Hubungan Alfa dan Auriel
Sejak makan es krim di mal beberapa minggu lalu, kedekatan Alfa dan Auriel semakin intens. Ganta tak bisa lagi menghalangi pertemuan mereka. Apalagi sikap Alfa yang selalu memanjakan Auriel, apa pun yang Auriel minta, saat itu juga Alfa kabulkan. Hal itu membuat Putri Murka.
"Heh!" Putri menggebrak meja Ganta saat si empunya sedang fokus bekerja.
Ganta terperanjat, pun dengan Alfa yang tadi benar-benar fokus mempelajari dokumen kerja sama.
"Putri!" sentak Alfa lalu berdiri.
Rafael dan Anita menyusul Putri masuk ke ruangan Alfa.
"Maaf, Mas Alfa, tadi saya sudah meminta Mbak Putri agar menunggu dulu di depan. Tapi, dia langsung nyelonong masuk," papar Rafael.
"Kenapa aku harus ikuti aturan kalian? Ini kan ruangan calon suamiku. Apa karena dia satu ruangan sama wanita enggak tahu diri ini!" Putri menunjuk Ganta tajam. "Jadi ..."
"Putri cukup!" sela Alfa tegas.
Ganta masih menahan diri, walau hatinya sudah terasa mendidih. Dia duduk menunduk, menyembunyikan wajah merah karena marah.
"Kenapa? Hah!" Putri mendekati Alfa. "Kak Alfa selalu membela cewek itu! Sekarang Kak Alfa jarang punya waktu buat aku. Emang Kak Alfa punya hubungan apa sama dia? Sampai lupa janjian makan malam, lupa nemenin aku belanja, bahkan Kak Alfa sering meluangkan waktu sama anak kecil itu daripada aku! Siapa dia? Apa dia anak kamu!" teriak Putri melototkan mata di depan Alfa.
Ini kali pertama Alfa melihat Putri marah besar padanya. Ganta gelagapan, dia tak mau Alfa tahu Auriel anaknya.
"Kamu berlebihan tahu enggak, Put! Cemburu sama anak kecil. Auriel itu sepupunya Ganta," ucap Alfa percaya diri.
"Sepupu?" Suara wanita tiba-tiba menyahut.
Semua menoleh ke sumber suara. Di depan pintu yang terbuka lebar, Guntur berdiri bersama Carla.
"Eh, La ...." Ganta ingin mengalihkan pembicaraan, tetapi Carla mengerutkan dahi menatap Ganta bingung.
"Pak Guntur, maaf atas keramaian ini," ucap Alfa langsung mendekati Guntur dan menyalaminya.
"Ini sebenarnya ada apa, Pak Alfa? Kenapa pagi-pagi sudah ramai di ruangan Anda?" Guntur menatap Alfa, lalu beralih kepada Ganta, dan Putri.
"Maaf, Pak, ini sebenarnya masalah pribadi," jelas Alfa menahan malu setengah mati.
"Pa, sebentar, ya? Saya mohon waktu untuk bicara dengan Ganta," ujar Carla kepada Guntur.
"Iya. Silakan." Guntur mengangguk.
Carla dengan cepat menarik pergelangan tangan Ganta, diajak sedikit menjauh dari ruang Alfa.
"Apa maksud ucapan Pak Alfa tadi, Ta? Hah! Kamu malu mengakui Auriel anakmu? Ternyata ..."
"Bukan begitu, La. Aku bisa jelasin!" Ganta panik, dia tak mau Carla salah paham, juga tak ingin tahu jika Auriel putri Alfa.
"Terus apa maksud kamu mengakui Auriel sepupumu? Ta, kamu boleh jatuh cinta sama CEO itu! Tapi, kamu harus jujur sama dia, kalau Auriel itu anak kamu. Dia berhak tahu kebenarannya!"
"La, masalahnya bukan itu!" Ganta semakin bingung.
"Terus apa?"
"Aku enggak bisa bilang!"
"Oh, aku tahu! Apa kamu malu mengakui Auriel sebagai anakmu?"
"Enggaklah! Gila kamu!" elak Ganta bersikap panik sambil meremas-remas tangannya. Dia juga membuang wajah ke arah lain, menghindari tatapan Carla.
"Aku udah curiga lama, Ta. Sejak pertama melihat Alfa datang ke rumahmu. Mulutmu bisa bohong, tapi sorot matamu enggak bisa. Kamu pikir aku buta, Ta? Auriel sangat mirip sama Pak Alfa." Carla mendesak Ganta, dia sudah tak tahan terus meraba-raba dan curiga kepada Ganta.
