22

Arlan menguap dan merenggangkan otot. Pasien di poli umum sudah habis jadi dia bersantai sebentar. Iseng-iseng dia membuka aplikasi whatsapp dan melihat-lihat status orang-orang. Status Bang Reno selalu bikin iri. Sepupunya itu kerjaannya liburan melulu, tapi duitnya tetep banyak. Mengalir kayak amal jariyah gitu. Enak bener sih! Arlan menggumam iri. Sementara di sini dia udah kerja keras tapi gajinya buat biaya hidup bulanan aja nggak cukup. Tiap bulan masih nodong mamanya. Apa baiknya dia jadi content creators juga ya? Wajahnya kan cukup ganteng pasti dia bisa dapat followers deh.

Arlan tercengung ketika melihat status whatsapp Mamanya. Ada candid kamera Lana dan Arlan yang sedang duduk dan tertawa di dapur rumahnya! "Anak mantu kesayangan lagi mampir ke rumah nih." Caption mamanya itu bikin Arlan jadi salah fokus. Dalam rangka apa Lana tiba-tiba main ke rumahnya? Pakai ketawa-ketiwi lagi sama kakaknya. Ngapain mereka? Padahal mereka sudah putus lebih dari dua minggu yang lalu. Lalu sekarang kan hari Rabu, apa Lana nggak masuk kerja kok bisa-bisanya malah pulang ke Kediri.

Arlan mengamati badan Lana. Dia juga tampak lemas. Apa Lana sedang sakit? Mendadak Arlan jadi kepo dan cemas. Maka dia coba menelepon mamanya untuk mendapatkan informasi. Namun begitu tersambung, kata-kata yang keluar dari bibir mamanya membuat Arlan jengkel.

"Ada apa, Lan? Uangmu habis ya?"

"Duh, Mama. Emangnya kalau aku telepon itu cuman minta uang doang?" gerutu Arlan.

Suara tawa mamanya mengudara. "Yah, kan biasanya kamu telepon Mama cuman itu alasannya."

Arlan mengerucutkan bibir. Iya sih, dia emang seringnya begitu. Telepon mamanya cuman buat minta uang jajan tambahan karena gajinya tidak pernah cukup untuk gaya hidup Arlan yang visi foya, misi foya.

"Jadi kamu telepon karena ada urusan apa?" kejar sang mamanya.

"A-aku kangen aja sama Mama," dusta Arlan.

"Pret! Gombal banget kamu! Mau minta ditransfer berapa, merayu begitu? Sepuluh juta," gelak Mamanya.

"Ih, Mama, nggak kok!" Dalam hatinya Arlan menyesal juga bilang begitu. Mestinya dia iyain aja ya? Lumayan juga tuh sepuluh juta. Tapi tujuan sebenarnya dia tadi bukan itu. Dia mau menanyakan tentang Lana. Bagaimana bisa cewek itu main ke rumah mamanya dan kenapa dia kelihatan lemes. Semua pertanyaan itu tak bisa terucap dengan mudah dari bibir Arlan. Bagaimanapun dia dan Lana sudah putus. Nanti dikira dia mau balikan gimana?

"Lana lagi main ke rumah loh." Untungnya sang Mama langsung membahas itu tanpa dipancing dulu.

"Oh, ngapain dia?"

"Nggak tahu sih. Lagi ngobrol-ngobrol gitu sama Arkan. Kamu kenapa sih kok bisa putus sama Lana? Pasti kamu yang salah, kan?" tuduh Mamanya.

Arlan menggerutu. "Susah emang jadi lelaki! Padahal aku nggak ngapa-ngapain tapi kayaknya aku mulu yang salah." 

"Kasihan loh Lana, dia lagi banyak pikiran kelihatannya. Kata besan, dia habis di-PHK. Kemarin dia juga sampai diopname karena maagnya kumat."

Arlan tercengung. Oh, jadi karena itu Lana bisa main ke rumahnya di jam kerja seperti ini. Rupanya mantan pacarnya itu kembali menganggur. Arlan membayangkan bagaimana stressnya Lana dulu ketika lama menganggur. Dia banyak makan sampai badannya yang dulu langsing berubah jadi langsung.

"Diopname? berapa hari, Ma? Kok Mama, nggak ngasih tahu aku?" tanya Arlan cemas.

"Cuman sehari aja sih. Katanya kamu sudah putus kan sama dia? Kok masih perhatian gitu?" goda Mamanya.

"Nggak kok! Siapa bilang aku perhatian," elak Arkan.

Suara Mamanya yang terkikik membuat Arkan jengkel.

"Katanya Besan, Lana stres berat sampai nggak mau makan," ucap mamanya.

"Ya bagus deh, siapa tahu bisa jadi kempes sedikit," ejek Arlan.

"Hush, emangnya Lana itu balon."

"Ma, aku sama Lana tuh udah putus. Kenapa mama masih manggil ibu Lana besan."

"Halah! Paling juga beberapa minggu lagi kalian balikan," tebak mamanya sambil terkekeh.

"Nggak, Ma. Kali ini kita beneran putus," tegas Arlan.

