26
"Jadi sekarang kamu beraksi lagi? Merebut pacar orang?" tanya April tanpa menoleh.
Siwi yang sedang mencuci tangan di wastafel menoleh pada cewek itu. "Maksudmu apa?" tanya Siwi.
"Aku sudah dengar dari Lana, katanya dia putus gara-gara kamu."
Siwi meremas tangannya. Menahan diri untuk tidak meladeni cewek itu. Jika dia bereaksi, sama saja dia membenarkan tuduhan April.
"Kamu emang begitu ya, padahal cowok yang jomblo banyak, tapi kenapa sih seneng banget rebut laki orang," ejek April.
Siwi tertawa kecil. "Emangnya Erlangga itu pernah jadi pacarmu? Bukannya kamu aja yang kegeeran dan ngaku-ngaku?"
Akhirnya Siwi mengingat juga nama laki-laki yang membuat hubungannya dan April rusak. Lelaki yang bahkan wajahnya tidak dia ingat itu tidak pernah menjadi pacar April maupun pacarnya. Walaupun dia hanya numpang lewat di hidup Siwi, tapi dampaknya sangat luar biasa. Selama lebih dari tujuh tahun orang-orang menyebutnya pelakor gara-gara hubungannya laki-laki itu yang bahkan tidak pernah dimulai.
"Heh! Kami ini emang pacaran. Tiap Sabtu kami pergi kencan!" amuk April.
"Cuman karena diajak keluar sekali dua kali aja kamu pikir kalian otomatis pacaran?" kekeh Siwi. Dia sudah selesai mencuci tangan dan kini mengeringkannya dengan tisu.
"Berarti kamu juga pacaran sama Pak Dadang?" ejek Siwi. Pak Dadang adalah sopir ambulan yang sudah punya istri dan anak satu. Dia dan April memang sering keluar karena urusan pekerjaan.
"Heh! Jangan samakan aku sama kamu! Aku bukan pelakor!" ketus April.
Siwi merasa sudah cukup mengobrol dengan orang toksik macam April. Dia memilih untuk segera pergi saja. Diabaikannya saja April yang mengoceh di belakangnya.
"Kamu mau ke mana! Aku belum selesai bicara!" sentak April.
"Nggak ada yang perlu aku bicarakan sama kamu," ketus Siwi.
Ketika keluar dari toilet, Siwi dikejutkan oleh Arlan yang berdiri di balik pintu. Lelaki itu bersandar di dinding sembari bersedekap. Dia menatap tajam April yang mengekor di belakang Siwi hingga cewek itu menciut.
"Kamu itu siapa sih?" sinis Arlan. "Ngapain kamu ngurusin hidupku. Aku mau pacaran sama siapa, aku mau putus, apa urusannya sama kamu?"
April terdiam. Tampaknya dia tidak berani berseteru dengan Arlan. "A-aku sahabatnya Lana," ucapnya terbata. "Aku nggak terima kalah kamu menyakiti Lana!"
Arlan tertawa. "Jangan membual. Kalau kamu memang sahabatnya, harusnya kamu menjenguk kemarin waktu Lana masuk rumah sakit. Minggu kemarin kamu malah pergi ke pantai, kan? Aku malah nggak yakin kamu tahu kalau Lana kemarin diopname."
Raut April menunjukkan bahwa tebakan Arlan tepat. April memang hanya teman oportunis yang senang hahahihi saja bareng Lana. Bukan sahabat karib yang selalu ada saat Lana suka dan duka. Dulu juga sebenarnya mereka tidak terlalu akrab. Lana menjadi dekat dengan April sejak Arlan, Siwi dan dia bergabung dengan tim akreditasi rumah sakit. Dia menjadi mata-mata bayaran mengompori Lana setiap saat.
"Aku peringatkan kamu untuk terakhir kalinya. Jangan ikut campur urusanku dan Lana. Urusi saja hidupmu sendiri."
Arlan menggeret tangan Siwi dan meninggalkan April yang diam saja dan memandangi kepergian mereka. Mana berani dia menantang cucu pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Bisa-bisa di depak dia dari tempat ini.
Sementara itu Siwi menatap punggung Arlan yang menarik tangannya. Bagaimanapun dia tidak bisa mengelak bahwa dalam hatinya bahwa dia memang menyukai dokter itu.
***
Up gaes! Yang KK belum yak. Masih otw nulis 500 kata setelah 1 bulan hiatus nih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top