Penyimpangan-IX
Hari Kesepuluh Sekolah
06.00
Seluruh guru dan murid bersiap-siap untuk melaksanakan senam kebugaran jasmani di lapangan sepak bola. Di depan sudah ada Kuntum yang menjadi instruktur. Ia naik ke atas panggung. Di sana ada sebuah boneka kain dengan model manusia. Seluruh peserta pun bersiap diri, dan masing-masing siswa berpasangan dengan siswa lainnya, kecuali kelas XII MIPA 1 yang melihat ke sekitar dengan bingung dan heran.
Kegiatan senam pun dimulai. Kuntum memulai gerakan pertama.
Satu
Gerakan menyergap lawan.
Dua
Mengambil ancang-ancang kaki.
Tiga
Menempelkan kaki ke perut lawan.
Empat
Mendorong perut lawan sekuat tenaga.
Lima
Menarik badan lawan sedekat mungkin.
Enam
Melepaskan pegangan pada tubuh lawan.
Tujuh
Menghempaskan tubuh lawan ke tanah.
Delapan
Kembali ke posisi semula.
Satu
Memegang tubuh lawan.
Dua
Mengeratkan pegangan.
Tiga
Membanting tubuh lawan.
Empat
Mendirikan tubuh lawan.
Lima
Mengepalkan telapak tangan terkuat.
Enam
Memukul keras dada lawan.
Tujuh
Menginjak dada lawan.
Delapan
Kembali ke posisi semula.
Satu
Mencengkeram leher lawan.
Dua
Mematahkan leher lawan ke kanan.
Tiga
Mematahkan leher lawan ke kiri.
Empat
Memukul tengkuk lawan.
Lima
Memukul tenggorokan lawan.
Enam
Menusuk kedua mata lawan.
Tujuh
Mendorong tubuh lawan.
Delapan
Kembali ke posisi semula.
Peserta yang lain mengikuti gerakan Kuntum dengan lihai, benar, dan lancar. Kelas XII MIPA 1 pun terheran-heran melihatnya.
***
Gerakan utama telah selesai. Banyak tubuh yang tergeletak kaku di atas tanah. Berikutnya adalah gerakan penutup.
Kuntum memulai gerakannya. Pertama, seperti memegang suatu tongkat. Lalu, mengayunkannya ke atas. Kemudian, menghantamkan ke tanah, mengeruk, dan mengulangi lagi dari awal sampai tiga kali.
Kemudian, Kuntum mengambil boneka manusia dan meletakkannya ke bawah. Lalu, ia mengayunkan tongkat, memukulkan ke arah samping boneka manusia, dan mulai mengeruk.
Kegiatan senam-ralat-pembunuhan, telah selesai. Kini di lapangan sepak bola terkubur mayat-mayat manusia-mayat-mayat warga Saba.
Setelah itu, para warga Saba yang tersisa pun menuju ke ruangannya masing-masing, untuk mengikuti KBM seperti biasa.
***
S.P. Atun
Pembunuhan di Saba? Ya, aku sudah curiga. Sejak pembunuhan pertama, pembunuhan Chyntia.
Siapa yang tega membunuh Chyntia? Kabar pertama yang beredar berbunyi bahwa ia datang ke sekolah pada hari Minggu. Karena Chyntia sedang datang bulan, ia tak mengikuti salat Idul Adha. Kabar kedua mengatakan bahwa Chyntia telah diundang oleh seseorang untuk datang ke sekolah. Seseorang ini diyakini sebagai pembunuh Chyntia.
Sebenarnya siapa si pembunuh misterius ini? Teman-temanku, misalnya Dina, mengatakan bahwa ia adalah Intan. Sementara Intan, secara pribadi, mengatakan padaku bahwa Dina adalah pembunuh itu. Entahlah, hingga saat ini pun polisi belum menemukan titik terang.
Yang kedua adalah penjagalan manusia sebagai alih-alih penyembelihan hewan kurban. Dan, sebagai pemimpinnya, temanku sendiri, Alifa. Apakah ia tak merasa bersalah sedikit pun? Bahkan ia mengatakan tak melakukan pembunuhan manusia saat kutanya. Apakah pihak sekolah berusaha menutupi kejadian ini? Bahkan polisi tidak mengetahui sedikit pun. Apalagi dengan siswa yang menerima daging-dagingnya. Sungguh mengerikan!
