5
Arlan menepuk jidat. "Ngasih tahu si biang gosip Joan sama aja kayak ngasih tahu ke semua orang!" decaknya.
"Emang itu berita rahasia? Kalian beneran udah putus, kan? Apa jangan-jangan kamu berubah pikiran dan mau balikan?" tanya si Arkan. Karena sering terjadi kejadian orang yang mengucap putus karena emosi tapi besoknya balikan lagi.
"Nggak!" jawab Arlan cepat. "Kami emang udah putus." Kali ini keputusannya sudah sangat bulat. Dia sudah sangat lelah menghadapi tempramen Lana yang overprotective itu. Hanya ngobrol sepatah dua patah kaca dengan cewek lain saja, Lana sudah menuduhnya selingkuh. Bahkan Jenny Blackpink aja dicemburui oleh Lana. Sebagai cowok kan wajar kalau Arlan juga ingin melihat oasis cewek cantik dan seksi. Arlan sungguh tidak habis pikir. Kenapa Lana begitu tidak percaya bahwa cinta Arlan ini hanya untuk dia bagaimanapun wujudnya? Sudah cukup Arlan memberikan cintanya untuk orang yang bahkan tidak bisa menghargainya.
"Ya udah, kan? Ngapain marah-marah gitu? Jumat besok ikut futsal, nggak? Biar nggak dikatain Cinderella terus." Terdengar tawa Arkan yang renyah.
Arlan mengumpat-umpat. Cinderella adalah julukan buat dia dari teman-temannya, karena dia tidak pernah bisa ikut acara nongkrong bareng di atas jam sepuluh malam gara-gara larangan dari Lana. Bahkan Cinderella aja sebenarnya baru pulang ke rumah jam dua belas. Jam malam Lana terlalu tidak masuk akal. Kenapa juga dulu Arlan iya-iya aja ya? Mau tak mau dia harus mengakui kalau dirinya dulu terlalu bucin sama Lana. Sampai segala permintaan wanita itu dia turuti.
"Ya udah, ketemu Jumat besok ya di mana?"
Karena sedang menelepon, Arlan tidak melihat depan dan hampir saja menabrak seorang gadis mungil yang kebetulan berbelok di ujung koridor. Arlan dengan sigap menangkap gadis itu agar tidak terjatuh.
"Eh, maaf," ucap Arlan.
"Nggak apa, Dokter. Saya juga salah karena buru-buru." Cewek itu mengembangkan senyuman manis. Namanya Siwi, perawat. Sesama pegawai BLUD di rumah sakit ini. Cewek manis yang lemah lembut, membuat Arlan selalu ingin menolongnya.
"Kamu mau buru-buru ke mana?" tanya Arlan.
"Buru-buru ke kantin," kekeh gadis itu. "Karena udah kelaparan."
"Oh ya, aku juga mau ke sana. Kita bareng aja," kata Arlan.
"Siapa tuh? Si Siwi?" Suara Arkan yang terdengar dari dalam ponselnya mengingatkan Arlan kalau tadi dia sedang menelepon kembarannya itu.
"Langsung tancap gas PDKT setelah putus nih?" goda Arkan.
"Hah! Apaan sih! Udahlah aku tutup dulu!" ketus Arlan jengkel lalu mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Siapa itu, Dok? Kok Dokter kelihatan marah?" tanya Siwi kepo.
"Aku nggak marah kok. Cuman kesel aja. Itu tadi kakak aku."
"Oh, kembarannya Dokter ya?" tanya Siwi.
Arlan mengangguk aja sebagai jawaban. Dia melirik Siwi yang entah kenapa kelihatan resah. Cewek itu sepertinya mau menanyakan sesuatu.
"Anu... Dokter. Saya dengar Dokter putus. Apa itu benar?"
Arlan tercengang. Luar biasa sekali sih kehebatan Joan tuh. Masa orang-orang rumah sakitnya juga sampai tahu kalau dia udah putus sih!
"Iya. Emang udah putus," sahut Arlan.
"I-itu... bukan gara-gara saya kan, Dok?" tanya Siwi dengan raut cemas.
Arlan terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu. "Tentu saja bukan," jawabnya lima detik kemudian.
***
Up gaes...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top