***

Arlan menguap dan merenggangkan otot. Pasien di poli umum sudah habis jadi dia bersantai sebentar. Iseng-iseng dia membuka aplikasi whatsapp dan melihat-lihat status orang-orang. Status Bang Reno selalu bikin iri. Sepupunya itu kerjaannya liburan melulu, tapi duitnya tetep banyak. Mengalir kayak amal jariyah gitu. Enak bener sih! Arlan menggumam iri. Sementara di sini dia udah kerja keras tapi gajinya buat biaya hidup bulanan aja nggak cukup. Tiap bulan masih nodong mamanya. Apa baiknya dia jadi content creators juga ya? Wajahnya kan cukup ganteng pasti dia bisa dapat followers deh.

Arlan tercengung ketika melihat status whatsapp Mamanya. Ada candid kamera Lana dan Arlan yang sedang duduk dan tertawa di dapur rumahnya! "Anak mantu kesayangan lagi mampir ke rumah nih." Caption mamanya itu bikin Arlan jadi salah fokus. Dalam rangka apa Lana tiba-tiba main ke rumahnya? Pakai ketawa-ketiwi lagi sama kakaknya. Ngapain mereka? Padahal mereka sudah putus lebih dari dua minggu yang lalu. Lalu sekarang kan hari Rabu, apa Lana nggak masuk kerja kok bisa-bisanya malah pulang ke Kediri.

Arlan mengamati badan Lana. Dia juga tampak lemas. Apa Lana sedang sakit? Mendadak Arlan jadi kepo dan cemas. Maka dia coba menelepon mamanya untuk mendapatkan informasi. Namun begitu tersambung, kata-kata yang keluar dari bibir mamanya membuat Arlan jengkel.

"Ada apa, Lan? Uangmu habis ya?"

"Duh, Mama. Emangnya kalau aku telepon itu cuman minta uang doang?" gerutu Arlan.

Suara tawa mamanya mengudara. "Yah, kan biasanya kamu telepon Mama cuman itu alasannya."

Arlan mengerucutkan bibir. Iya sih, dia emang seringnya begitu. Telepon mamanya cuman buat minta uang jajan tambahan karena gajinya tidak pernah cukup untuk gaya hidup Arlan yang visi foya, misi foya.

"Jadi jamu telepon karena ada urusan apa?" kejar sang mamanya.

"A-aku kangen aja sama Mama," dusta Arlan.

"Pret! Gombal banget kamu! Mau minta ditransfer berapa, merayu begitu? Sepuluh juta," gelak Mamanya.

"Ih, Mama, nggak kok!" Dalam hatinya Arlan menyesal juga bilang begitu. Mestinya dia iyain aja ya? Lumayan juga tuh sepuluh juta. Tapi tujuan sebenarnya dia tadi bukan itu. Dia mau menanyakan tentang Lana. Bagaimana bisa cewek itu main ke rumah mamanya dan kenapa dia kelihatan lemes. Semua pertanyaan itu tak bisa terucap dengan mudah dari bibir Arlan. Bagaimanapun dia dan Lana sudah putus. Nanti dikira dia mau balikan gimana?

"Lana lagi main ke rumah loh." Untungnya sang Mama langsung membahas itu tanpa dipancing dulu.

"Oh, ngapain dia?"

"Nggak tahu sih. Lagi ngobrol-ngobrol gitu sama Arkan. Kamu kenapa sih kok bisa putus sama Lana? Pasti kamu yang salah, kan?" tuduh Mamanya.

Arlan menggerutu. "Susah emang jadi lelaki! Padahal aku nggak ngapa-ngapain tapi kayaknya aku mulu yang salah." 

"Kasihan loh Lana, dia lagi banyak pikiran kelihatannya. Kata besan, dia habis di-PHK. Kemarin dia juga sampai diopname karena maagnya kumat."

Arlan tercengung. Oh, jadi karena itu Lana bisa main ke rumahnya di jam kerja seperti ini. Rupanya mantan pacarnya itu kembali menganggur. Arlan membayangkan bagaimana stressnya Lana dulu ketika lama menganggur. Dia banyak makan sampai badannya yang dulu langsing berubah jadi langsung.

"Diopname? berapa hari, Ma? Kok Mama, nggak ngasih tahu aku?" tanya Arlan cemas.

"Cuman sehari aja sih. Katanya kamu sudah putus kan sama dia? Kok masih perhatian gitu?" goda Mamanya.

"Nggak kok! Siapa bilang aku perhatian," elak Arkan.

Suara Mamanya yang terkikik membuat Arkan jengkel.

"Katanya Besan, Lana stres berat sampai nggak mau makan," ucap mamanya.

"Ya bagus deh, siapa tahu bisa jadi kempes sedikit," ejek Arlan.

"Hush, emangnya Lana itu balon."

"Ma, aku sama Lana tuh udah putus. Kenapa mama masih manggil ibu Lana besan."

"Halah! Paling juga beberapa minggu lagi kalian balikan," tebak mamanya sambil terkekeh.

"Nggak, Ma. Kali ini kita beneran putus," tegas Arlan.

***

Maafin aku lama ga update. Kerjaan di Kantor bikin hilang ingatan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top