46

"Selamat datang di Puskesmas ini." Dokter Abidin tersenyum lebar pada tiga orang bawahannya yang baru. Tiga orang muda yang tampaknya semangat dan kompeten, semoga bisa menjadikan kantornya menjadi lebih baik lagi.

"Inggih, Dok," angguk Lana, Arlan dan Bang Ucup hampir bersamaan.

"Monggo Bu Efri, diajak berkeliling saja bayi-bayi kita ini," kata kepala Puskesmas itu pada Bu Efri kepala tata usaha yang berdiri di belakangnya.

"Inggih, Dok. Mari ikut saya adik-adik." Bu Efri mengajak tiga orang CPNS itu berkeliling. Mulai dari loket, poli umum, poli KIA dan KB, polis Gigi, laboratorium,  apotek, juga pada CS dan Supir.

Sambutan para pegawai lama cukup baik pada tiga anggota baru itu. Karena dengan adanya pegawai baru, tentunya akan meringankan tugas mereka.

"Untuk orientasi selama satu minggu kalian akan ditempatkan di setiap ruangan selama satu hari. Supaya kalian bisa mengetahui sistem kerja kita secara keseluruhan. Setelah itu, untuk mengetahui apa-apa yang harus dikerjakan, kalian bisa langsung bertanya ke senior ya. Dokter Arlan bisa minta bimbingan Dokter Ami, Mbak Lana dibimbing Bu Yati dan Mas Ucup dibimbing Bu Sri," jelas Bu Efri.

Lana berserta tiga orang baru itu mengangguk-angguk saja. Setelah itu mereka kemudian dibimbing kembali ke ruang loket yang berada paling depan di gedung Puskesmas. Di sana ada Pak Bambang sebagai penanggung jawab ruang rekam medis.

"Kita di sini sudah pakai sistem informasi puskesmas atau Simpus jadi paper less," terang pria berusia sekitar empat puluh tahun itu.

Beliau memperlihatkan cara menggunakan Simpus pada tiga anak baru itu. Lana mendengarkan penjelasannya dengan sungguh-sungguh. Dulu sebagai anak kontrak dia tidak diberi akses untuk mempelajari tentang Simpus ini. Kerjaan Lana hanya fokus mengurusi program promkes saja, di luar hal itu pengetahuan dia kurang.

Setelah selesai mendengar orientasi dari Pak Bambang, Lana lantas ditempatkan Bu Efri untuk membantu di loket hari ini. Sementara Arlan di poli umum dan Bang Ucup di Apotik. Lana membantu memanggil pasien yang mengantri kemudian memasukkan data mereka. Tidak terlalu banyak pasien karena sudah ada sistem antrian online. Yang mengantri on the spot hanya para lansia saja yang memang gaptek.

Lana antrian yang padat pada layar monitornya. Kira-kira sudah ada tiga puluh pasien yang terdaftar dari sejak poli buka jam 7.15 sampai pukul 09.00 ini. Di Surabaya ini Puskesmas memang masih menjadi pilihan masyarakat karena biayanya yang murah bahkan gratis. Namun Lana melihat antrian di poli umum tidak terlalu banyak sehingga dia pun bertanya pada Pak Bambang.

"Biasanya apa memang sepi begini Pak? Orang-orang ke mana ya?"

"Iya, karena ada estimasi kapan akan dilayani dalam sistem antrian ini, biasanya mereka baru ke sini setengah jam sebelum estimasinya," jelas Pak Bambang.

"Oh, begitu." Lana terkesima. Ternyata sistem semacam ini bisa menjadi lebih efisien dan mengurangi jumlah antrian di server.

Lana melirik poli umum yang ada persis di depan loket. Sosok Arlan terlihat sedang sibuk memeriksa pasien di sana. Lana menopang dagunya. Dia bersyukur karena dulu tidak mendaftar di Puskesmas tempat dia jadi pegawai kontrak BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Di sana hampir sebagian orang tahu bahwa adalah dia dan Arlan pernah pacaran karena Arlan dulu selalu mengantar jemput Lana. Sepertinya di sini dia dan Arlan bisa berpura-pura menjadi orang yang tidak saling mengenal.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top