49
Arlan_
Habis ini aku jemput ya, Lan.
Arlan terkesiap sejenak setelah mengirimkan pesan barusan pada Siwi. Buru-buru dia menghapus pesan itu. Gawat! Benar-benar gawat! Gara-gara seharian ngelihatin Lana. Dia sampai salah memanggil Siwi dengan panggilan Lan.
Siwi_
Hm... Kenapa kok dihapus?
Arlan_
Salah kirim, Baby.
Siwi_
OMG, did you call me baby?
Arlan_
May be, is that ok?
Siwi_
Yeah, it's cool. I like it.
Arlan_
Cool?
Siwi_
Udah ah! Malah ngajakin nanyi. Wkwkwkwk.
Arlan_
Yei, kan kamu duluan, Baby.
Siwi_
Ish! Geli. Kamu beneran mau manggil aku pake itu?
Arlan_
Kenapa? Kamu ga suka?
Siwi_
Suka sih. Hehehe.
Arlan_
Can I call you baby?
Can you be my friend?
Siwi_
No, i dont want to be your friend.
Arlan_
Can you be my lover up until the very end?
Let me show you love. Oh, no pretend.
Siwi_
Wkwkwkwk. Kenapa nyanyi lagi.
Arlan_
Biar so sweet dong.
Arlan mengela napas karena tampaknya Siwi nggak curiga kalau barusan dia mengetik "Lan." Kayaknya lebih aman kalau seterusnya dia memanggil ceweknya itu dengan baby aja. Supaya dia nggak salah panggil lagi.
Arlan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Entah mengapa dia merasa jadi orang paling brengsek di dunia. Mestinya dia bersyukur bisa punya cewek cantik dan sempurna seperi Siwi. Kenapa dia masih saja memikirkan Lana?
Sementara itu jauh di sana Siwi memandangi ponselnya dengan wajah sendu. Tadi dia masih sempat membaca pesan Arlan sebelum dihapus. Bukan sekali dua kali saja Arlan salah memanggil namanya. Namun Siwi masih pura-pura tidak tahu. Siwi terdiam sejenak. Sambil membaca chat terakhir Arlan.
Let me show you love. Oh, no pretend.
Siwi tak dapat memercayai ucapan Arlan itu. Dalam sanubarinya dia merasa bahwa dia merasa bahwa Arlan belum benar-benar menyukainya. Mungkinkah dia hanya pelampiasan saja bagi Arlan? Sisi menghela napas. Dia dan Arlan masih berpacaran kurang lebih dua minggu. Mungkin, Arlan belum bisa melupakan Lana. Siwi akan mentolerirnya untuk sementara waktu.
***
"Mbak Lana, habis ini ke ruangan saya ya."
Lana tertegun karena Bu Efri, ibu Ka TU tiba-tiba muncul di ruangan. Lana mengangguk saja dengan patuh. Karena dia sedang tidak ada kerjaan, maka dia ngintil saja di belakang Bu Efri. Lana tak mengerti kenapa di ruangan itu hanya ada dia saja. Sementara CPNS yang lainnya tidak? Waduh! Apa dia sudah melakukan kesalahan di hari pertama? Takut-takut Lana duduk di depan meja Bu Efri.
"Mbak Lana, nanti sambil belajar pelan-pelan bantu pekerjaan di Ka TU ya. Sebenarnya tiga bulan lagi saya sudah pensiun. Mbak Lana kan jurusan SKM, seperti cocok kalau menggantikan saya."
Lana hampir ternganga. Astaga! Apa? Dia nggak salah dengar? Dia si bocil yang baru menetas tadi pagi sudah mau disuruh menggantikan jadi Ka TU? Masa sih?
"Gimana Mbak Lana?" tanya Bu Efri.
Karena masih syok tanpa sadar Lana mengangguk saja. Dalam hati sih dia berpikir keras. Emangnya jabatan setinggi itu bisa dipegang sama CPNS?
"Makasih, Mbak Lana. Saya sudah bingung siapa yang bisa gantikan saya. Soalnya maklum mbak orang-orang di sini pada gaptek semua."
Lana meringis saja. Sebenarnya dia juga nggak canggih-canggih amat dalam hal teknologi. Setelah sharing sama Mbak Devita barusan saja, Lana jadi sadar bahwa dia juga nggak begitu pintar. Tapi masak iya dia mau menolak permintaan Ka TU di hari pertama kerja.
"Ngapunten, Bu."
Lana menoleh saat melihat Arlan dan Bang Ucup yang berdiri di depan pintu.
"Oh ya, silakan masuk."
Bu Efri meminta dua orang itu duduk di kursi yang ada. Mereka lalu mengevaluasi kegiatan hari ini. Lana berusaha untuk tidak menoleh pada Arlan yang duduk di sampingnya. Kemarin-kemarin dia merasa sangat kuat dan sudah melupakan Arlan. Namun ternyata jika mereka bertemu seperti ini hatinya masih perih. Apakah Lana bisa bertahan ke depannya?
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top