Yang ketiga adalah pembantaian anggota bantara menggunakan gergaji mesin. Saat ditemukan, terdapat seseorang yang masih hidup, yang diyakini sebagai pelaku kejahatan. Dia adalah Dina. Akan tetapi, hasil penyelidikan menyatakan bahwa Dina bukan pelakunya sebab tak ditemukan satu pun sidik jari Dina di gergaji mesin, padahal gergaji mesin tersebut memang digunakan untuk membunuh para bantara. Artinya, Dina juga termasuk korban.
Yang keempat, ditemukannya puluhan mayat anggota irmas di lapangan sepak bola. Aku dengar mereka melakukan bunuh diri massal. Dan, yang lebih parah, mereka sedang mencoba suatu aliran sesat.
Yang kelima, meninggalnya para peserta lomba kaligrafi saat mereka sedang melukis. Penyebab mereka meninggal adalah kekurangan darah. Dan, aku mendengar bahwa mereka menggunakan darah mereka untuk melukis. Aku tidak salah dengar, 'kan? Ah, kalau tidak salah Fina adalah juara satunya.
Yang keenam, kabar hilangnya guru MTK Peminatan, Bu Rina. Aku dengar beliau sebenarnya telah ditemukan di lab Biologi dengan keadaan mengenaskan. Beliau telah disiksa dan dibunuh. Ah, mengapa aku selalu mendengar yang tidak-tidak, ya?
Yang ketujuh, berita tentang ditemukannya delapan belas mayat OB di atas panggung indoor. Ada yang mengatakan mereka dibunuh, ada juga yang mengatakan bahwa mereka melakukan bunuh diri massal.
Yang kedelapan, kematian semua ikan pada kolam di musala. Dan, perkelahian antar siswa yang menyebabkan mereka semua tewas. Apa mereka sudah gila? Apa sih masalah mereka? Bahkan, Fardhan yang menjadi imam saat itu pun tidak tahu-menahu.
Yang kesembilan, ditemukannya mayat hampir seluruh anggota OSIS dan MPK di ruang serbaguna. Dikatakan bahwa mereka saling bunuh-membunuh. Ini lagi! Ah, aku benar-benar pusing! Bahkan Emak dan Ryan sebagai dua orang yang selamat pun hanya senyum-senyum saja saat ditanyai.
Yang kesepuluh, pembunuhan massal seluruh murid dalam beberapa kelas dan pemenggalan kepala-kepala murid. Aku pikir pihak sekolah adalah dalang dari peristiwa ini. Tetapi, untuk apa?
Dan, yang terakhir, senam Kuntum yang diikuti hampir seluruh siswa, menyebabkan sebagian terbunuh akibat kerusakan pada bagian vital mereka.
###
S.P. Penulis
Sabtu II
"Wah dari Bubin nih." Chyntia melihat dan membukanya.
Besok datang ke sekolah jam 9 pagi. Aku ingin membahas sesuatu denganmu.
"Ah ternyata dari Atun," batin Chyntia.
Di Rumah Atun
"Datanglah Chyntia sayangku.... Aku menantimu...."
Slyuuurrppp-! Atun menjilati layar ponselnya.
***
Minggu II
"Akhirnya kau datang juga," sambut Atun.
"Ah, Atun! Apa yang kau mau?"
"Lihat ini." Atun menunjukkan beberapa foto.
Chyntia melihatnya, dan seketika wajahnya memucat. "Tidak mungkin...."
Itu adalah foto saat Intan menguntit Miftah ke mana pun ia pergi. Dan, hal tersebut Intan lakukan berkali-kali, tidak hanya satu atau dua kali saja.
"Apakah kau tahu apa yang harus kau lakukan sekarang?"
Chyntia hanya mengabaikan Atun dan mencoba menyadarkan dirinya yang sedari tadi melamun.
"Kau juga menyukai Miftah, 'kan?" hasut Atun. "Ini, ambillah." Atun menyodorkan sebuah stapler raksasa.
"Kau ingin diakui oleh Miftah, 'kan? Maka persembahkanlah tubuhmu itu kepada Miftah. Aku yakin Miftah pasti akan menyukaimu. Dia pasti akan berpaling dari Alya. Ya? Ya? Miftah.... Miftah.... Miftah.... Mif-tah...."
