11

"Jalanan ini bikin ngantuk ya," komentar Arkan melihat jalan di depannya yang lurus seperti tiada ujungnya. Akhirnya Lana menerima tawarannya untuk menumpang pulang ke kampung halaman mereka di Kediri. Jadi hari ini mereka berdua naik mobil Arkan melewati tol menuju Kota Kediri.

"Mau beli kopi aja? Di depan ada rest area," usul Lana.

"Boleh juga," angguk Arkan. "Kamu apal banget sama jalanan ini ya, Lan. Aku kadang masih suka salah belok."

Lana tersenyum kecil. Dia hapal betul jalanan ini karena sering bolak-balik hampir setiap tiga minggu sekali. Jalan ini juga merupakan jalan kenangan bersama Arkan yang tidak terlupakan.

Lana masih ingat hari-harinya bersama Arlan di tempat ini. Pertama kali lewat tol, Arlan salah belok ke arah Mojokerto. Tidak ada jalan untuk berputar balik sama sekali akhirnya mereka terpaksa keluar dari pintu Mojokerto lalu masuk lagi dan menghabiskan waktu empat jam hanya di dalam tol. Pernah juga suatu hari mobil Arlan mogok sehingga harus menelepon derek. Jalan ini menyimpan seribu kisah suka duka hubungannya bersama Arlan. Dulu rasanya mereka bisa menghadapi apa saja asal bersama. Namun kini kenyataan bahwa dia tidak akan bisa bersama dengan Arlan lagi membuat dada Lana terasa sangat nyeri.

Melihat ada yang berjualan kebab di rest area itu, Lana jadi ngiler. Suasana hatinya pasti sedikit membaik kalau mulutnya terisi. Maka setelah mobil terparkir, berdampingan dengan Arkan yang memesan kopi, Lana memesan kebab jumbo dengan tambahan topik telur dan keju. Pada gigitan pertama Lana teringat akan Arlan yang selalu mengejeknya gendut ketika melihat Lana yang makan terus. Huh! Lana jadi jengkel mengingat hal itu. Rasanya keputusan yang tepat dia berpisah dengan pria yang gemar body shaming itu.

"Arkan, menurutmu aku ini gendut nggak sih?" tanya Lana.

Arkan tampak mengerjap-ngerjap. Ini pertanyaan yang sangat berbahaya. Apa pun jawaban Lana pasti marah. Maka Arkan balik bertanya, "Emang berat badanmu berapa?"

"Kamu nggak tahu ya kalau nanyain umur dan berat badan ke cewek itu nggak sopan!" ketus Lana jengkel.

Arkan malah terbahak. "Kalau dokter mah bebas nanyain itu. Apalagi aku spesialis gizi dan konsultan diet."

Lana melirik Arkan. Dia baru ingat kalau cowok ini konsultan diet. Kakak sepupunya, Dokter Reno adalah seorang selebgram terkenal yang menjalankan bisnis di bidang itu dengan menjual suplemen produksi PT P-Farma, perusahaan farmasi milik kakek mereka. Arkan begitu lulus didapuk sebagai Kepala Cabang Kediri. Berbeda dengan adiknya yang manja dan suka foya-foya, Arkan adalah sosok yang mandiri dan bertanggung jawab juga punya intuisi bisnis yang bagus. Dia bahkan sudah memiliki bisnis sendiri di bidang katering diet di luar bisnis keluarga yang dijalankannya sejak masih koas.

Lana berpikir sejenak. Apa baiknya dia minta saran dari Arkan untuk menurunkan berat badannya ya? Tapi jangan-jangan Arkan akan menertawakannya kalau Lana bilang mau diet seperti yang biasa dilakukan Arlan. Uh! Nggak deh. Lebih baik aku usaha sendiri! Begitu pikir Lana. Sampai di rumah nanti dia akan mencari referensi artikel tentang diet. Dia harus bisa kurus. Lana akan menunjukkan pada Arlan bahwa dia sangat baik-baik saja tanpa lelaki itu. Arlan akan menyesal karena memutuskannya begitu saja.

***

Up gaes...

Kalian tim Arkan apa tim Arlan? Jangan lupa votes dan komen ya....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top