B4b 1 - B4g14n 11 (Midw3st H3ll)
Sudah memakan waktu 4 jam perjalanan menuju Kota Midwest County. Selama melewati jalan tol bebas hambatan, Kakek Doyle menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri—mobil-mobil berbondong pergi dari arah Midwest County untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Adanya kecelakaan pada sebuah terowongan di arah sebaliknya membuat petugas kepolisian membuka jalur contra flow demi kelancaran evakuasi, sehingga mobil yang dikendarai oleh Kakek Doyle harus mengalah pada jalur satu atau dua.
Dari semua mobil yang meninggalkan Midwest County dan sekitarnya—Kakek Doyle justru pergi ke kota yang saat ini menjadi medan pertempuran dengan harapan besar dapat bersatu kembali bersama kedua cucuknya—Adrianne dan Max. Sekarang waktu menunjukkan pukul 3 pagi, Kakek Doyle telah keluar dari jalan tol menuju jalan kegelapan diapit pepohonan yang menjulang tinggi menutup cahaya rembulan dan bintang-bintang berkelip. Rasa kantuk dan lapar menyerang tetapi niatnya sudah mantap, baginya beristirahat sejenak hanya akan membuang-buang waktu mengingat cucuknya tengah meregang nyawa di sana.
Leal tertidur pulas pada pangkuan kakek. Dengkurannya sudah tidak seirama dengan suara mesin mobil yang sudah bekerja sangat keras malam ini. Saluran radio mulai terganggu lagi, bunyi-bunyi statis seperti kawanan lebah mulai menggerogoti sinyal. Kakek Doyle memutar tombol radionya, tetapi bermuara pada hasil yang nihil. Tak ada angin yang bertiup bukan berarti suhu dingin hilang. Sebaliknya, keheningan mencekam itulah yang membuat tengkuk Kakek Doyle merinding. Ia menutup rapat kaca mobil karena rintihan dan tangis terdengar sayup dari dalam hutan belum termasuk puluhan pasang mata yang menyala seakan mengamatinya dari kegelapan.
Kakek Doyle menelan ludah. Pertahanan terakhirnya adalah kaca mobil, senapan berburu, dan lampu besar mobil pikap tuanya. Ia mengecek status bensin mobil yang terdapat di speedometer kemudian menatap dua buah jalan raya sunyi yang dipisah oleh markah jalan. Lampu penerang tidak berfungsi mungkin imbas dari ledakan sehingga transformator meledak atau ada kemungkinan lain. Sunyi senyap, rasanya paru-paru Kakek Doyle terasa sesak karena tenggelam dalam kengerian ini. Namun tak lama, secercah harapan sekaligus hal ganjil terlintas subuh itu.
Ia melihat tiga orang polisi berpakaian lengkap tengah berdiri di pinggir jalan, salah satunya membawa seekor anjing. Namun karena jarak mobil dan posisi ketiga polisi itu berada masih cukup jauh, lampu besar mobil pikap Kakek Doyle hanya mampu menyorot bagian pinggang ke bawah saja. Bagaimana pun juga, cahaya yang terpancar dari lampu besar bias karena efek kabut menyelimuti daerah tersebut.
Kakek Doyle telah menghentikan mobil tak lupa menyalakan lampu hazzard. Seorang polisi berjalan menghampiri sementara dua lagi berdiri membelakangi cahaya, begitupun anjing German Shepherd yang mengenakan baju anti peluru itu. Ia membuka kaca mobil kemudian mencari surat izin mengemudi serta surat izin kepemilikan senjata api untuk wilayah Amber Jewel yang disimpan pada dasbor mobil mengingat Kakek Doyle membawa senapan laras panjang. Hukum kepemilikan senjata pada tiap negara bagian berbeda—jika di Amber Jewel kau diperbolehkan memiliki senjata berupa senapan atau pistol untuk kebutuhan berburu dan mempertahankan diri mengingat wilayah Kota Amber Jewel masih dikelilingi hutan lebat, berbeda dengan kondisi di Kota Midwest County. Untuk wilayah tertentu izinnya sangat ketat bahkan penggunaan senjata api hanya diperbolehkan bagi kesatuan polisi atau militer saja.