"La ..."
"Apa perlu tes DNA?" sahut Carla cepat, menyudutkan Ganta.
Kepanikan Ganta semakin menjadi. Dia menatap Carla bingung. Haruskah dia mengatakan kepada Carla sejujurnya?
"Kalau kamu diam, berarti memang kecurigaanku selama ini benar. Kalau Auriel anak Pak Alfa, kan?"
"Iya!" jawab Ganta sambil memecah tangisannya. "Aku enggak bisa mengatakan ini padanya, La. Please, aku minta tolong, jangan katakan ini." Ganta mengiba kepada Carla sambil menangkupkan tangannya di depan dada.
Meski tampak shock, tetapi Carla sudah merasa lega, ternyata kecurigaannya selama ini benar.
"Kenapa kamu sembunyikan ini, Ta?"
"Ceritanya panjang, La. Aku enggak mau terjadi sesuatu sama Auriel," ucap Ganta sesenggukan.
"Oke, aku paham." Carla menarik Ganta dalam pelukannya. "Ya dah, nanti kita cerita di rumah. Hapus dulu air mata kamu." Carla mengeluarkan tisu dari saku blazer-nya, mengusap air mata Ganta.
Di dalam ruang kerja Alfa, situasi menjadi canggung. Putri duduk di kursi depan meja kerja Alfa. Sedangkan Guntur bersama Alfa di sofa, mengobrol mengenai bisnis. Anita dan Rafael kembali bekerja di mejanya masing-masing.
Carla menggandeng tangan Ganta, seperti menariknya, melewati meja kerja Rafael dan Anita. Carla langsung mengetuk pintu. Obrolan Guntur dan Alfa terpotong saat Carla masuk bersama Ganta.
"Maaf mengganggu," ucap Carla tersenyum tipis mengangguk kepada Alfa dan Guntur.
"Tidak apa-apa," sahut Alfa. "Silakan duduk," ujar Alfa kepada Carla.
Ganta duduk di kursinya, sedangkan Carla duduk di samping Guntur.
"Oh, iya, Pak Alfa. Kenalkan, ini menantu saya," ucap Guntur memperkenalkan Carla kepada Alfa.
Alfa tampak bingung. "Mmm, menantu Pak Guntur?"
"Iya, istrinya Roy."
"Tapi, waktu itu saya melihat Nona Carla di rumah Ganta. Saya pikir sepupu Ganta."
"Iya. Ganta ini teman baik Carla. Sudah biasa Carla menginap di rumah Ganta."
"Wah, ternyata dunia sangat sempit, ya, Pak? Saya senang bisa kenal Nona Carla. Cucu Pak Guntur sangat lucu, pintar, dan cerdas. Saya sering bertemu dengan Auriel," ujar Alfa masih mengira jika Auriel anak Carla.
Carla tersenyum kikuk pada Alfa, dia melirik Ganta yang menunduk di kursinya.
"Iya, memang Auriel sangat pintar. Sebab itu saya selalu mewanti-wanti kepada Ganta supaya menyekolahkan dia di sekolah favorit, biar sepadan dengan IQ-nya," kata Guntur lalu tertawa renyah.
Kali ini Alfa benar-benar dibuat bingung. Apa hubungannya dengan Ganta? Kenapa Ganta yang mencarikan sekolah Auriel? batin Alfa menautkan dahi memandang Ganta dan Carla bergantian.
Kasihan Pak Alfa, pasti dia bingung, ucap Carla dalam hati.
Pikiran Ganta kacau, jantungnya berdebar-debar setiap membahas Auriel di depan Alfa. Putri yang sedari tadi menyimak percakapan itu semakin sebal. Dia tampa pamit keluar begitu saja dari ruangan itu. Alfa tak memedulikannya.
"Begini Pak Alfa, kedatangan kami ke sini, mau menawarkan sesuatu," ucap Guntur melanjutkan obrolannya dengan Alfa.
"Iya. Tawaran apa, Pak?"
"Menantu saya ini kan, ingin membangun usaha. Tapi, dia butuh investor untuk menjalankan proyeknya. Kedatangan kami, ingin meminta bantuan Pak Alfa selaku CEO PT Group Pamungkas agar menjadi investor yang mendukung usaha Carla."
"Oh, begitu? Boleh tahu konsep usahanya? Berdiri di bidang apa?" tanya Alfa menatap Carla.
