48

Setelah menyelesaikan tugasnya di loket, Lana menemui Bu Yati di ruang UKM. Ibu-ibu yang sedikit obesitas itu dengan ramah menyambut Lana dan menunjukkan meja tempat Lana berkreasi yang ada dipojok ruangan. Mejanya berdebu tebal seperti lama sekali tidak dipakai. Ada fasilitas komputer yang tampaknya masih jadul. Begitu menyalakannya, ternyata windowsnya masih XP. Lana jadi mengangkat sebelah alis.

Bu Yati membuka lemari dan menunjukkan berkas-berkas yang ada di sana ke pada Lana. "Ini RUK dan RPK promkes. Ini laporan bulanan promkes. Ini laporan-laporan promkes perkegiatan. Silakan dibaca-baca dulu ya, Mbak Lana. Kalau ada yang nggak dimengerti bisa tanya ke saya. Dulu sebelum di sini Mbak Lana di mana?"

"Dulu saya promkes BOK di Puskesmas B, Bu," jawab Lana.

"Oh! Mantap sudah pinter berarti kalau sudah pernah jadi promkes," puji Bu Yati. Yah sebenarnya itu hanya dalih saja biar Lana bisa belajar sendiri tanpa dia harus mengajari.

"Mbak Lana pernah pegang PIS-PK?" tanya Bu Yati lagi.

"Sekedar bantu-bantu menginput saja, Bu."

"Oh mantap, sudah pintar pasti. Nanti operan program PIS-PK sama Mbak Devita ya." Bu Yati menunjuk mbak-mbak berkerudung pink yang duduk di pojok ruangan. Mbak itu tersenyum sama Lana.

"Soalnya Mbak Devita ini bulan depan sudah resign jadi nanti Mbak Lana yang pegang program PIS-PK-nya ya."

Lana mengangguk sajalah. Sebagai orang baru mana berani dia bilang tidak. Setelah Bu Yati berpamitan pergi, Lana lantas menghampiri meja Mbak Devita. Sesuai mandat dari Bu Yati, Lana mau belajar tentang pengelolaan data PIS-PK.

Mbak Devita membalas sapa Lana dengan ramah. Lana dipersilakan duduk di kursi. Wanita itu mengajarkan tentang mengolah data menggunakan inarata. Ilmu yang bagi Lana benar-benar baru. Walaupun dia dulu membantu program PIS-PK tapi cuman sebatas entry data saja. Lana nggak tahu kalau data itu bisa di download raw datanya dan bisa diolah pakai excel. Apalagi skil excelnya Mbak Devita kayaknya udah nest level gitu. Sementara Lana cuman bisa rumus-rumus sederhana aja.

"Mbak Devita kenapa kok mau resign?" Pertanyaan Lana itu keluar begitu saja dari mulut Lana tanpa bisa ditahan. Jelas dengan skill-nya Mbak Devita ini orang adalah orang yang berharga bagi pegawai Puskesmas yang rata-rara gaptek.

Mbak Devita senyum aja. "Sebenarnya aku nggak resign Mbak, tapi kontrakku emang udah nggak diperpanjang lagi."

"Hah? Kenapa?" tanya Lana tak percaya. Orang yang valuenya tinggi kayak Mbak Devita gini nggak mungkin dibuang begitu aja sama Puskesmas.

"Aturan dari wali kota, Mbak. Tahun depan nggak boleh ada rekrutmen untuk tenaga kontrak dengan KTP di luar kota Surabaya."

Lana terdiam sejenak. Dia baru tahu tentang hal ini. Dia jadi teringat Puskesmas tempat dia dulu kerja jadi tenaga kontrak. Apa mungkin dia juga dulu diputus kontrak karena aturan ini? Lana tidak mendengarkan alasan sebenarnya dari Bu Ka TU karena dia sudah terlanjur baper. Bahkan Lana hanya mengirimkan surat resignnya yang diminta lewat pos aja. Ternyata Lana terlalu suudzon. Lana jadi berpikir untuk mengunjungi mantan tempat kerjanya itu nanti. Dia sepertinya harus membawa oleh-oleh ke sana, karena sekarang dia sudah diangkat menjadi PNS.

"Mbak Lana tahu nggak, kemarin pas tes nilaiku pas di bawah Mbak Lana."

Ucapan mbak Devita itu membuat Lana terperanjat. Dia baru ingat kalau saingan yang punya selisih nilai hanya 0,92 dengannya itu namanya adalah Devita.

"Oh ya! Jadi itu Mbak Devita?"

"Iya Mbak. Yah, mau gimana lagi. Belum rezeki aku," tutur Mbak Devita kecut.

Lana terdiam dalam hatinya dia merasa sangat beruntung karena bisa mengalahkan orang seperti Mbak Devita yang sangat kompeten.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top