"Ah, di sana ternyata," kata Kakek Doyle sambil mengambil dompet kulit berwarna coklat itu.
Kedua telinga Leal terangkat lalu menggeram ke arah kaca mobil yang setengah terbuka. Kakek Doyle yang menyadari itu terlihat heran. Leal hanya menggeram atau menggonggong ketika ada ancaman saja. Dia juga selektif saat menggonggong kepada orang asing—ya, kecuali kau tukang pos. Kakek Doyle membuka topinya lalu mengusap kepala Leal yang terlihat gusar.
"Hey, Nak! Sudahlah, petugas polisi itu bukan ancaman," ujarnya menenangkan.
Usaha Kakek Doyle tak berhasil. Semakin polisi mendekat ke arah mobil, makin keras pula geraman serta gonggongan Leal. Di sanalah Kakek Doyle merasa aneh, dia menghidu udara untuk memastikan bau anyir darah yang tercium bukanlah kesalahan indera penciumannya yang sudah tua. Ia melihat petugas polisi berjalan sangat lamban, anhenya lagi bau menyengat itu berasal darinya.
Dua polisi yang berdiri tadi perlahan ikut menghampiri sumber cahaya berasal dari mobil Kakek Doyle. Anjing K9 mereka yang berbadan tegap itu pun membalas gonggongan Leal. Kesunyian akhirnya pecah terutama saat sosok polisi tadi sudah terlihat jelas dari pantulan cahaya lampu besar. Penampilannya sungguh mengerikan dan berhasil membuat bulu kuduk Kakek Doyle merinding begitupun jantungnya seolah berhenti berdetak.
Salah satu mata polisi itu meleleh, setengah wajahnya hancur karena luka bakar sementara mulut dan hidungnya tak berhenti mengucurkan darah berwarna hitam pekat. Ia menyeret kakinya yang patah menuju mobil pikap Kakek Doyle. Tatapannya bengis bagaikan belati tajam yang berhasil membekukan Kakek Doyle di depan kemudi. Tubuh rentanya tak mau berkompromi dengan isi otak yang sudah memunyikan alarm darurat. Butuh beberapa detik sebelum akhirnya Kakek Doyle dapat menutup kaca mobil diiringi gonggongan keras Leal demi membela tuannya.
Petugas polisi itu mengerang keras lalu mengantukkan dahi berulang kali kepada kaca mobil sehingga lembaran kulit yang meleleh dan noda darah menempel. Anjing K9 yang berlumur darah dan usus terburai dari perutnya telah berdiri dengan garang pada kap mobil, rahangnya mengeluarkan liur seakan mantap untuk memangsa si pengendara beserta anjing setianya.
"What is that?" kata Kakek Doyle seraya tergesa menyalakan mesin mobil lalu mengambil gigi mundur untuk menghindari teror empat makhluk mengerikan tersebut, "What the fuck is that?!" batinnya lagi, terdengar suara napas memburu dan keringat dingin mulai bercucuran.
Mobil pikap berjalan mundur, tak luput tatapan serius dan rasa panik mulai menggerogoti adrenalin Kakek Doyle. Ia menyetir sambil menengok ke belakang. Selama menjadi seorang tentara, dia tak pernah merasa setakut ini. Kakek Doyle selalu berani untuk menghadapi tiap rintangan yang ada di depan mata, tetapi yang satu ini—ia melihat makhluk dari neraka baru saja menyergap mobilnya. Sesekali Kakek Doyle melihat ke arah depan untuk memastikan makhluk-makhluk tadi sudah tidak mengejar lagi. Leal tiba-tiba membisu lalu bersembunyi di bawah jok mobil.
Bunyi mesin mobilnya seperti tercekik karena dipaksa untuk berjalan mundur apalagi melewati tanjakan. Setelah situasi aman, Kakek Doyle berhenti sebentar—menarik napas panjang hingga kedua matanya tertutup. Ia menyeka keringat dingin yang jatuh dari dagu menggunakan punggung tangan kemudian meneguk botol minum hingga habis.
"Astaga, tadi itu apa?" tanya Kakek Doyle pada dirinya sendiri.