Mendapat sambutan baik dari Alfa, segera Carla menjelaskan gagasan bisnisnya. Semua memperhatikan Carla.
Di sisi lain, Rehan mendatangi kafe Galang bersama anak buahnya. Arista sangat terkejut dengan kemunculan pria yang masih berstatus suaminya itu. Sudah delapan tahun lebih tidak menampakkan batang hidungnya, sekali terlihat dengan wajah mengeras, seperti menahan amarah.
Emosi Rehan memuncak saat mendapat laporan Putri, bahwa Alfa lebih mementingkan gadis kecil itu daripada dirinya. Setahu Rehan, Auriel adalah anak Galang. Arista yang duduk di belakang meja kasir langsung berdiri.
"Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Arista sedikit takut melihat Galang menatapnya tajam.
"Berikan ini kepada Galang!" Rehan menjatuhkan amplop cokelat di meja kasir.
Saat Arista membukanya, bersamaan dengan itu Rehan pergi. Mata Arista membulat, melihat Auriel duduk bersama beberapa orang dewasa memakai baju serba hitam di salah satu ruangan. Entahlah, dilihat-lihat dari foto itu, seperti kamar hotel atau kamar salah satu apartemen.
Sambil gemetaran Arista mengejar Rehan sampai keluar kafe. Sayangnya orang itu sudah tak terlihat. Tak berapa lama ponsel Arista bunyi, segera dia melihat layar datarnya. Nomor telepon yang tak dikenal masuk. Meski begitu dia tetap menerima.
"Halo," jawab Arista setelah menempelkan ponsel di telinga.
"Kalau Galang mau anaknya selamat, suruh temui aku di Hotel Santika."
"Rehan, kamu jangan macam-macam, ya?" Arista memekik meluapkan kecemasan bercampur amarah.
Namun, Rehan langsung memutus panggilannya. Saat Arista menelepon balik, nomor itu sudah tidak aktif.
Arista tambah panik, dia bingung. Setelah itu Arista menelepon Galang yang sedang mengawasi kafe di tempat lain.
***
Sedari tadi Alfa menatap wanita cantik yang duduk di sebelah rekan bisnisnya. Dia seperti mengingat-ingat sesuatu. Wanita yang Alfa pandang bersikap cuek.
Malam ini Alfa menjamu klien bisnisnya di restoran private. Rekannya itu tak bersama istri, melainkan wanita panggilan. Sudah biasa di kalangan bos-bos besar, tetapi Alfa tak pernah melakukannya. Dalam hidup Alfa, dia sibuk bekerja, membahagiakan Doni, dan mencari Angel. Tak ada hal lain yang bisa dia lakukan selain itu.
Aku seperti pernah melihat orang ini. Tapi di mana? batin Alfa hingga mengerutkan dahinya dalam.
"Sayang, aku ke toilet dulu, ya?" kata wanita bergaun hitam dengan belahan tinggi mengekspose pahanya.
"Oke. Cepat kembali," kata pria berkumis tipis, klien Alfa dari luar kota.
Wanita itu melenggang keluar, semakin keras Alfa mengingat, akhirnya dapat! Alfa memberi pesan kepada Rafael yang berdiri di dekat pintu bersama para asisten klien Alfa dan bodyguard.
Rafael, ikuti terus wanita yang baru saja keluar tadi. Saya mau bicara sama dia. Berdua! Sangat penting!
Setelah membaca chat Alfa, Bergegas Rafael menyusul wanita tadi. Dia menunggunya di depan pintu toilet wanita. Begitu wanita itu keluar, Rafael dengan cepat menghalanginya.
"Maaf, Nona," ucap Rafael menunduk. "Jika tidak keberatan, bos saya ingin bertemu dan bicara hal penting dengan Anda."
Wanita itu hanya tersenyum, dia sudah menduga karena sejak dia datang ke restoran itu Alfa terus memperhatikannya.
"Baik. Temui aku di Hotel Ibis, setelah acara ini."
"Tapi, bos saya ingin mengobrol berdua saja."
"Iya. Saya paham. Saya akan menemuinya sendiri."
"Baik, nanti saya sampaikan. Terima kasih sebelumnya," ucap Rafael membungkukkan badan.
Setelah mengangguk dan tersenyum, wanita itu melenggang anggun. Meskipun dia hanya wanita panggilan, tetapi penampilannya terlihat berkelas. Dia merupakan simpanan bos-bos besar.
Rafael langsung mengirimkan pesan kepada Alfa, seperti yang sudah dia janjikan dengan wanita tadi.
