45
Setelah acara upacara penyambutan dan sedikit wejangan dari kepala dinas selama kurang lebih 2 jam, barisan CPNS dibubarkan. Masing-masing mengantri di Kabid Sumber Daya Manusia untuk mengambil SPMT alias Surat Perintah Menjalankan Tugas. Surat yang harus para bayi-bayi baru lahir ini bawa ke unit kerja masing-masing. Untungnya di Puskesmas Lana dia tidak berdua saja dengan Arlan. Ada Mas Ucup yang menempati jabatan analis medis. Mas-mas yang umurnya sudah hampir kadaluarsa tapi masih jomblo itu katanya sudah sepuluh kali mendaftar CPNS dan tahun ini adalah kesempatan terakhirnya.
"Ya, pokoknya aku daftar terus aja daftar sampai umurku habis toh. Sebenarnya kemarin itu udah pesimis tapi ternyata lolos juga. Padahal aku nggak belajar sama sekali. Ketepatan dalam menghitung kancingku ternyata sangat handal," kekeh pria sederhana berkumis tipis yang katanya berasal dari Ngawi itu.
"Kalau rejeki emang nggak ke mana, Mas, aku juga sudah empat kali daftar," jelas Lana.
"Kalau Dokter?" Mas Ucup menoleh pada Arlan yang balas tersenyum.
"Aku beruntung aja Mas, baru sekali langsung lolos," aku Arlan.
Yah, ini memang percobaan pertama Arlan. Mantannya itu sama sekali tidak tertarik jadi PNS. Ya, mana cukup sih gaji PNS buat gaya hidupnya yang hedon. Arlan ikut cuman karena gabut dan nemenin Lana aja dulu.
Arlan sebenarnya mau diberi mandat sang kakek untuk mengelola cabang klinik keluarga baru di Surabaya Timur. Karena Kakeknya nggak yakin sama sifat si anak manja itu makanya dia disuruh kerja jadi Dokter dulu di Rumah Sakit keluarga juga sambil diawasin gitu kinerjanya gimana. Prof Sumarto Prawirohardjo itu terkenal keras walaupun sama darah dagingnya sendiri. Kalau nggak kompeten ya paling banter cuman jadi karyawan biasa aja macem Arlan ini. Kalau yang punya bakat macam Arkan dan Bang Reno, si kakek tidak sayang untuk menggelontorkan dana investasi.
"Wah, mantap sekali Dokter," puji Mas Ucup. "Nah, sekarang kita langsung ke Puskesmas aja yah. Lana naik apa? Mau nebeng motor Mas Ucup?"
Lana menggeleng karena dia tadi sudah janji sama Arkan. "Bareng temen, Mas, Lana juga nggak bawa helm," aku Lana.
"Oh gitu? Kok nggak bareng Dokter Arlan aja? Dokter bawa mobil kan?"
"Udah janji sama temen tadi," elak Lana langsung. "Ah, itu temen Lana, Lana duluan ya."
Lana langsung kabur begitu melihat Arkan yang memanggilnya dari jauh. Dia bisa bertahan untuk mengobrol di sana berkat Mas Ucup aja.
Sementara itu Mas Ucup menggosok-gosok kacamatanya yang beruap ketika melihat lelaki yang dihampiri oleh Lana.
"Lho! Cowok itu wajahnya mirip sama Dokter Arlan!" seru lelaki itu kaget. "Dokter, pernah denger nggak kalau melihat doppelganger itu pertanda kematian?" ucap Mas Ucup menakut-nakuti.
Arlan ketawa aja. "Itu Kakak kembar saya Mas, bukan doppelganger, saya duluan ya, Mas."
Setelah berpamitan, Arlan menyusul Siwi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Diam-diam Arlan melirik pada Lana dan Arkan yang tampak bersenda gurau dari kejauhan. Dia tidak pernah tahu kalau kakaknya itu ternyata sangat akrab dengan mantannya itu. Arlan bertanya-tanya dalam hati. Dia dan Arkan itu memang memiliki selera yang serupa. Kebanyakan anak kembar memang sering memakai pakaian yang couple look, tapi untuk Arkan dan Arlan, hal itu sering terjadi tanpa sengaja. Apakah mungkin kakaknya itu sedang mendekati Lana karena alasan tertentu?
***
Votes dan komen ya guys.
Numpang promo...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top