24 (Revisi)
Arlan menatap langit-langit kamarnya dengan kosong. Dia kepikiran kondisi Lana sekarang bagaimana. Kata Mamanya si Lana sudah sehat. Tapi melihat wajah pucatnya di foto tadi, Arlan tidak percaya. Pada siapa dia bisa bertanya tentang kondisi Lana yang sebenarnya? Ke kakaknya? Arlan mencebil mengingat foto Arkan dan Lana di status whatsapp mamanya tadi. Kenapa Arkan nggak cerita apa-apa sama dia kalau Lana sakit? Terus kenapa juga dia ngajakin Lana main ke rumah? Nggak. Lebih baik dia nggak usah tanya ke cecunguk itu.
"Ya udahlah, nggak usah dipikir lagi. Toh Lana bail-baik aja.
Meskipun begitu, Arlan akhirnya membuka akun instagram Lana untuk stalking. Padahal Arlan sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mencari tahu kabar Lana lagi. Eh, baru tiga hari lewat dia tidak mengikuti akun instagram Lana, tahu-tahu Lana masuk rumah sakit. Ternyata, Lana memposting foto tangannya yang dihiasi jarum infus.
"Love your self." Itulah bari kalimat yang ditulis Lana sebagai chaption. Di bawahnya ada komen dari Joan.
Joan_
Gws, Sis.
Lana_
Tks, Bestie.
Dahi Arlan mengerut. Bahkan Joan tahu kalau Lana sakit. Kenapa Joan nggak ngasih tahu dia! Arlan jadi kesel. Tapi sepertinya, dia bisa tahu bagaimana keadaan Lana yang sebenarnya dari sohibnya itu. Maka, Arlan coba menghubungi playboy yang flamboyan itu.
"Jo!" panggil Arlan begitu terdengar suara cempreng Joan. Biarpun berprofesi sebagai musisi. Suara Joan itu nggak merdu sama sekali. Dia cuman pinter gebukin drum.
"What's up, Bro! Ayo ikut main futsal Jumat ini. Tapi tumben banget nelpon segala?" tanya Joan heran. Memang tidak biasanya sohibnya itu menelepon. Balas whatsapp aja biasanya butuh waktu seminggu.
"Anu...." Lidah Arlan mendadak kelu. Kalau dia tanya-tanya soal Lana aneh nggak sih. Padahal mereka kan udah putus.
"Aku kangen... Kangen main futsal hehe. Ototku udah kendur lama nggak olahraga."
"Kirain kangen sama gue. Merinding bos aku dengernya." Joan ketawa ngakak. Gara-gara dua tahun terakhir jadi artis, bocah itu kadang-kadang suka sok gaul pake bahasa gaul Jakarta. Gue-lo, which is, literally, gitu. Walaupun nggak cocok karena ngomongnya tetap pakai logat Jawa yang medok.
"Ngomong-ngomong, kasihan banget, Lan. Bestieku habis diopname."
Arlan meringis lebar. Kesempatan nih dia nggak perlu nanya, ternyata Joan yang membahasnya duluan. Joan dan Lana memang sudah lama berteman, sejak SMP. Dulu, awal-awal pacaran sama Lana, Arlan sering cemburu dengan kedekatan mereka. Karena hubungan mereka itu bener-bener nggak ada jarak dan rahasia. Bahkan Lana lebih sering curhat ke Joan daripada sama Arlan, pacarnya. Tapi lambat laun, Arlan bisa memahami bahwa Lana tidak pernah menganggap Joan sebagai laki-laki. Karena dia biasanya memanggil Joan dengan "Emak." Begitu pun Joan, yang menganggap Lana itu seperti saudara perempuan kandungnya.
"Dia pengen banget kurus sampai diet ekstrem gitu."
Arlan terdiam sejenak. Dulu selama masih pacaran rasa-rasanya Lana tidak terlalu memperhatikan bentuk badannya. Lagian biarpun gendut, Lana tetap cantik karena kosmetiknya yang lengkap. Terus kenapa Lana tiba-tiba jadi pengen kurus.
"Katanya cintamu menguap gara-gara dia gendut. Bener nggak sih? Kalian putus gara-gara itu?" tanya Joan.
"Nggaklah!" elak Arlan langsung. Aslinya dia malah senang punya pacar gembul yang bisa dicubit pipi dan lengannya. "Lana beneran ngomong gitu?" tanya Arlan.
Joan tergelak. "Nggaklah, bercanda, Cuy."
"Dia stress banget. Habis diputus kontrak juga sama Puskesmasnya. Katanya juga gara-gara dia gendut. Nggak cocok sama pekerjaan promkes yang tiap hari ngomongin diet GGL," tambah Joan.
"Nggak mungkinlah gara-gara itu. Mungkin ada alasan lainnya." Arlan menggigit bibir, mengingat betapa stressnya Lana dulu saat jadi pengangguran. Dia kalau stres pelariannya ke makanan. Lana bisa jadi segendut sekarang adalah karena dia makan melulu selama pengangguran dulu.
"Terus sekarang Lana sehat-sehat aja kan?" tanya Arlan.
"Hmmm, hayo kok masih perhatian. Katanya udah putus," goda Joan.
"Kagak! Siapa yg perhatian. Aku cuma basa-basi aja," elak Arlan. Sialan. Kok dia ketahuan terus dari tadi kalau dirinya masih sayang sama Lana.
"Jadi, kalian putusnya gara-gara apa?" tanya Joan.
"Mau tahu aja sih, kepo!" ketus Arlan. Masalah antara dia dan Lana biar jadi urusan mereka berdua saja. Arlan nggak mau siapa pun ikut campur.
"Ck! Nggak lo nggak Lana pelit banget. Ya udahlah, Jumat ini dateng ke tempat biasa yak."
"Oke."
Arlan mengakhiri pembicaraan di telepon dengan lega. Ya, setidaknya Joan nggak histeris, itu artinya Lana memang dalam kondisi baik-baik saja.
***
Yang ada tulisannya revisi ini berarti nggak ada di versi sebelumnya ya guys... Harap bersabar ya karena aku updatenya lama, karena punya baby itu membuat aku susah mengatur waktu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top