Pulang menemani kliennya, Alfa datang bersama Rafael ke hotel yang mereka janjikan. Hanya saja Rafael menunggu di lobi, sedangkan Alfa sendiri menghampiri wanita itu di kamar yang sudah dijanjikan mereka.
Dia berdiri di depan pintu kamar paling pojok. Tak berapa lama setelah mengetuk pintu, wanita itu membukakan.
"Bisa kita bicaranya di balkon saja?" tanya Alfa tanpa basa-basi.
"Boleh. Silakan," ujarnya keluar dari kamar lalu berjalan ke balkon hotel yang dekat dengan kamarnya.
Mereka berdiri di pembatas kaca tebal, Alfa sudah tak sabar ingin mengetahui banyak hal dari wanita itu.
"Maaf, siapa nama Anda?" tanya Alfa sopan.
"Panggil saya Yuni. Tapi, orang-orang terdekat saya memanggil Yuyun."
"Oke. Mbak Yuni, saya menemui Anda, ingin menanyakan sesuatu. Tolong jawab jujur," ujar Alfa menekan kata-katanya, terdengar serius dan tegas. "Apa Mbak Yuni mengenal saya dulu saat kita tinggal di indekos ..."
"Iya. Aku mengenal kamu dan wanita yang kamu sia-siakan dan tinggalkan begitu saja. Kenapa?" sela Yuyun sebelum Alfa menyelesaikan ucapannya. "Kenapa kamu tega meninggalkan orang yang sudah sangat baik sama kamu? Aku saksi kehidupan kalian saat itu. Kamu tahu, dia rela kerja keras buat kebutuhan sehari-hari kalian. Gadis yang masih kuliah, kehidupannya sulit, masih harus menanggung kamu yang saat itu buta! Setelah itu kamu ngilang gitu aja!" sentak Yuyun meluapkan emosinya yang sudah tertahan bertahun-tahun.
Hati Alfa sangat sakit mendengar ucapan Yuyun. Bahkan melihat wajah Yuyun yang sedih, suara bergetar, menandakan kalau dia juga kecewa padanya.
"Saya punya alasan. Waktu itu papa saya meminta asistennya kembali ke indekos. Tapi, dia sudah pergi."
"Jelas dong! Ada kerabat kamu bersama wanita yang mengaku calon istrimu datang menemui dia. Meminta dia pergi jauh dan tidak boleh menemui kamu lagi. Aku tahu kamu punya banyak uang. Apa pantas kamu mempermainkan orang yang sudah menyelamatkanmu?"
Alfa terdiam, dia menduga orang yang dimaksud Rehan dan Putri. Tak salah lagi!
"Mbak Yuni, tolong bantu saya mencarinya," pinta Alfa menatap Yuyun penuh harapan.
"Buat apa? Menambah luka padanya?"
"Mbak, delapan tahun lebih saya mencari dia. Orang satu-satunya sebagai sumber informasi saya Pak Suryo. Tapi, beberapa waktu lalu Pak Suryo kecelakaan dan meninggal."
Yuyun terbelalak. "Innalillahi wa innalillahi rojiun," ucapnya lirih. "Kamu serius? Pak Suryo tukang ojek langganan kami?"
"Iya, Mbak Yuni. Saya hampir putus asa mencari dia saat tahu Pak Suryo meninggal. Tapi, perasaan saya sedikit lega saat bertemu dan ingat Mbak Yuni. Tolong bantu saya menemukannya, Mbak. Saya tidak pernah melihat wajah dia. Gadis itu tertutup, dia tidak mau menyebutkan nama aslinya. Saya memanggilnya Angel."
Yuyun menghela napas dalam. Melihat wajah Alfa mengiba, dia jadi tak tega. "Namanya Ganta, dia kuliah di UI. Saat kejadian kamu menghilang dari kos-kosan, malam itu juga aku membantunya membereskan kamar dan mengantar ke terminal. Katanya mau pulang ke Surabaya. Waktu itu kami masih berkomunikasi, dia minta tolong aku buat mengurus kuliahnya. Dia ambil cuti kuliah satu tahun."
"Setelah itu?" Alfa mendengar cerita Yuyun saksama.
"Kami sesekali masih komunikasi, sekadar menanyakan kabar. Sayangnya, HP-ku hilang. Sejak itu kami putus komunikasi."
"Mbak Yuni sudah pasti sangat mengenali wajahnya, kan? Tolong bantu saya." Alfa merogoh saku celana, lalu mengeluarkan ponselnya. "Mbak, apa dia orangnya?" tanya Alfa memperlihatkan foto Ganta agar keraguannya selama ini terjawab.
