[f!Ιε nοτ fουηδ]


🍁

N.B.: Kepada yang non Islam dipersilakan untuk langsung meng-scroll :)






Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....



Puji syukur ke hadirat Allah SWT.
Atas limpahan berkah dan rahmat-Nya, kita semua dapat membaca cerita yang berjudul Pramuka Berbaju Merah ini. Tak lupa semoga salawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi'in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.









Terima k⬛⬛ih k⬜⬜ada s⬛mua teman-teman d⬜n se⬜ua p⬜h⬜k y⬜ng tela⬛ b⬛kerja sama, baik itu pe⬛ba⬛a, pe⬛go⬜⬜⬜tar, ⬜⬜mber⬛ ⬛ukun⬛an, mau⬛⬛n to⬛⬜h dal⬜m ceri⬜a, da⬜am cerita Pr⬛muka Berba⬜u Merah i⬜i yan⬜ akhirn⬛a di ch⬜⬛ter sebel⬜⬜nya t⬜lah⬜

Brreeeeet-------
Bbbbrrrtttt brrrtttt bbbbbrtt

rrt...



















❎❎❎❎❎❎❎❎❎❎❎
🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫❎❎❎❎❎❎❎❎❎❎❎
🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫🚫
❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎
🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫
❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎
🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫
❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎🚫❎

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠⚠
⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔


















































































































































































































***

Tragedi Ketujuh Belas: Kebenaran Merah

Ahim terbangun. Ia langsung tercekat dan menelusuri ke sekelilingnya. Ruangan kelas. Ini ruangan kelas XII MIPA 1. Ahim sedang duduk di kursinya yang terletak di depan.

Di sebelahnya terlihat Ghani yang bercanda ria dengan Alya yang duduk bersimpuh di samping bawah Ghani. Fifi dengan Denok saling bercanda dan mengejek satu sama lain. Qiqit dan Atun berbincang-bincang dan terdengar perdebatan di antara mereka. Risma dan Feniana di belakang Ahim sedang asyik memainkan smartphone mereka. Atau gerombolan kpopers di belakang seperti Bila dan Tiara yang sedang heboh membicarakan idola mereka. Juga beberapa siswa laki-laki yang asyik bermain game di belakang.

Kemudian, masuklah Pak Gatot ke dalam kelas. "Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Pak." Seisi kelas menjawab dengan serempak.

Ahim termenung pada kursinya. Ia terdiam, tak berkedip sedikit pun. Pikirannya sedang memproses apa yang dilihatnya saat itu.

"Ini-ini semua ... mimpi...?" Ahim mencoba menyadarkan dirinya.

"Mimpi? Ah mimpi...." Ahim bernapas lega. Hal-hal mengerikan yang telah terjadi, ternyata semuanya, hanyalah mimpi. Mimpi belaka—semuanya.

"Haha...." Ahim tertawa lepas, dengan matanya yang terkatup.

Saat matanya terbuka, Pak Gatot dan semua temannya telah raib keberadaannya, mereka hilang.

Ahim kebingungan, "Di mana kalian?"

"Ah ini Fisika, ya. Kan semuanya menuju lab Fisika. Teman-teman, tunggu aku!" Ahim membuka pintu kelas yang tertutup. Ia keluar dari bangunan, ia berada pada bumi perkemahan.

"A—Apa?" Ahim tak percaya, kedua pupilnya terkonstriksi.

Ia melihat dirinya dan teman-temannya yang terbujur kaku pada tenda-tenda mereka, tenda sangga 1 putra, sangga 1 putri, dan sangga 2 putri, serta tenda bantara. Ada yang di dalam tenda, di luar tenda, maupun terbaring di atas tikar. Mereka dikelilingi oleh garis polisi berwarna kuning. Banyak, banyak sekali peserta kemah lainnya yang memandangi keadaan Ahim dan teman-temannya dengan tatapan pilu dan penuh tragedi. Mereka tak percaya hal seperti itu dapat terjadi dalam sekejap—kematian.




Ssrrrttttt....

Sabtu Pagi

"Sejumlah 32 peserta kemah blok Saba ditemukan meninggal pada Sabtu dini hari, pukul 03.42. Seluruh korban adalah murid pada satu kelas yang sama. Diduga seluruh korban telah mengalami keracunan makanan. Menurut pemeriksaan, racun tersebut baru akan bereaksi setelah penggunanya tertidur selama beberapa jam. Tak ada seorang pun baik itu peserta lainnya maupun pembina yang menyadari kematian tersebut, hingga fajar telah tiba, saat itu seluruh korban telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia."

***

Ahim terhenyak melihat barang yang dibawa olehnya. "Alifa, apa yang kau bawa? Itu ... jangan-jangan!"

Alifa terdiam pada posisi berdirinya saat Ahim memergoki dirinya membawa sesuatu itu. Alifa menundukkan kepalanya, lalu mendekati Ahim. Ia memohon dengan amat sangat, "Ahim, maafkan aku. Tapi aku mohon. Bantulah aku. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sudah tidak kuat. Teman-teman bertingkah menjadi seperti itu. Mereka terus-terusan memprotes tentang kegiatan hiking tadi. Aku ... aku tak ingin teman-temanku seperti itu. Aku tak ingin lagi. Aku harus menghentikannya. Sekarang atau tidak."

Ahim mengubah pandangan matanya menjadi amat dingin, "Apa kau juga akan melibatkan teman-teman lainnya yang tidak berdosa?"

"Ya, semua atau tidak sama sekali. Semua harus merasakannya. Ini adalah dosa. Dosa yang harus diterima oleh semua murid di kelas kita."

Ahim terhasut. Ia akan membantu rencana hitam Alifa. "Baiklah, aku akan memberimu pertolongan."

Racun itu dicampur pada bahan makanan oleh Alifa dan Ahim saat petugas konsumsi yang lainnya tengah sibuk menyiapkan makanan lain. Semua siswa XII MIPA 1, termasuk bantaranya, memakan makanan itu.

***

Berikut daftar perkiraan waktu kematian para korban:

Jumat malam
22.12-Ebe
22.27-Leli
22.28-Ghani
22.34-Bila
22.34-Fennia
22.34-Nanda
22.34-Tiara
22.40-Risma
22.40-Feniana
22.56-Mei
22.56-Herlina
22.57-Dilla
23.01-Fathur
23.14-Nana
23.22-Shilka
23.30-Panca
23.49-Yudha
23.55-Uyut

Sabtu pagi
00.01-Alya
00.01-Atun
00.01-Kuntum
00.01-Fardhan
00.01-Intan
00.01-Dina
00.01-Alifa
00.01-Emak
00.01-Ryan
00.01-Fina
00.23-Qiqit
00.55-Fifi
00.55-Denok
01.00-Ahim

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top