Penyimpangan-VIII
Hari Kesembilan Sekolah
Sebelum bel masuk
XI MIPA 3
Ihsan-ketua kelas-dan dua temannya-Riki serta Basar-sedang bermain game online yang sedang tren, AOV.
Sementara, para perempuan sedang asyik mengobrol, seperti Nisfa dengan Mita dan Ovie, Evy denga Fatmawati, serta Yessi dengan Yossi. Sepertinya Nisfa sedang curhat tentang laki-laki yang ia sukai.
Lala sedang asyik bermain HP sendirian. Begitu pun dengan Surya dan Angga. Sementara Angger tengah terlelap di atas meja.
Ding-dong...
Selamat pagi...
Waktu belajar segera dimulai,
siswa kelas satu, dua, dan tiga dimohon memasuki ruang kelas masing-masing...
Selamat belajar...
Hukuman akan diberikan bagi yang melanggar...
Siswa menyanyikan Lagu Indonesia Raya...
Dalam hitungan ketiga,
satu...
dua...
tiga...
...
...
Seluruh siswa kelas XI MIPA 3 hanya mengabaikan suara dari speaker itu. Mereka tidak menyadari akan hukuman yang bakal mereka terima.
...
Kelas berikut adalah kelas-kelas yang melanggar perintah, dan akan dihukum dengan berbagai hukuman yang berat:
X IPS 4
XI MIPA 3
XI MIPA 7
XI IPS 1
XII MIPA 2
XII MIPA 6
XII IPS 3
XII IPS 4
[(Suara dari speaker) Indonesia...]
"Hah, apa maksudnya?" tanya Lala yang kemudian meletakkan HP-nya.
[...tanah airku]
Tiba-tiba, pintu masuk dan jendela kelas XI MIPA 3 tertutup oleh jeruji-jeruji besi seperti pada sel penjara.
[Tanah tumpah darahku]
"Hei, apa yang terjadi?!" seru ketua kelas, Ihsan.
Tit tit tit ttiit...
Duarr-!
"Aaaaaaaaa-!" teriak salah seorang murid. Ia melihat teman perempuannya-Lala-yang di belakang, meledak dan mencipratkan darah-darah.
[Di sanalah...]
"Semuanya menuju ke depan! Cepat!" perintah Ihsan.
[...aku berdiri]
Jlep jlep jlepp-! Sekelompok panah mengenai beberapa murid. Murid-murid itu langsung tergeletak di atas lantai dengan mata melotot.
[Jadi pandu ibuku]
"Aaaaaaaaaaaaaa-!" Beberapa murid yang lain tertusuk-tusuk oleh tombak berantai yang muncul dari dinding.
[Indonesia ... kebangsaanku]
"Oowkk owkk oeewkk-!" Gerombolan flail berputar-putar dan mengenai kepala beberapa siswa laki-laki yang tinggi. Mereka pun langsung tergeletak akibat lubang besar pada kepala mereka.
[Bangsa dan Tanah Airku]
"Yossi! Ayo keluar dari sini!" paksa Yessi dengan gelisah.
"Tidak-! Tidak mau!" tolak Yossi.
Craattt-! Craaaatt-!
Kedua perempuan tersebut-Yessi dan Yossi-tertebas di bagian punggung oleh sebuah gada berduri yang besar.
[Marilah kita berseru]
"Aaaaaaaa-!" Beberapa murid berlari menuju pintu masuk kelas. Saat tangan mereka menyentuh jeruji besi, seketika tubuh mereka menghitam dan berubah menjadi abu.
[Indonesia bersatu]
"Semuanya menjauh dari pintu-!" perintah Ihsan.
"Tidaaak-! Aku tidak mau mati-!"
"Ini semua tidak nyata kan?!"
"Aku masih bermimpi! Bangun bangun bangun!"
"Aaaaaaaa-!"
[Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku]
Slaaashhh sleeeshhh sraaasshhhh-!
Lima tubuh murid seperti tertusuk jarum besar secara beruntun. Tubuh itu terhubung oleh senar sehingga terbawa menuju dinding bagian samping, tertahan di sana.
"Haaahhh-!"
"Aaaaaa-!"
"Tidaakkk-!"
[Bangsaku Rakyatku...]
"Ihsan.... Ihsan.... Aku tidak mau mati...," isak Evy-temannya.
"Tenang saja! Aku akan melakukan-"
[...semuanya]
Jraaasssshhhh-!
Sebuah batang logam besar menghantam punggung kiri Evy sehingga jantungnya keluar dan terlempar mengenai tepat di wajah Ihsan. Darah dari dada Evy memancar deras mengenai wajah teman-temannya.
[Bangunlah jiwanya]
"Hoh hoh hoh...? Haaaaaah-!" teriak Ihsan tercengang.
