Chapter 16 : Let it Be

Sisa malam itu, Praya tidak bisa terlelap. Dia bahkan tahu beberapa menit kemudian, Prabu kembali ke kamar. Pria itu jelas tidak tahu bahwa di balik selimut mereka, Praya sudah mengenakan piama lengkap.

Dan ketika terbangun saat subuh, Praya memilih berlama-lama di kamar mandi. Dia menangis sejadi-jadinya untuk mengurangi sesak di dada. Kepalanya dia isi dengan berbagai sugesti bahwa apa yang Prabu lakukan bukanlah kesalahan. Praya sendiri juga yang memilih menjadi istri kedua, jadi risiko seperti ini seharusnya sudah wanita itu antisipasi sebelumnya.

Kurang lebih satu jam, akhirnya Praya memutuskan keluar kamar mandi. Wanita itu terpaku sesaat ketika menemukan Prabu masih terlelap. Sesaat dia ragu, haruskah dia membangunkan prianya untuk menunaikan salat atau membiarkan Prabu bangun sendiri.

Pada akhirnya, meskipun enggan saking kesal dan sedihnya dengan sikap Prabu, Praya tetap menghampiri pria itu. Prabu harus bangun dan menunaikan kewajibannya untuk berdoa kepada Tuhan.

"Bangun, Prab," ucap Praya. Dia berdiri di sisi ranjang Prabu seraya mengguncang pelan badan prianya. "Udah pukul 5, Prab, salat subuh dulu."

Prabu hanya bergumam lirih. Praya mulai meningkatkan guncangannya pada Prabu. "Prabu, nggak boleh kelewat salatnya, ayo bangun."

Tiba-tiba saja Praya merasa tangannya ditarik kuat-kuat. Dia yang tidak siap, mau tak mau langsung tersungkur menimpah Prabu. Pertemuan dua tubuh yang mendadak dan keras sukses membuat keduanya mengaduh kesakitan.

"Sakit, Prabu!" omel Praya. Cewek itu mendongak sambil memasang tampang kesal.

"Sori," jawab Prabu sambil meringis.

Praya mengangguk singkat. Dia ingin bangit, tapi tangan Prabu malah memeluk pinggang Praya. Masih dengan wajah kesal, wanita itu berkata, "Prab, aku mau berdiri."

"Aku juga mau bangun." Prabu memamerkan senyum miringnya. "Tapi aku nggak mau bangun sebelum aku dapat sarapan spesialku dulu."

Kening Praya berkerut. "Sarapan spesial? Prab, ini baru pukul 5, sarapan belum dibikin. Nggak usah aneh-aneh deh! Salat subuh, Prab, keburu matahari muncul."

"Bukan sarapan pagi kayak gitu, Ay." Prabu mendengkus keras. Kemudian, memonyongkan bibirnya. "Sarapan cium dari kamu biar aku bangun dan salat subuh."

Baca kelanjutan kisah Prahara Pernikahan Praya hanya di KaryaKarsa. Link akan disertakan di beranda wattpad ya!

***

Surabaya, 8 juni 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah baca kisah ini, menyukainya, bahkan sampai rela ke sebelah buat beli bukunya! kamu bisa beli 15 bab seharga 29ribu ya.

Love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top