Alfa Ketemu
"Sayang? Angel?" pekik Alfa saat bangun tidur meraba sampingnya sudah tidak ada Ganta.
"Aku di kamar mandi, Sayang. Tunggu, sebentar lagi selesai," sahut Ganta.
Selama ini Alfa tak pernah merasa bahagia seperti ketika dia bersama Ganta. Biarpun Alfa tak tahu banyak latar belakang Ganta, dia yakin, wanita itu dari keluarga bak-baik. Nyatanya Ganta bisa menjaga kesuciannya sebelum Alfa yang merenggut. Apa Alfa bajingan? Mereka melakukan itu suka sama suka. Tidak ada yang terpaksa ataupun dipaksa.
Pintu kamar mandi terbuka, Ganta memakai handuk kimono. Dia membawa kerok kumis dan krim pencukur bulu halus. Ganta duduk di sebelah Alfa yang telajang dada, bagian bawah tertutup selimut, dia masih bersandar di kepala ranjang, Alfa tampak malas untuk bangun.
"Sini, aku cukur dulu jenggot sama kumis kamu," ujar Ganta sangat telaten merawat Alfa.
Selama ini Ganta memperhatikan penampilan Alfa, biarpun mata Alfa buta, tetapi Ganta-lah yang menikmati ketampanannya. Selama hampir tiga bulan ini Alfa tak pernah keluar dari kamar.
"Nanti kita ke rumah sakit, ya?"
"Buat apa?"
"Kemarin Dokter Ridwan menelepon, ada kornea yang mau didonorkan. Dia meminta kita datang ke rumah sakit buat mengecek, apa kornea itu cocok sama kamu atau enggak. Aku sangat berharap kornea itu cocok, biar kamu bisa melihat lagi," ujar Ganta sambil mencukur kumis tipis Alfa.
Tiba-tiba Alfa memeluk Ganta, ada kekhawatiran yang menyelimuti perasaan Alfa jika dia kembali ke keluarganya. Namun, jika dia tidak kembali, Alfa tak bisa mencari bukti kejahatan Rehan. Nyawa papanya juga bisa terancam.
"Kamu janji akan menemaniku operasi, kan?" kata Alfa memeluk Ganta erat.
"Iya."
"Terus bagaimana biayanya?" Alfa melepaskan pelukannya lalu meraba wajah Ganta. Dia mengusap bibir Ganta yang ternyata sedang tersenyum. "Aku pengin banget lihat senyum kamu."
"Pasti bisa. Nanti kalau kamu sudah bisa melihat, puas-puasin lihat wajah dan senyumku."
"Aku enggak akan pernahh puas melihatmu. Setiap bangun tidur aku mau melihatmu, sebelum tidur aku juga mau melihatmu. Kalau perlu setiap detik, kamu yang aku lihat."
"Terus aku suruh buntuti kamu ke mana-mana gitu?"
"Iya dong."
"Entar aku dipikir sekretaris kamu."
"Enggaklah! Aku akan selalu gandeng tangan kamu biar semua orang tahu kalau kamu istriku. Aku enggak sabar ingin menikahimu."
Ganta tersenyum manis. Apa tidak berlebihan keinginan itu? Derajat mereka berbeda, latar belakang Ganta jauh di bawah Alfa. Apa Ganta bisa menyesuaikan diri di lingkungan keluarga Alfa yang terkenal konglomerat? Papa Alfa adalah investor besar dan pemilik Group Pamungkas, perusahaan besar di negara ini, apa dia akan setuju?
***
Berbulan-bulan Sugeng dan Rafael mencari barang bukti penyebab kecelakaan Alfa. Sayangnya rekaman CCTV yang mereka dapat tidak memperlihatkan Rehan berada di sana. Hanya ada rekaman mobil Alfa dikejar dua pajero. Dari rekaman itu tim penyelidik dari detektif yang Doni sewa akhirnya menemukan si pelaku. Sayangnya kedua pelaku bungkam mengenai dalang di balik kejadian itu. Padahal Farael dan Sugeng sudah berusaha memancingnya, tetapi mereka tetap membisu. Di ruang penyidik mereka berdiskusi.
"Pak Sugeng, Rafael, apa kalian yakin jika Pak Rehan terlibat dalam kasus ini?" tanya Surya, pria bertubuh tegap, perawakan tinggi, dan gagah. Dia adalah detektif yang disewa Doni.
"Saya lihat dengan mata kepala sendiri, Pak Surya. Tapi saat itu saya tidak berani mendekat. Saya takut ketahuan Pak Rehan," papar Rafael meyakinkan.