"Tidaaaakkkk-!" Teman-temannya kembali berteriak histeris.
[Bangunlah badannya]
Kini tersisa sepuluh murid saja, yaitu Ihsan, Riki, Basar, Nisfa, Mita, Ovie, Fatmawati, Surya, Angga, dan Angger.
"Apa kalian bodoh?! Berdiri dan nyanyikan lagu Indonesia Raya!" teriak Fatmawati.
[Untuk Indonesia Raya]
Maka serentak mereka pun berdiri dan bersiap untuk menyanyi.
"Indonesia...."
Tiba-tiba, dari lantai muncul lubang kotak, dan lubang itu berada di atas Fatmawati, Surya, dan Angga. Mereka bertiga pun jatuh ke bawah tanah yang penuh akan lava panas.
[Indonesia Raya]
"Tidaaaakkkk-!"
"Jangan berhenti-! Lanjutkan!"
"Merdeka...."
[Merdeka Merdeka]
Tiba-tiba, muncul beberapa pengait besi dari bawah papan tulis dan mencekik leher-leher murid. Basar, Mita, Ovie, dan Angger tercekik pengait besi tersebut dan kemudian tertahan pada dinding. Lalu tubuh mereka tertembus duri-duri baja yang muncul dari dinding.
[Tanahku negeriku...]
Ihsan terbelalak melihat teman-temannya yang mati secara tak wajar. Ia pun dengan gemetaran duduk di kursinya.
[...yang kucinta]
"Ihsan-! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati-!" Riki menangis tersedu-sedu.
"Tenang saja, Riki! Kita pasti tidak akan mati di sini!" Ihsan mencoba menenangkannya.
[Indonesia Raya]
"Ihsan! Ayo keluar paksa dari sini-!" Riki berada di depan Ihsan.
[Merdeka Merdeka]
Slaaaaaaassashhhhh-!
"Ih-san...." Tubuh Riki terbelah menjadi dua oleh katana yang mencuat dari balik jendela. Darah dan isi perut terjatuh sehingga mengotori lantai kelas.
[Hiduplah Indonesia Raya]
"Tidaaaakkkkkk-!" teriak Ihsan karena tak berhasil melindungi sahabatnya.
Kini di kelas tinggal dirinya dan Nisfa yang mematung di dekat.
[Indonesia Raya]
"Tidak apa-apa, tenanglah...." Nisfa duduk di sebelah Ihsan.
[Merdeka Merdeka]
Nisfa memegang erat tangan Ihsan sambil menutup matanya. Air mata mengalir melalui pipinya.
[Tanahku negeriku yang kucinta]
"Aku menyukaimu, Ihsan," ucap Nisfa.
[Indonesia Raya]
Kepala Nisfa terpenggal dan hendak terhempas, tetapi Ihsan memegangi dan berhasil menahannya.
[Merdeka Merdeka]
"Aku juga menyukaimu...." Air mata mengalir melalui pipi Ihsan.
[Hiduplah ... Indonesia Raya~]
Kepala Ihsan terpenggal dan terlempar menuju pintu masuk kelas.
[(selesai)]
Pintu masuk dan jendela kelas XI MIPA 3 pun kembali seperti semula.
***
XII MIPA 2
Seorang laki-laki berbadan tinggi bernama Nopal menuju ke depan, mengangkat gatling gun, dan menembaki seluruh teman-temannya dalam serangan dadakan. Badan teman-temannya berlubang-lubang dan mengeluarkan darah yang amat banyak. Setelah puas membunuh semua temannya, Nopal menusuk jantungnya menggunakan army knife. Ia pun tergeletak di atas lantai dan kejang-kejang sebelum akhirnya mati.
***
06.50
Apel Pagi
Kepala sekolah-Bapak Supriyono-mengatakan, "Jadi, tugas bapak ibu guru sebelum mengajar di kelas adalah, masing-masing dari kalian harus membawa kepala murid dan meletakkannya di depan kantor guru. Setelah itu, bapak ibu guru baru boleh mengajar. Yang tidak melaksanakan akan dihukum."
Maka, para guru pun menyiapkan golok mereka dan mulai memburu murid-murid.
"Tolong bantu ibu."
Jreeesssshhhh-!
"Kau mencintai bapak, 'kan?"
Jroooosshhhh-!
"Kenapa kalian tidak ke kelas?"
Jraaasssshhhh-!
"Ibu minta kepala kalian satu saja."
Jraaasssshhhh-!
"Bapak tidak mau mengajar kalau tidak dapat kepala."
Jroooossshhhh-!
Akhirnya setelah para guru selesai, dan kepala-kepala murid telah terkumpul, proses KBM pun kembali berjalan seperti biasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top