Sayup-sayup suara penyiar radio yang berat muncul dari sinyal buruk. Kakek Doyle langsung mengeraskan suara berharap ada kabar positif dari Midwest County. Namun ia tak bisa lepas untuk terus menaruh mata awasnya ke arah jalan raya gelap di hadapannya, takut makhluk mengerikan itu datang kembali.
"Berikut ini merupakan siaran darurat dari radio pemerintahan. Kami menghimbau agar masyarakat tetap tenang menghadapi insiden ini; tetaplah di rumah, pastikan perbekalan seperti makanan serta minuman tersedia. Pemerintah telah mengirim kesatuan cepat tanggap Angkatan Darat untuk bantu mengevakuasi. Sekali lagi kami tekankan, bagi anda yang tinggal di sekitar Midwest County; jauhi suara letusan senjata dan dihimbau untuk tidak membukakan pintu bagi orang asing hingga kesatuan cepat tanggap Angkatan Darat kami tiba di lokasi. Kami harap agar anda tetap tenang dan mengikuti saran dari—" suara penyiar radio tiba-tiba lenyap ditelan bunyi statis, Kakek Doyle menekan sembarang tombol seraya mendengus kesal.
Rintik hujan mengguyur pinggiran Kota Midwest County. Kakek Doyle memastikan agar semua kaca tertutup rapat mengingat hujam asam pasca ledakan bom merupakan mimpi buruk bagi siapapun yang diguyurnya. Air-air itu membawa partikel beracun imbas dari ledakan. Kakek Doyle mengetahui fakta ini dari pengalaman selama bergabung dengan militer. Menurut ahli pertempuran, hal paling berbahaya dari sebuah ledakan tidak hanya "bom-meledak-membumi hanguskan wilayah tertentu", tetapi radiasi yang diberikan pasca ledakan karena bisa menyatu dengan udara ataupun air hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tergantung bom yang digunakan.
Ia menatap ke luar kaca mobil. Sebuah kota gelap nampak berasap dan terlihat mati. Di tengah guyuran hujan, sebuah lagu berkumandang dari pengeras suara yang sengaja dibuat untuk membunyikan alarm darurat—kali ini, pengeras suara yang terdengar rusak dan sember itu menggaungkan lagu kebangsaan Olnymp State.
Kota Midwest County telah mati, tetapi lagu kebangsaan mereka tetap berkumandang dari tengah kota walaupun yang mendengar adalah mayat dan kesengsaraan. Kakek Doyle bergidik menyaksikan semua itu. Alunan nada patriotik diiringi alat musik orkestra; seperti terumpet, selompret, harpa, biola, perkusi dan suara-suara menggelegar dari para paduan suara memecah keheningan.
(The Perpetuate to Land of God)
We rise, no fall
Leave all corrupt mind behind
Beyond the dreams of the God land
Protect the peace and perpetuate
Olnymp State is a beautiful land
Raise the voices for our people
We rise, no fall
To perpatuate state of God
Kakek Doyle memutar balik kendaraannya bukan karena dia menyerah. Namun akan sangat berbahaya jika tetap dipaksa mengingat dirinya tak tahu situasi yang akan dihadapi di kota, bisa saja lebih buruk daripada empat makhluk neraka tadi. Ia mengusap kedua matanya menggunakan jempol dan telunjuk.
Adrianne dan Max kembali terlintas pada benaknya. Betapa rindunya Kakek Doyle dengan kedua cucuknya. Ia berjanji untuk menjaga mereka apapun yang terjadi, tetapi merasa kalah karena satu halangan kecil. Ia bercermin pada spion interior kemudian melihat Adrianne bersama Max tersenyum dari belakang—saat Kakek Doyle menengok, mereka berdua menghilang. Lagu kebangsaan telah usai mengundang kesunyian untuk hadir menyelimuti waktu subuhnya.
Akhirnya Kakek Doyle sudah mantap. Bunyi rem berdecit di atas aspal, kali ini mobil pikap Kakek Doyle kembali melaju ke tempat tujuan awal menerjang hujan demi menolong kedua cucuknya tak peduli jika neraka membangkitkan pasukan mengerikannya. Kakek Doyle mengenakan topi bisbol lagi diikuti Leal yang duduk di sampingnya.
"Adrianne, Max. Bertahanlah," sebutnya penuh harapan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top