Surya tampak berpikir keras. Dia mengetukkan pulpennya di dagu. "Berarti ini ada bagian CCTV yang sengaja diambil. Kita harus menemukan file CCTV itu."
"Caranya?"
"Kita akan cari tahu dulu apa sebenarnya motif percobaan pembunuhan ini dilakukan Pak Rehan. Apa dia punya dendam pribadi dengan Mas Alfa?" kata Surya melirik Rafael dan Sugeng.
"Kalau itu, saya rasa bukan. Mungkin Pak Rehan tidak suka kalau yang melanjutkan bisnis Pak Doni bukan dia, tapi Mas Alfa. Setahu saya, Pak Rehan ini sangat ambisius membantu Pak Doni memimpin perusahaan," ujar Sugeng diangguki Surya.
"Terus untuk pencarian Mas Alfa bagaimana, Pak Surya?" tanya Rafael.
"Nah, saya kemarin mendapat kabar dari anak buah saya yang berpencar di lokasi sekitar. Ada yang melihat Mas Alfa keluar dari rumah sakit dan dia tinggal di kos-kosan di dekat kampus UI."
"Apa Pak Surya bisa memastikan jika itu Mas Alfa?" sahut Sugeng yang sudah tak sabar ingin memberi tahu Doni.
"Saya sudah memastikan, itu benar Mas Alfa. Tapi saya tidak tahu, dengan siapa dia tinggal. Soalnya anak buah saya melihat Mas Alfa dituntun tukang ojek masuk ke kosan itu."
"Apa jangan-jangan Mas Alfa diselamatkan warga sekitar situ?" sambung Rafael.
"Bisa jadi. Besok saya akan pastikan lagi, jika keadaan aman, kita jemput Mas Alfa," ujar Surya diangguki Sugeng dan Rafael.
"Saya akan memberi tahu berita baik ini kepada Pak Doni." Sugeng lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Doni.
***
Di lain tempat yang sebenarnya sejak awal tahu jika Alfa selamat dari kecelakaan itu, berbulan-bulan dia menyebar anak buahnya untuk mencari Alfa. Sebelum meledakan mobil Alfa, anak buah Rehan sempat mengecek ke dalam mobil, ternyata Alfa tidak ada. Mereka menduga Alfa sempat kabur sesaat mobil terbalik. Pengumuman kematian Alfa sengaja dirancang Rehan untuk mengulur waktu supaya anak buahnya bisa menemukan Alfa. Selain itu, saat Doni sibuk dan larut dalam duka, Rehan yang sementara memimpin PT Group Pamungkas memanfaatkan keadaan mengalihkan beberapa aset Doni atas namanya.
Malam itu Rehan dan keluarganya sedang makan, seorang pria berotot menghampirinya dan membisikan lokasi Alfa sembunyi selama ini. Bibir Rehan tersenyum licik.
"Aku akan telepon Mas Doni. Jika kita duluan yang menemukan Alfa, aku yakin, Mas Doni semakin simpati kepada kita. Dia juga akan lebih percaya kita ketimbang asisten bodohnya itu." Rehan tersenyum miring, didukung Ani yang juga tersenyum licik.
Putri senang, akhirnya tunangannya bisa ditemukan. Dia tidak tahu jika papanyalah dalang di balik kecelakaan Alfa. Biarpun Alfa adalah kakak sepupunya, tetapi Putri menaruh hati pada Alfa. Dia mencintai Alfa lebih dari kakak. Mengetahui hal itu, Rehan memanfaatkan keadaan. Dia meminta kepada Doni untuk menjodohkan anak mereka, tidak lain niat Rehan adalah agar harta Doni tidak jatuh ke orang lain. Karena dipikir Doni jika Putri memang butuh sosok pendamping yang dewasa seperti Alfa, akhirnya dia meminta Alfa menerima perjodohan itu. Dulu hidup Alfa tak mengenal cinta, kehidupannya hanya ada dua, keluarga dan bisnis. Dia mau saja dijodohkan dengan adik sepupunya, dulu Alfa pikir dengan begitu tidak ada lagi gangguan wanita-wanita matre di sekitarnya. Alfa risih digoda wanita-wanita yang haus materi.
Bagi Alfa, Putri dijadikan alat untuk menjauhkan wanita-wanita yang mengejarnya. Sifat Putri yang over posesif mendukung hal itu. Selama mereka bertunangan, Alfa memperlakukan dan memanjakan Putri selayaknya adik. Tidak ada ciuman, romantis-romantisan selayaknya pasangan yang sedang kasmaran, di antara mereka hanya makan bersama dan nonton. Hanya dengan Ganta hati Alfa bergetar dan menjatuhkan pilihan.
