan.

"Anak-Anak, dengarkan saya. Kita akan membagi menjadi dua kelompok. Delapan dari kalian akan mengikuti hiking, sementara sisanya mengikuti PBB. Sepertinya saya tidak bisa ikut hiking, jadi saya tetap di sini. Untuk saat ini, mari kita tentukan dulu siapa delapan orang yang akan mengikuti hiking …."

Beberapa peserta mengeluhkan karena harus melakukan gerak jalan lagi. Mereka capai. Lagi pula, apa-apaan dengan aplikasi Buper Saba yang menyebalkan itu? Namanya aneh, mengingatkan pada sebuah surat suci.

Mengapa para peserta mau-maunya mengikuti apa yang tertulis di sana? Llebih tepatnya, mengapa mereka mau-maunya mengikuti apa yang dikatakan Pak D? Pria misterius yang secara muncul tiba-tiba … ?

"Itu demi teman-teman semua, Nak." Pak D mencoba mengusir suuzan.

Kenapa sih? Gak apa-apa, kan, sesekali berprasangka buruk?

Ada seseorang yang menanyakan siapa instruktur yang akan memberikan arahan baris-berbaris, tetapi Pak D menjawab tidak tahu-menahu.

Peserta lain mulai kelimpungan, panik mempersoalkan siapa saja delapan orang yang akan mengikuti gerak jalan untuk kedua kalinya. Perdebatan kecil sempat terjadi. Ada yang mengusulkan para Bantara--secara lebih paham. Ada yang menyarankan orang-orang berbadan dan berstamina besar.

Tak tahan dengan kalang kabut yang terjadi, seorang putri berjilbab pendek dan berkacamata angkat suara. Teman-teman memanggilnya Fifi. Dia memiliki badan kecil, tetapi berisi, juga wajah cantik. “Bagaimana jika begini?”

Fifi akhirnya memilih delapan orang dengan pertimbangan rasional. Meski terdapat satu-dua yang sempat protes dan diganti, atau yang awalnya malas malah sekarang mau-mau saja, atau yang pasrah diikutkan.

Qiqit, Fardhan, Fitri, Dina, Kuntum, Atun, Yudha, Dilla.

Tak penting nama-nama siapa yang tersebutkan, asalkan suara Fifi banyak yang menyetujui, sukses sudah. Fifi tampak senang. Dominansi itu hebat!

Setelah mendengar instruksi dari Pak D, delapan orang terpilih gerak jalan mulai menyiapkan barang-barang. Ketika semuanya telah siap, segenap peserta lain dan Pak D menyaksikan kepergian mereka dari lapangan apel. Mereka akan melewati persawahan dan melalui medan yang menantang. Sementara itu, para peserta lain hanya mematung berdiri di lapangan apel--tersirami teriknya sinar mentari.

Sementara itu, Ghani bersama Ahim, muncul bergabung ke kerumunan, Memberi tatapan mata mengilat …mengamati para peserta gerak jalan yang sudah menjauh.

###

Kudus, 22 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top