32
"Hai, para fans," ucap Arlan yang kepedean sambil melambaikan tangan pada saudara-saudaranya.
"Pacarmu ganti, Bro?" tanya Bang Reno. "Biasanya yang sering diajakin arisan keluarga bukan ini deh. Lebih berisi gitu, " Dokter spesialis emergensi medis itu tidak berani menyebut kata gendut, takut dituduh suka body shaming. Sebagai seorang influencer dia harus jaga image dan jaga ucapan.
"Gantilah Bro! Presiden aja udah ganti, kan. Maksimal dua periode," canda Arlan.
"Heh! Kalau sudah jadi istri ada masa jabatannya juga!" Ini Cinta yang memprotes.
"Kenalin ini Siwi." Mengabaikan adik sepupunya Arlan malah memperkenalkan pacar barunya.
Siwi menyalami semua orang yang ada di konfrensi meja bundar dengan menjes sebagai camilannya itu satu-persatu. Yang tidak menyalaminya hanya Arkan karena cowok itu cuman bengong gitu. Sampai adiknya mencoleknya barulah Dokter spesialis gizi itu tersadar dan membalas salam Siwi.
"Duduk sini, Sis." Tante Sasa menarik satu kursi dari meja sebelah agar pacar baru Arlan itu bisa duduk di sebelahnya.
Siwi sebenarnya merasa tidak nyaman sama sekali harus datang ke acara keluarga besar Prawirohardjo ini. Cuman Arkan setengah memaksa mengajaknya ikut serta. Dia bilang ini hanya acara makan-makan biasa. Kini Siwi mendengar fakta bahwa rupanya Lana juga dulu sering hadir di sini. Yah wajar saja sih, karena Arlan dan Lana itu sudah pacaran sejak SMA.
"Sudah berapa lama pacaran sama cecunguk ini?" tanya wanita dengan rambut ala polwan itu.
Siwi tersenyum dulu. Malu rasanya kalau mengakui bahwa dia dan Arlan baru resmi jadian tadi malam. "Belum lama, Kak," ucapnya.
"Panggil aku Tante," senyum Sasa.
"Apa yang bisa bikin kamu pacaran sama dia?" kejar wanita itu lagi.
Siwi terdiam sejenak. Rasanya dia kayak diinterogasi gitu. Mana semua mata juga tampaknya memandangi dengan ingin tahu.
"Duh, Tante, emangnya apalagi alasannya kalau bukan karena aku yang ganteng, pinter dan baik budi," kata Arlan sembari membetulkan kerah bajunya.
"Halah.... pinter dari mana? Emang IPK-mu itu di atas tiga? Stase forensik aja kalau bukan karena aku yang baik hati dan nggak sombong mana bisa kamu lulus."
Arlan keki karena Tantenya membuka kartu akan kelemahan terbesarnya. Dia melirik Siwi yang ketawa-ketiwi aja. "Ya, aku lebih pinter dari Cinta yang penting," ujar Arlan. Pasalnya di keluarga besar mereka adik sepupunya itulah satu-satunya yang tidak berprofesi sebagai dokter. Karena tiga kali gagal SBMPTN.
"Ih ngarang! Kakak kan jadi Dokter jalur belakang!" ejek si Cinta yang tidak terima dikatain bego oleh orang bego.
"Arkan, dari tadi kamu kok bengong sih? Kaget apa lihat pacar baru adikmu? Iri ya?" goda Edwin karena melihat Arkan yang kayaknya separuh nyawanya ilang gitu karena dia cuman ngelihatin Siwi tanpa berkedip dengan mulut agak terbuka. Arkan yang ketahuan gitu meringis aja. Bagaimanapun Arkan tidak bisa menutupi keterkejutannya.
"Padahal menurutku Kak Arkan lebih ganteng loh, Kak, Kakak nggak salah pacaran sama makhluk ini kan? Putus sekarang belum terlambat!" Ini Cinta yang ngomong.
Arlan mendesis. Dasar adik lucknut ini. Orang baru pacaran belum ada dua puluh empat jam kok disuruh putus aja!
"Setuju, Arkan emang lebih cakep!" angguk Rangga mengamini istrinya.
"Heh! Wajah kita aja fotokopi kok! Kalau cakep ya sama cakepnya dong!" protes Arlan tidak terima.
"Nggaklah, Bro, kharismanya itu berbeda," geleng Reno setuju.
Arlan Memberengut. Dia tidak mengerti mengapa keluarganya selalu mengunggulkan Arkan dibanding dirinya.
***
Votes dan komen ya guys...
Buruan klaim vouchernya sebelum kehabisan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top