Seolah terhipnotis perkataan Atun, Chyntia pun menerima stapler tersebut, lalu ia menempelkan tubuhnya pada dinding terdekat. Chyntia mulai menstaples kedua pahanya, sehingga tubuhnya bisa terpasang pada dinding. Kemudian Chyntia melanjutkan ke bagian-bagian tubuh yang lain. Dengan penuh bergairah dan berahi, Chyntia menstaplesi tubuhnya, berharap Miftah dapat menyukai dirinya. Hingga napas terakhirnya pun, Chyntia tetap berharap Miftah akan menyukainya.
***
"Bu Guru, aku menyarankan Alifa sebagai ketua kali ini!" usul Atun.
"Hmm ... ide yang bagus, Tun. Alifa, apa kau bersedia?"
Alifa tampak pikir-pikir dahulu. "Baiklah, Bu." Ia setuju.
***
"Dina, apa kau suka gergaji mesin?" tanya Atun.
"Gergaji mesin?"
"Ya, gergaji mesin. Kau sedang marah 'kan, karena Chyntia telah dibunuh? Maka mengapa tak melampiaskan amarahmu itu kepada para bantara sepulang sekolah nanti? Siapa tahu pembunuh Chyntia ketakutan dan bakal mengaku...."
"Atun...." Dina tersenyum haru. "Ya, baiklah. Terima kasih sudah memberiku bantuan."
***
"Alya, bacalah cerita ini." Atun menyodorkan suatu cerita bergambar kepada Alya. Alya menerimanya dan mulai membaca.
"Wah, cerita yang bagus!" seru Alya.
"Aku akan menyebarkannya kepada teman-teman irmas," tambahnya.
***
"Fin." Atun mencegat Fina.
"Apa, Atun?" Fina memasang wajah polos dan ramahnya.
"Ini." Atun menyodorkan suatu wadah berisi cairan merah.
"Apa ini?"
"Itu cat istimewa. Kau tidak akan menemukannya di toko cat mana pun. Pakailah. Aku yakin kau akan memenangkan juara satu."
"Ah, baiklah. Terima kasih, Atun!" Atun hanya tersenyum kecil.
***
Atun menghentikan langkah Bu Rina. "Bu, Bu Rina ditunggu di lab Biologi."
"Ditunggu siapa?" tanya Bu Rina.
"Enggak tahu, Bu. Tadi saya dikasih tau temen."
"Ya sudah, saya ke sana dulu." Bu Rina lanjut berjalan.
"Ya, Bu." Dalam hati Atun, "Sungguh guru yang bodoh sekali, hihi...."
***
Saat musala sepi, Atun menaburkan bubuk racun ke kolam ikan nila. "Hihihi...."
***
Atun tergopoh-gopoh berlarian membawa tas yang besar dan berat. Ia kemudian menuju ke lantai dua, tepatnya ruang serbaguna. Setelah Atun memasuki ruang tersebut, ia melempar tasnya ke pojokan, dan menutup tas itu dengan kain yang tebal.
***
Kepada grup angkatan kelas X, grup angkatan kelas XI, dan semua grup kelas XII kecuali XII MIPA 1:
"Ini adalah video yang akan digunakan saat senam besok. Tolong dipelajari agar kalian dapat melaksanakannya dengan lancar."
***
Hari Kesepuluh Sekolah
Jam Pelajaran Terakhir
"Aku adalah ketua kelas di sini! Bisa dibilang aku adalah raja yang berhak untuk memutuskan!" seru Fardhan.
"Tunggu dulu, Dhan! Jangan asal menentukan! Kita tidak tahu siapa sebenarnya yang menyebabkan kekacauan di sekolah kita!" Atun mencoba menenangkan Fardhan.
Tiba-tiba, masuklah Pak Gatot yang tidak membawa satu pun buku. Beliau berdiri di depan semua muridnya dan menyeringai lebar, sampai-sampai ujung-ujung bibirnya mencapai pipinya.
***
Kematian OB
Setelah OB itu melihat jamnya, ia menuju ke ruang OB, memanggil semua rekannya untuk datang ke sekolah. Namun, hanya delapan belas rekannya yang datang. Kemudian, ia menyiksa dan membunuh rekan-rekannya, lalu menggantung mereka di atas panggung indoor.
Pertengkaran Makmum
"Kau 'kan yang membunuh ikan-ikan nila itu?!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Cih."
Saat salat dimulai
"Kau 'kan yang membunuh ikan-ikan nila itu?!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Kau 'kan yang membunuh ikan-ikan nila itu?!!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Kau 'kan yang membunuh ikan-ikan nila itu?!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
"Bukan! Bukan aku!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top