Di kediaman Doni, dia sangat senang mendengar kabar dari Sugeng, ditambah Rehan. Itu membuatnya semakin yakin jika Alfa memang benar masih hidup. Dia memerintahkan Sugeng dan Rafael bergerak besok malam. Doni tak sabar ingin bertemu putranya.
***
"Sayang, makan yuk!" ajak Ganta membangunan Alfa.
Dia menuntun Alfa duduk di kursi dekat jendela. Ganta memberikan piring untuk Alfa.
"Hmmm, telur dadar, ya?" tanya Alfa setelah mencium aromanya.
"Betul sekali! Itu telur dadar sama cah brokoli. Tanpa lada, tanpa bawang goreng, tentunya tanpa seledri," ucap Ganta sumringah.
Hidupnya terasa lebih bersemangat saat ada Alfa. Dia merasa tak sendiri berjuang di ibu kota. Ganta bahkan lebih giat bekerja demi mencukupi kebutuhan mereka. Untung saja Ganta sudah terbiasa banting tulang untuk mencukupi kebutuhannya.
"Sayang, maaf, ya, kemarin aku tinggal kamu sama Pak Suryo di rumah sakit. Soalnya aku dicariin bos," ujar Ganta menyesal di tengah makan mereka.
"Enggak apa-apa, Sayang. Yang penting aku selamat sampai di kos. Tapi, kemarin kamu enggak dimarahi bosmu,kan?"
"Enggak kok, Sayang. Cuma ditegur, udah biasa. Memang aku salah, wajar kalau ditegur."
"Maafin aku, ya, Sayang, Gara-gara nemenin aku ke rumah sakit, kamu jadi telat masuk kerja."
"Enggak apa-apa, Sayang. Untung ada Pak Suryo. Aku seneng deh bisa kenal Pak Suryo. Dia baik, ngantar aku jauh dekat, dikasih harga sama. Katanya hitung-hitung nabung buat di akhirat. Ck, sayangnya Pak Suryo bakalan pulang kampung."
"Loh, memangnya kenapa? Kok pulang?"
"Iya, Sayang. Selain ngojek, dia di sini kerja di pabrik. Kontrak kerjanya sudah habis. Kalau ngandelin ngojek, mana cukup dia menghidupi keluarganya di kampung?"
"Sekarang aku baru tahu kenapa Tuhan ngasih ujian ini sama aku. Dia membuatku buta agar aku bisa belajar lebih bersyukur dengan yang aku lihat di dunia ini. Aku bisa kenal kamu juga bisa merasakan cinta. Kenal kehidupan kalian yang butuh perjuangan. Aku akan mengingat kehidupan saat ini untuk semakin memacu semangatku supaya mensejahterakan semua karyawanku. Aku janji akan menghapus sistem kontrak untuk buruh yang bekerja di pabrik."
"Aku bangga punya pacar kayak kamu, Sayang." Ganta menyentuh tangan Alfa. "Selain cerdas, hati kamu baik," ucap Ganta mengingat Lisa. Seperti mamamu yang juga sangat baik dan dermawan, lanjut Ganta dalam hati.
"Oh, iya, Sayang, uang untuk operasiku bagaimana?"
"Kamu tenang saja. Aku sudah ada kok."
"Sayang, kamu dapat uang sebanyak itu dari mana? Enam puluh juta loh, Sayang."
"Aku punya tabungan yang seharusnya aku pakai untuk kuliah S2. Kita pakai dulu buat operasi mata kamu, ya?"
"Tapi ..."
"Ssssst, udah, jangan tapi-tapi. Uang bisa dicari, kesempatan tidak datang dua kali."
"Aku enggak salah memilih kamu untuk menjadi istriku. Aku enggak sabar pengin lihat wajah kamu." Alfa tersenyum sangat manis. "Aku juga enggak sabar pengin tahu nama aslimu. Kenapa enggak sekarang aja sih kasih tahunya?"
"Enggak! Kita udah sepakat, kalau aku akan kasih tahu namaku setelah nanti kamu bisa melihat."
"Oke. Aku tidak sabar menunggu hari itu tiba."
Ganta tersenyum sangat manis, dia juga tak sabar ingin melihat reaksi Alfa ketika tahu jika dialah yang menolongnya. Apa dia masih ingin menikahinya atau nanti justru akan menjauhi? Ganta was-was, dia merasa bukan tipe wanita pendamping Alfa. Biasanya tipe pengusaha muda adalah wanita cantik, berkelas, dan dari keluarga kaya raya juga.
Semakin seru dan bikin deg-degaan. Menurut kalian gimana? Apa merasakan hal sama sepertiku?
Makasih buat bintang dan komentarnya, teman-teman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top