44
Lana melihat mobil Arlan melewatinya begitu saja. Dari kaca mobilnya terlihat ada dua penumpang di sana. Orang itu bahkan tidak mau memberinya tumpangan? Lana tidak mengerti. Dulu pernah rasanya dia dan Arlan itu sangat dekat. Bahkan lebih dekat daripada Lana dengan ibunya. Namun sekarang setelah berpisah ternyata mereka benar-benar menjadi orang asing. Lana menghela napas panjang. Baiklah, jika itu memang mau Arlan. Jika dia tidak ingin berhubungan dengan Lana lagi, Lana juga akan melakukan hal yang sama.
Bunyi klakson di belakang mengagetkan Lana. Mobil hitam milik Arkan ternyata ada di belakangnya. Kendaraan itu menepi dan membuka kaca mobilnya.
"Neng kok jalan sendirian," sapa cowok itu. "Naik gih."
Lana melengkungkan bibir. Arkan ini punya wajah yang 11-12 dengan adiknya tapi kenapa kepribadian mereka sangat berbeda. Lana membuka pintu mobil lalu masuk. Syukurlah dia dapat tumpangan. Karena belum sarapan Lana sebenarnya rada capek kalau mau jalan sampai halaman belakang tempat pengarahan.
"Kamu ngekos di mana, Lan?" tanya Arkan.
"Di tempat kos yang dulu aja. Alhamdulillah masih kosong kamarnya. Kalau kamu tinggal di mana?" tanya Lana.
"Sementara masih numpang di apartemen Arlan."
"Lah, kok nggak bareng aja padahal berangkat dari satu apartemen?"
"Soalnya ... aku tadi mampir ke rumah Bang Reno dulu. Ngomongin kinerja manajerku yang baru."
Lana tersenyum kecil. Masak sih Arkan jauh-jauh ke rumah Bang Reno pagi-pagi untuk hal-hal yang biasanya mereka bicarakan pakai telepon doang? Arkan pasti menghindari menyinggung pacar baru Arlan. Lana suka bagaimana cara mantan calon kakak iparnya itu menjaga perasaannya. Walaupun tentu saja Lana sudah tahu bahwa Arlan sudah berlabuh ke lain hati.
"Kamu nggak bawa motor dari Kediri, Lan?" tanya Arkan.
"Sebenarnya bawa, tapi lama nggak dipakai jadi tadi pagi di starter agak susah. Takut nggak keburu dan ada masalah di hari pertama masuk, aku pilih naik gojek aja dulu."
"Oh gitu, belum di bawa ke bengkel motornya? Mau dibantuin?" tawar Arkan.
"Nggak usah repot-repot. Ada bengkel langganan deket kos, aku tadi udah wa montirnya. Jam sembilanan gitu mau diambil udah aku titipin ibu kos tadi," jelas Lana. Sejujurnya Lana tidak enak hati jika masih terus saja menerima bantuan dari Arkan, padahal dia dan Arlan sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Lagian Lana juga ingin berubah menjadi cewek yang lebih mandiri. Lana akui bersama dengan Arlan selama ini membuatnya sangat manja. Ke mana saja dia mau pergi tinggal telepon Arlan saja. Ada kesulitan macam apa pun Arlan akan selalu sedia membantu. Lana mendengkus karena mengingat mantannya itu lagi. Sepuluh tahun bersama ada banyak hal dari hidupnya yang tidak bisa dia pisahkan dari Arlan.
"Habis upacara ini katanya kita langsung ke unit kerja masing-masing ya. Kamu apa mau bareng ke Puskesmasmu?" tanya Arkan. Pasalnya mereka tidak di tempatkan di Puskesmas yang sama. Di Puskesmas Lana dulu hanya ada satu formasi Dokter. Arkan dan Arlan itu selalu menghindari untuk bersaing dengan saudara sendiri. Arkan mendaftar di Puskesmas tetangga yang masih satu kecamatan. Surabaya adalah kota yang luas dengan 31 Kecamatan, karena jumlah penduduknya yang padat maka ada 63 Puskesmas di sini. Dalam satu kecamatan bisa ada lebih dari dua Puskesmas.
"Hem, iya makasih," angguk Lana. Bagaimanapun dia tidak enak jika terus menolak kebaikan Arkan.
***
Votes dan komen ya guys...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top