CP 13 Iqbal Reyhan

Iqbal Reyhan, sering dipanggil Iqbal. Ia berada di kelas XI-1. Saat ini berusia 16 tahun.

Iqbal sangat jago dalam bidang kesenian. Ia pun berhasil mengambil posisi Ketua di Klub Seni. Calon-calon ketua klub saat pemilihan sungguh ketat.

Berkharisma, pintar, displin, dan kreatif--semuanya sifat ini jelas dimiliki oleh Iqbal. Paras tampan, tinggi 180 cm serta berkulit putih menjadi ciri khasnya.

"Ketua, bisa tolong ambilkan cat kuas di sebelah sana." Pinta salah satu anggota Klub Seni.

Mereka tengah sibuk membuat lukisan secara individul maupun kelompok. Festival antar sekolah akan segera tiba dan klub seni ingin mengikuti event serta meraih juara 1.

"Oke." Iqbal memberikan cat kuas kepada anggotanya.

"Terima kasih, Ketua." Balas anggota itu.

Iqbal tersenyum tipis. Ia mulai melanjutkan pekerjaan kembali melukis. Kanvas putih sudah bercampur dengan berbagai warna-warni cat kuas.

Iqbal sangat terkenal dengan sketsa dan lukisan ber-genre abstrak. Ia sudah memenangkan berbagai macam lomba dalam hal seni. Juara 1 serta mendali emas telah ia raih, bahkan lukisan buatan Iqbal pernah laku terjual seharga 20 juta rupiah untuk anak pelajar.

"Bal. Lukisan lu udah sampai mana?" tanya Siswa berambut gondrong. Ia seorang senior di dalam klub.

"Baru sekitar 70% Kak," jawab Iqbal menatap lawan bicara.

"Mantap dah Ketua tampan kita ini. Lanjutkan Bal!" Senior itu menepuk bahu kanan Iqbal pelan memberi semangat.

"Siap Kak!" Iqbal mengacungkan ibu jari.

✨️✨️✨️✨️

Iqbal bersama Dani sedang berada di perpustakaan sekolah. Mereka mengambil posisi duduk di belakang rak-rak buku. Sebuah pembicaraan serius tengah keduanya diskusikan.

"Bal. Apakah kau bisa menggunakan kekuatan 'itu'?" Dani bertanya.

Dani menatap mata Iqbal penuh jawaban yang ia inginkan. Iqbal menghela napas sejenak, lalu membuang perlahan.

"Bisa. Memang apa yang kau inginkan?" Iqbal berbalik tanya.

"Kau bisa membuat isi lukisan ini menjadi nyatakan. Sepertinya yang kau lakukan saat pertama kali mencoba kekuatan 'itu'." Dani menyeringai tipis.

"Ya! Dan aku tidak akan menggunakan kekuatan 'itu' untuk tindak kejahatan!" Iqbal menolak tegas. Ia masih mempertahankan suara pelan agar tak mengganggu aktivitas di perpustkaan.

Dani berdecak kesal. Ia menjentikkan jari, lalu sebuah bola api kecil muncul. Ia melemparkan bola api tersebut ke arah Iqbal.

Iqbal berhasil menghindari. Iqbal menggunakan sebotol air yang ia bawa setiap saat. Bola api pun telah dipadamkan.

"Kau gila!" Iqbal meraih kerah seragam Dani. Ia tak peduli jika sosok di depannya ini adalah sahabat karib.

"Hahaha... kau jangan terlalu naif. Kita mendapatkan kekuatan 'itu' pasti tujuannya untuk menguasai sekolah bahkan provinsi ini."

Iqbal mendorong kasar tubuh Dani ke arah sofa. Ia menatap tajam Dani, lalu melangkahkan kaki meninggalkan area perpustakaan.

✨️✨️✨️✨️

Di lapangan sekolah Gedung A. Klub-klub tengah melakukan kegiatan eskul sepulang sekolah--salah satunya klub PMR.

Aldo memandu anggota-anggota baru kelas X. Ia mencontohkan cara membuat tandu saat kondisi gawat darurat.

"Bagus. Kalian sudah mulai pandai membuat tandu. Jangan berpuas diri dulu, tetap harus belajar serta berlatih."

"Baik, Ketua Aldo!" jawab para anggota Klub PMR kompak.

"Oke. Kalian boleh istirahat sejenak selama 10 menit, selanjutnya membuat tandu kembali." Aldo memberikan arahan.

Semua anggota Klub PMR telah bubar. Tersisa Aldo sendiri di pinggir lapangan. Aldo menelusuri gedung B dan melihat teman sekelanya yaitu Iqbal berjalan dengan ekspresi kesal.

"Itukan... Iqbal," gumam Aldo.

Di lorong sekolah gedung B. Iqbal ingin kembali ke tempat Klub Seni. Ia harus bisa menenangkan diri.

"Dani sungguh tak waras." Iqbal menggerutu.

Tiba-tiba ada sebuah bola api menyerang ke arah belakang Iqbal. Aldo yang melihat langsung berteriak kencang.

"Awas Iqbal di belakangmu!"

Iqbal memiliki reflek bagus. Iqbal melirik ke arah dinding lorong terdapat lukisan bertema lautan. Ia menggerakan tangan kanannya ke dekat lukisan tersebut.

Awalnya laut di dalam lukisan itu perlahan keluar dari kanvas. Iqbal langsung membuat dinding air dari gambar lautan.

Crashh!!

Byuurr!!

Serangan dari sosok pelaku kembali berdatangan. Kini bola api dalam jumlah banyak meluncur cepat.

Iqbal masih menggunakan lukisan lautan itu sebagai pelindung. Beberapa bola api berhasil dilenyapkan, tetapi salah satu bola api berhasil lolos mengenai lengan kiri sang Ketua Klub Seni.

"Awwh! Panas!" Iqbal merintih kesakitan.

Aldo datang tepat waktu. Kedua tangan Aldo direntangkan ke lengan kiri Iqbal yang sedikit melepuh. Cahaya hijau menyelimuti lengan Iqbal--perlahan luka bakar menutup sendiri.

"Syukurlah aku berhasil menyembuhkan lukamu." Aldo menghela napas lega.

"Terima kasih," ucap Iqbal tulus.

Aldo hanya tersenyum tipis. Kedua pemilik kekuatan 'itu' menatap ke arah sang pelaku penyerangan.

"Ahh... maaf tadi sihir apiku terlalu banyak," ujar Dani tanpa dosa.

Saat Dani akan menyerang lagi. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa berat, ia terjatuh dalam posisi duduk.

"Hentikan!"

✨️✨️✨️✨️✨️

Nama : Iqbal Reyhan
Usia : 16 th
Kekuatan : Art
Klub : Seni
Jabatan : Ketua

~25 Januari 2025~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top