"Iya! Benar! Kamu dapat foto ini dari mana?" tanya Yuyun sangat yakin dan menatap Alfa, menuntut penjelasan.
Alfa tak dapat menutupi kebahagiaannya. Dia tertawa, tetapi juga menangis karena bahagia.
"Mbak, Anda enggak salah, kan?" tanya Alfa memastikan lagi. "Coba perhatikan lagi, Mbak. Ini foto berbeda tapi orang yang sama."
"Iya. Saya yakin dan saya enggak salah lihat. Kamu punya foto ini dari mana?" Yuyun bertanya sekali lagi dan jawabannya sangat yakin.
"Mbak, dia asisten pribadi saya!" pekik Alfa saking senangnya, lutut dia gemetar, terasa seperti jelly. Alfa bersandar di tembok dan menumpahkan air mata kebahagiaannya.
"Astagaaaaa, dunia ini sangat sempit," kata Yuyun bisa merasakan kebahagiaan Alfa. "Kamu bodoh! Kenapa kamu enggak hafal suara dia dan suaraku? Aku sering kan, ngasih kalian oleh-oleh kalau pulang dari luar kota," ujar Yuyun tersenyum bercampur tangis bahagia.
"Itu kelemahan saya, Mbak. Kenapa saya enggak menghafal suara-suara orang yang hidup di sekitar saya waktu itu. Mbak Yuni juga tahu, saya tidak mengenal siapa-siapa selain kalian."
"Terus di mana sekarang anak itu? Aku mau ketemu!"
"Sebentar, saya coba hubungi temannya. HP dia rusak, Mbak. Saya belum sempat membelikannya," kata Alfa sembari mencari nomor telepon Carla.
Keadaan di rumah Pras sedang panik dan tegang. Ganta beberapa kali pingsan, bahkan dia mengetahui fakta mengejutkan, bahwa Galang adalah anak Rehan.
"Aku enggak mau lihat kamu lagi! Pergi!" pekik Ganta mengamuk sambil mendorong Galang keluar dari rumah.
"Ta, aku bisa jelasin! Tolong, Ta," kata Galang sambil menangis menyesal bercampur sedih dan bersalah.
Habis Magrib, Galang datang ke rumah, menyampaikan kabar jika Auriel diculik Rehan gara-gara dirinya. Itu sebabnya Ganta sangat murka kepada Galang. Selama ini Ganta menghindari Alfa supaya Auriel aman, tidak menjadi incaran Rehan. Namun, ternyata Ganta salah mempercayakan Auriel. Dia percaya kepada orang yang lebih dekat dengan Rehan, jauh lebih berisiko.
"Aku enggak mau lihat kamu lagi, Lang! Kamu sudah bikin keselamatan Auriel terancam. Aku harus cari dia di mana? Kamu enggak akan pernah aku maafin kalau terjadi sesuatu sama Auriel, seperti saudaramu!" Ganta menujuk wajah Galang.
Air matanya berlinang dan tak terbendung. Wajahnya kacau, hidung merah, kedua mata sembap. Ganta benar-benar sangat sedih kehilangan Auriel.
"Apa maksud kamu, Ta?" tanya Galang bingung!"
"Jangan sok enggak tahu kamu, Lang! Kamu jangan seperti papamu yang melindungi penjahat!"
"Sumpah, aku enggak paham maksud kamu, Ta," ujar Galang menggeleng. Air mata Galang banjir membasahi pipinya.
"Saudara kamu Putri, kan? Dia yang membunuh orang tuaku! Dia harusnya dipenjara! Kenapa keluarga kalian terus menyiksaku! Apa salahku sama kalian!" teriak Ganta memukul-mukul dada Galang.
Galang terpaku, dia baru tahu hal ini. Yuli dan Pras berada di ruang tamu bersama Carla. Ganta melarang Galang masuk ke rumah, dia menghadang Galang di ambang pintu. Carla hanya bisa menangis mendengar satu per satu pengakuan Ganta. Ternyata banyak rahasia dan beban yang selama ini Ganta pikul sendiri. Yuli lemas, bersandar di bahu Pras, dia menangis terus, mencemaskan Auriel.
Ponsel Carla berdering tanda panggilan masuk. Setelah tahu dari Alfa, bergegas Carla menerimanya.
"Halo," sahut Carla berusaha menetralkan suaranya.
"Nona Carla, apa Ganta ada?"
