39

Bab 39

"Bengong aja sih, Lan!" tegur Arkan sembari melirik Lana yang dari tadi diam sambil memandangi atap mobil. Mereka langsung balik ke kediri setelah selesai ujian. Arkan bilang dia buru-buru untuk mencari orang yang bisa menggantikan pekerjaannya.

"Masih nggam percaya aku. Masa sih aku beneran lolos?" kata Lana yang tampaknya masih syok.

Arkan ketawa aja. "Ya udah, tunggu aja pengumuman resminya nanti."

"Ng, ngomong-ngomong adikmu apa udah ujian?" tanya Lana kepo tentang mantan pacarnya.

"Udah, kemarin kayaknya," terang Arkan.

"Hasilnya gimana?" tanya Lana.

"Yah, pasti lolos kayaknya. Dia skornya 495, cuman salah 1 soal aja."

Lana ternganga mendengarnya. "Si Arlan?" ucapnya tidak percaya. Pasalnya, Lana tahu banget seberapa bego mantannya itu. Tugas-tugas kuliah Arlan aja dulu kayaknya nggak bakal selesai kalau Lana tidak membantunya. Sampai Lana tuh jadi pinter masalah klinis juga dulu.

Arkan mengangguk mantap. "Heem. Dia dapat nilai tertinggi seangkatan kita kayaknya sejauh ini. Karena belum ada yg dapat nilai 500."

"Ya ampun." Lana menutup mulutnya. "Kayaknya, jadi PNS itu emang takdir ya,"  ucap cewek itu akhirnya.

"Yah, kayaknya gitu," kekeh Arkan.

Lana bersandar pada kursi lagi. Apakah ini berarti dia akan bertemu dengan Arlan lagi di kantor nanti? Mereka kan kemarin mendaftar di Puskesmas yang sama karena kebucinan yang akut. Lana menghela napas panjang. Padahal dia sudah tidak ingin bertemu dengan mantannya itu lagi.

Getar ponsel membuat Lana mengeluarkan benda itu dari tasnya. Lana membaca chat dari April yang baru saja masuk.

April_ Lan! Kayaknya aku lolos CPNS deh. Kamu gimana?

Lana_ Wah selamat, aku belum tahu. Nunggu pengumuman resminya aja. 

Lana mengucapkan demikian karena masih belum yakin bahwa dirinya dirinya benar-benar lolos. 

April_ Iya Alhamdulillah, tapi kayaknya si pelakor itu juga lolos. 

Lana terdiam sejenak. Dia tahu persis siapa yang disebut April. Itu pasti Siwi. Jadi apoteker yang seksi itu juga lolos. Bagaimana jika dia bertemu dengan Arlan dan Siwi lagi? Dengan status mereka yang sekarang pacaran? 

Lana menghela napas. Pertemuan dengan Arlan tidak akan bisa dihindari kalau nanti mereka beneran masuk di Puskesmas yang sama. Dan waktu diklat prajabatan nanti dia juga akan ketemu sama Siwi juga. Apa Lana bisa bertahan kalau dia berhadapan dengan mereka? Dalam hatinya Lana tak bisa mengingkari bahwa dia masih sangat menyayangi Arlan. Kebersamaan mereka selama sepuluh tahun itu tidak bisa hilang begitu saja. 

"Lan, mau mampir ke Kafe X nggak?" tawar Arkan

Uh! Kafe X. Lana sudah membayangkan lezatnya pancake dan milkshake coklat. Namun dia malah menggeleng keras. 

"Di sana makanannya banyak gula dan lemaknya, makan rujak cingur aja gimana?"

Arkan tertawa saja lalu mengacungkan jempol. "Okelah," katanya. 

Mobil yang mereka naiki berhenti di depan lampu merah. Ketika menoleh ke samping, Lana tertegun melihat mobil Arlan yang berwarna kuning ngejreng itu. Terlihat Arlan dan Siwi yang duduk di dalam sana sambil tertawa. Entah apa yang dikatakan Arlan, tapi Siwi beberapa kali memukulnya pelan. Lana menahan rasa sesak yang seketika memenuhi dadanya. Dulu itu adalah tempat di mana dia bisa duduk, tapi sekarang sudah terisi oleh orang lain. 

"Lan," panggil Arkan. 

"Eh, iya? Ada apa?"

"Kamu mau makan Rujak Cingur Genteng Durasim nggak?" tanya Arkan. 

"Iya, mau," jawab Lana cepat. Diam-diam dia melirik ke belakang. Syukurlah Arkan kayaknya nggak menyadari mobil adiknya yang ada beberapa meter di belakang mereka. Di perempatan itu mereka berpisah. Mobil Arkan lurus sementara mobil Arlan belok ke kiri. Sepertinya itu jalan menuju Kafe X. Kafe favorit Lana. 

***
 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top