BAB 15: The End
Setibanya perintah mematikan, saat itu pula para peserta kehilangan harapan hidup.
Nyawa atau kewarasan, mana yang akan mereka pilih?
Stan Konsumi ialah area bernaung teratak yang digunakan peserta perkemahan untuk memasak dan makan bersama ketika masa istirahat tiba. Tiap kelas mendapat satu stan, dibatasi oleh sekat kecil. Panitia menyediakan kompor gas, tabung melon, meja kecil, juga tikar. Sementara peserta menyiapkan sendiri bahan masakan serta alat-alat yang diperlukan.
Namun, untuk kali ini, bukan saatnya membahas hal tersebut, bukan?
“Fathur, bagaimana ini? Katamu kita tidak boleh menyerah duluan? Sekarang bagaimana?” Intan sudah habis pikir, kesabaran lesap di udara bebas. “Kita disuruh aplikasi Buper Saba bunuh diri ramai-ramai! Ini benar-benar tidak waras …. Kita semua akan mati … !”
Putra yang ditanyai malah membisu, diam sibuk menatap tanah dengan tangan membekap sebagian wajah. Seolah membalas, “Tunggu, biarkan aku berpikir dulu ….”
“Buruan! Cepat! Waktu kita tidak banyak, Thur!”
Intan membentak sampai muka nan cantik jadi merah padam. Putri tanpa kaki kiri, Fennia, berjalan tertatih menghampirinya. Dia mencoba menenangkan dengan suara halus, tetapi tersurat gelisah. “Intan, tenang dulu, oke? Fathur juga sama bingungnya dengan kita …. Dia pasti sedang mencari jalan supaya bisa selamat dari perintah ini.”
Si Ketua terlalu lama memutar otak, sampai-sampai kawan-kawannya kabur, berpencar ke sudut-sudut terpencil Bumi Perkemahan. Panca dan Dilla tampak mesra jalan berduaan, bukan momen yang tepat di saat histeria seperti ini, lalu hilang di balik tenda-tenda putri. Tidak apa, biar mereka pergi, pikir Fathur.
Ghani ikut memisah, diam seribu basa, kemudian segera disusul Ahim yang berusaha membujuknya kembali. “Lebih baik gabung bersama teman-teman untuk menghadapi ini,” pintanya. Fathur tak dapat memahami kata-kata manis itu.
Si putra berseragam pramuka lengkap tak bisa memilih keputusan yang tepat. Kala lalat-lalat bising termanifestasi dari emosi kebingungan, otak Fathur membeku detik itu juga.
“Maaf, teman-temanku …. Aku … aku tidak tahu caranya ….”
Fathur melihat peserta putri tersisa diliputi kekecewaan berbalut raut putus asa, bercerai-berai meninggalkan Stan Konsumsi. Dalam waktu singkat tersisa yang diberikan, mereka tak tahu harus melakukan apa selain berdoa dan berserah akan nasib.
“Sepertinya memang tepat menghabiskan waktu sebelum ini semua berakhir .…”
Sementara itu, tinggal Ryan saja yang menemani di Stan Konsumsi. Putra berbadan tegap itu masih harap-harap, tetapi melihat mimik Fathur yang bagaikan sudah pasrah. Dia menepuk pundak kawannya, lalu memberi tatapan pula ucapan untuk tegar menghadapi akhir ini.
Baru Fathur memilih cara-cara ternyaman dan paling damai untuk mengakhiri, putri berkacamata tergopoh menghampirinya. Apa yang membuatnya berlari buru-buru ke Stan Konsumsi sangat membuat Fathur penasaran, sampai-sampai berteriak saking kagetnya.
“Ada apa, Tiara!” bentak si Ketua.
Tiara mengatur napas di sela berujar, “Ini sebenarnya ide dari Billa .… Katanya, kita belum coba meng-uninstall aplikasi Buper Saba. Mungkin jika kita melakukannya, kutukan Buper bisa menghilang--terlepas--sehingga kita bisa selamat dari kekuatan supernatural dan perintah ini. Tapi, dia takut terjadi apa-apa kalau uninstall, jadi dia belum melakukannya.”
