Chapter 17 : A Little Secret

Untuk kesekian kalinya, Praya mengutik ponselnya. Dia memeriksa pesan singkat untuk memastikan apakah perawat penggantinya memberikan kabar mengenai Aruna. Nyatanya, tidak ada notifikasi yang masuk padahal dia sudah mengirimkan pesan beberapa saat yang lalu.

Aruna baik-baik saja, batin Praya mencoba berpikir positif. Dia terlalu terbiasa merawat Aruna sendiri, jadi ketika tidak melakukannya jadi terasa aneh. Terpenting wanita itu tahu Aruna baik-baik saja di rumah, karena belum ada telepon darurat yang terjadi.

Tiba-tiba saja seseorang menarik ponsel dari tangan Praya. Wanita itu sontak mendongak. Prabu berdiri di depannya. Kepalanya menggeleng dengan ekspresi kesal yang sangat kentara.

"Aku tahu kamu terbiasa merawat Aruna dan mudah khawatir sama dia, tapi aku rasa Aruna nggak akan nyaman kalau kamu terus menanyai perawat barunya kayak ibu-ibu posesif, Ay. Satu lagi, Aruna yang minta kita buat staycation di sini, jadi dia pasti melarang perawat itu buat balas pesan kamu biar kamu fokus di sini."

Suara Prabu terdengar tegas dan Praya langsung merasa bersalah. Dia mengangguk sambil bergumam lirih, "Maaf, Prab."

"Aku balikin ponsel kamu, tapi tolong masukin benda ini ke tas kamu. Oke?" Prabu menyodorkan kembali ponsel Praya. "Aku mau check in dulu, kamu tunggu di sini."

Prabu mengusap puncak kepala Praya singkat, sebelum akhirnya beranjak menuju resepsionis. Sementara itu Praya memilih duduk di salah satu sofa. Tangannya dengan segera memasukkan ponselnya ke tas, lalu menguburkan benda itu dengan isi tasnya yang lain.

Sambil menunggu Prabu dan mengalihkan pikirannya, Praya memperhatikan sekitar. Mereka memutuskan untuk berangkat ke sebuah resor yang berada di Bogor. Tempat ini berjarak tidak terlalu jauh dari rumah. Kanan-kiri hanya ada pepohonan yang rindang sebagai pemandangan.

Sentuhan di bahu menyentak Praya. Prabu sudah kembali bersamanya. Ada senyum kecil pria itu terpasang, "Kita ke kamar, Ay. Kopernya biar dibawa bellboy ke kamar kita."

Praya hanya mengangguk sebagai jawaban. Dibiarkannya seorang pria berseragam hotel untuk membawa kopernya menuju kamar mereka dengan lift yang berbeda.

Saat akan berjalan menuju lift, Prabu dengan sengaja meraih tangan Praya. Refleks, Praya ingin melepaskan genggaman tangan prianya. Namun, Prabu menahannya. Kening pria itu berkerut seolah bertanya.

"Malu," ungkap Praya. Namun sebenarnya, dia tidak nyaman. Bagi wanita itu, segala sentuhan Prabu di luar kamar terasa salah karena pria itu masih tampak seperti milik Aruna.

"Kenapa harus malu?" tanya Prabu sambil mendengkus geli. "Kita bukan dua sahabat lagi, Ay. Kamu juga bukan perawat istriku yang lagi sakit. Kita punya buku nikah dan itu sah secara agama dan negara."

"Aku tahu, Prab, tapi—"

Baca kelanjutan kisah Prahara Pernikahan Praya hanya di KaryaKarsa. Link akan saya bagikan di beranda Wattpad ya!

***

Surabaya, 10 juni 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah baca kisah Prabu dan Praya ini! Saya tahu ceritanya nyesel dan dilematis :( 

Love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top