"Sekarang aku minta kamu pergi dari sini!"
Suara gertakan Ganta terdengar jelas di ponsel Alfa.
"Ada apa sama Ganta? Kenapa dia terdengar sangat marah?" tanya Alfa terdengar panik.
"Pak Alfa, Auriel ... Auriel ...." Carla tak sanggup mengatakan, dia malah memecahkan tangisnya.
"Nona, ada apa sama Auriel? Tolong bicara yang jelas!" Dari ujung telepon Carla terdengar kepanikan yang tinggi dari Alfa.
"Pak Alfa, Auriel ... diculik," ucap Carla lalu memecahkan tangisannya semakin keras.
Panggilan seketika terputus. Carla yakin jika Alfa pasti akan datang. Apalagi Alfa sangat menyayangi Auriel.
"Ganta, kasih aku kesempatan ..."
"Enggak!" sahut Ganta cepat memotong ucapan Galang.
"Ta, tolong maafin aku! Aku mengaku ini kesalahanku. Mereka salah paham! Mereka ngira Auriel anakku. Ta, mereka menginginkanku, bukan Auriel," ucap Galang berusaha meluluhkan hati Ganta yang saat ini sangat kecewa padanya.
"Aku enggak mau mendengar alasan kamu lagi, Lang. Pergi!" Ganta mendorong kuat tubuh kekar Galang.
Sayangnya tubuh Ganta yang kurus dan pendek, tak sebanding dengan tubuh kekar dan tinggi milik Galang. Meski Ganta sudah mengusirnya, Galang tetap kekeh tak mau pergi. Ganta sampai memohon dan menangis terisak-isak. Dia sangat kecewa pada Galang. Kepalanya sampai pening, bahkan dia tak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan putrinya.
"Ganta!" pekik Alfa panik, berlari ke arah Ganta, menyingkirkan Galang langsung memeluk Ganta erat. "Di mana Auriel?" tanya Alfa dengan napas memburu.
Pelukan Alfa itu justru semakin membuat Ganta menangis lepas hingga sesenggukan. Tuk pertama kalinya, setelah mereka bertemu lagi, Ganta membalas erat pelukan Alfa.
"Auriel diculik," gumam Ganta di tengah tangisnya dalam pelukan Alfa. "Semua gara-gara dia!" pekik Ganta menujuk Galang dengan tatapan membunuh.
"Apa maksud kamu?" tanya Alfa bingung, menatap Galang dan Ganta bergantian.
"Aku bisa jelasin," kata Galang.
"Dia ternyata sepupu kamu!" pekik Ganta keceplosan mendongak, menatap Alfa. Pikirannya kalut, dia sudah tak bisa berpikir jernih.
"Maksud kamu apa, Ta?" Alfa mengerutkan dahi dalam sambil menatap Galang menuntut penjelasan.
"Dia anak om kamu, Rehan, dari istri kedua yang ternyata selama ini dirahasiakan dari keluargamu dan publik!" ungkap Ganta seraya sesenggukan.
Alfa sangat terkejut, pun dengan Rafael yang berdiri di pelataran bersama Yuyun. Mereka sampai selang beberapa menit setelah kedatangan Alfa.
"Ganta!" pekik Yuyun.
Ganta langsung menoleh ke sumber suara. Yuyun berlari lalu memeluknya erat, melepas rindu.
"Mbak Yuyun," gumam Ganta setelah Yuyun melepas pelukannya.
"Ta, maafin aku. Dia ...." Yuyun menatap Alfa yang masih berdiri di samping mereka. Ganta pun ikut menatap Alfa.
"Aku sudah menemukan Angel," kata Alfa menatap Ganta sendu. "Kenapa kamu enggak bilang kalau kamu orang yang selama ini aku cari, Ta? Kenapa kamu diam?" Alfa menangkup pipi Ganta sambil menangis. Dia tak peduli image-nya sebagai CEO tampan dan berwibawa jatuh.
"Ka-ka-kamu tahu dari mana?" kata Ganta terbata-bata.
"Aku yang ngasih tahu, Ta. Maafin aku," ucap Yuyun menunduk, bersiap jika Ganta akan memarahinya.
Ganta hanya bisa mematung. Alfa langsung menariknya dalam pelukan sangat erat.
"Auriel?" ucap Alfa teringat gadis kecil itu. "Anak siapa Auriel?" pekik Alfa langsung melepas pelukan Ganta dan menyapu pandangan untuk mencari jawaban.
"Anak kamu," jawab Ganta lirih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top