Teringatlah memori kala bersantai di Tenda Putri, Tiara mengobrol dengan Billa di atas tikar. Itu hal yang penting, dan mereka berencana menuturkannya ke Ketua. Namun, perintah saat itu telah dahulu dimulai, menguasai tubuh sampai kerasukan. Tiara benar-benar memohon ampun karena melupakan ide seurgen ini.
Fathur masih kebingungan. “Ini terlalu berisiko …. Terus, kau sudah melakukannya?”
“Aku sudah coba … tapi tidak terjadi apa-apa. Makanya aku buru-buru ke sini mau memberi tahu,” ungkap Tiara.
Mendengar itu, manik mata Fathur mengilat, ekspresinya horor. Suara tamparan tercipta. Tiara memegangi pipinya sambil menatap pilu dengan posisi bingkai kacamata yang tak benar.
“Bodoh! Selagi masih ada harapan, di situ kita harus berusaha!”
“Maaf, Thur, harusnya aku dan Billa memberi tahu sejak awal .… Kalau--kalau kita melakukannya dari awal, mungkin Billa dan teman-teman yang lain tidak akan mati ….”
Tangisan putri itu pecah. Dia melepas kacamata dan mengusap kelopak yang berlinang air mata.
Fathur pun menyuruh Tiara tenang dahulu. Lalu bersama Ryan, mereka bertiga menyampaikan ide tersebut, seraya berteriak menyuruh semua peserta tersisa mencopot pemasangan aplikasi Buper Saba. Masing-masing peserta yang menangkap arahan itu pun segera melakukan hal yang diinstruksikan, termasuk Ghani dan Ahim--yang sedang mengisi daya gawai di Gedung Khusus.
Setelah itu, Fathur meminta semua peserta yang sudah melakukannya untuk kembali berkumpul ke Stan Konsumsi. Maka, kini Fathur bersama lima putri dan tiga putra berhimpun di situ, harap-harap cemas menanti batas waktu tercapai.
Apakah cara ini bakal berhasil? Apakah kekuatan paranormal aplikasi Buper Saba akan membunuh mereka? Apakah para peserta tersisa akan dikuliti hidup-hidup?
Semua pasang mata menyuratkan ketakutan terbesar terhadap ketidakpastian.
17.45 WIB
Fathur benar-benar tak percaya usaha ini sukses. Tidak ada peserta yang mati--tidak ada yang dikuliti hidup-hidup. Semua orang bersorak gembira merayakan keberhasilan. Ini artinya, sudah tidak ada lagi kekuatan supernatural Bumi Perkemahan, tidak ada lagi kutukan aplikasi Buper Saba, tidak ada lagi kematian mengenaskan. Sekarang mereka bisa fokus mencari cara untuk keluar dari tempat mengerikan.
Tidak sebelum mayat Panca dan Dilla ditemukan.
Fina adalah putri yang menjumpai jasad mereka. Keduanya didapati gantung diri di dalam tenda Panitia, dengan tali pramuka menjerat leher sampai mencekik kuat. Wajahnya tampak tersiksa, lidah menjulur dengan liur meleleh, mata melotot dan mendelik ke atas, air mata habis mengalir deras, ingus mencair. Kaki menggantung beserta lengan lemas menjadi tanda mereka tak bernyawa lagi.
Semua peserta tersisa berkumpul di depan sana. Sangat disayangkan. Namun, hal yang sudah telanjur, sudahlah diterima saja.
Tak lama berselang, terdengar bising dari arah Stan Konsumsi. Para peserta dibuat tercengang atas apa yang mereka saksikan. Seluruh tabung melon bocor, menguarkan gas menyengat ke udara. Beberapa detik kemudian, tercipta api yang berkobar hebat, memakan seisi Stan Konsumsi sampai dilalap jago merah. Atap teratak terbakar. Tikar terbakar. Meja terbakar. Semuanya terbakar sampai hangus. Dalam sekejap, api padam, meninggalkan abu hitam dan logam gosong.
Rupanya, kekuatan supernatural masih berlaku selama di sini masih berlatar Bumi Perkemahan. Mendorong Ghani menuju Monumen Tunas Kelapa untuk mengejawantahkan kontemplasi selama ini.
###
Total peserta tersisa: 9 dari 32 orang
Total peserta mati: 22 orang
Total peserta tak diketahui: 1 orang
###
Klaten, 21 Februari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top