42

Arlan waras nggak sih? Lana memaki dalam hati. Kenapa cowok itu seperti mengulang kembali kegiatan yang biasa mereka lakukan dengan pacar barunya? Lana juga kesel dengan postingan Siwi yang terlihat merasa dirinya spesial banget. Padahal semuanya hanya recycle saja dari kegiatan yang dulu Arlan lakukan bersamanya. Lana melemparkan ponselnya ke atas kasur. Menonton instagram tidak bagus untuk kesehatan mentalnya. Lebih baik dia tidur saja.

Baru lina menit Lana berbaring dan memejamkan mata Lana, dia melek. lagi. Rasanya benar-benar tidak adil jika dia begini terus sementara Arlan sudah melupakannya. Dia juga harus segera move on bagaimana pun caranya.

Lana mencoba berpikir. Sepertinya dia harus mencoba mengingat hal-hal buruk tentang Arlan. Arlan itu jarang mandi, boros, garing, kekurangan berat badan, manja. Lana terdiam. Bahkan saat dia mencoba mengulik kejelekan mantannya itu, yang teringat malah kenangan indah. Lana telah menerima segala kekurangan Arlan dulu. Dia juga tak menganggap hal-hal itu menyebalkan. Sepuluh tahun bersama Arlan adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Sangat sulit untu menerima bahwa hubungan yang indah itu kini sudah berakhir. Sangat sulit untuk menerima bahwa Arlan sudah tidak mencintainya lagi.

Lana bangkit dan mengambil barbel. Lebih baik jika dia mengalihkan perhatiannya pada olahraga saja daripada menggalau terus. Galau tidak akan menyelesaikan masalah.

***

Hari ini Lana kembali ke kosan lamanya. Kebetulan juga kamarnya yang dulu masih kosong. Lana berangkat diantar ibu dan abangnya. Setelah melewati kemacetan akhirnya Lana sekeluarga sampai di Mulyoasri. Ibu Lana seperti biasa drama dulu jika mau berpisah dengan Lana. Pakai adegan nangis-nangis ala sinetron gitu. Lana sebenarnya nggak kepengen nangis. Tapi lihat ibunya sedih begitu air matanya jadi ikutan luruh. Abangnya menatap Lana dan ibu dengan malas.

"Ayo Bu, besok aku harus kerja. Kita harus balik sekarang," keluh abang Lana yang nggak punya empati.

Setelah ibu dan abangnya pamit pergi, Lana termenung sendirian di kamar. Dia memandangi kamarnya yang tidak banyak berubah meski sudah ditinggalkan tujuh bulan. Lana enggan mengeluarkan barang-barang dari kardus. Dia berbaring saja di atas ranjang yang belum di pasang seprei. Lana tercengung melihat langit-langit kamar. Ada banyak bintang-bintang yang glow in the dark menempel di sana. Lana ingat, dulu dia membeli barang-barang itu di TP ditemani Arlan. Rupanya dulu dia belum melepas benda itu ketika keluar kos. Ibu kos juga tidak memindahkannya.

Bagaimana ya kabar mantan pacarnya itu? Sudah sebulan lamanya Lana memutuskan untuk tidak stalking akun Arlan. Dia bahkan menghapus nomor kontak Arlan dari ponselnya. Ya, sebenarnya percuma sih. Dia masih hapal nomor telepon mantannya itu di luar kepala. Tapi setidaknya Lana tidak kepikiran untuk menghubungi Arlan lagi. Terlebih selama sebulan terakhir dia sibuk mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pengangkatan CPNS.

Lana tersenyum kecil. Bulan lalu, jika mengingat Arlan dadanya akan terasa sangat nyeri sampai rasanya dia tidak bisa bernapas. Tapi sekarang dia tidak lagi merasakan apa-apa. Ternyata benar. Waktu itu bisa menyembuhkan luka.

Ponsel Lana di atas nakas bergetar. Lana meraihnya dan melihat ada pengumuman di grup CPNS. Besok Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) miliknya bisa diambil di dinas kesehatan. Itu artinya besok dia akan bertemu kembali dengan Arlan. Ya, semuanya akan baik-baik saja. Karena kini dia lukanya sudah kering dan dia dapat menerima kenyataan bahwa hubungannya dengan Arlan sudah berakhir.

***
Votes dan komen ya guys...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top