CP 09 Mufti Andreans

"Pemain nomor 6 mengoper ke pemain nomor 11.

Kita lihat Mufti menendang bole ke arah gawang. Dan...

Golll!"

Seruan komentator sepak bola menggelegar diikuti sorak-sorai para penonton di dalam GOR Jakarta. Pemain punggung nomor 11 melakukan selebrasi. Ia berjalan lurus seolah melakukan catwalk di panggung seolah dirinya seorang model profesional.

Paras tampan dan tubuh tegap atletis membuat pemain nomor 11 memiliki banyak penggemar khususnya Gadis-gadis remaja. Khusus penggemar laki-laki menyukai permainan, teknik, serta keahliannya dalam bermain sepak bola.

"Kyahh!! Mufti tembak aku dong!"

"Aku mau dong jadi bolanya!"

"Ihh ganjen banget sih! Aku mau dong jadi keringatnya!"

Komentator menambah suasana di dalam GOR. Pengumuman pertandingan sudah diberitahukan, kemenangan diraih oleh SMA International Star hasil terakhir yaitu 3-0.

Seusai pertandingan, para pemain tim sepak bola dari SMA International Star berkumpul di ruang ganti. Mereka merayakan kemenangan pertandingan hari ini.

"Selamat atas kemenangannya. Kalian luar biasa!"

Pelatih tim sepak bola memberikan ucapan selamat. "Mufti terima kasih untuk sumbangan gol-nya."

"Sama-sama pelatih. Ini semua berkat usaha dan doa kita bersama." Mufti membalas. Ia menatap wajah pelatih dan teman-teman satu klub sepak bola memberikan senyum terbaiknya.

"Ayo lekas beres-beres dan rapi. Saya akan mentraktir kalian makan malam."

"Woooo! Pelatih memang terbaik!"

Semua pemain segera mandi dan berganti pakaian santai. Acara selanjutnya makan malam bersama merayakan kemenangan.

✨️✨️✨️✨️

Mufti Andreans. Mufti, panggilan di sekolah. Lelaki bertubuh proposional dan paras menawan. Saat ini ia duduk di kelas XI-I.

Mufti menjabat sebagai Kapten Sepak Bola di sekolah. Ia sangat menyukai olahraga tersebut dan bercita-cita menjadi atlet profesional mewakili Indonesia. Kamar Mufti penuh dengan penghargaan serta mendali kejuaraan sepak bola.

"Akhirnya bisa sendirian," gumam Mufti. Mufti izin tidak ikut makan malam bersama lainnya. Ia sudah memiliki janji dengan beberapa orang khusus.

Saat Mufti berjalan menuju parkiran motor di GOR Jakarta. Mufti tak sengaja bertemu dengan fans-fansnya--mereka mulai mengejar Mufti untuk meminta foto dan tangan tangan.

"Sial! Dasar pengganggu!"

Mufti menengok ke arah belakang, mereka berlarian mengejarnya. Ia pun berusaha melarikan diri cepat menuju ke belakang GOR.

"Di sini cukup sepi," gumam Mufti.

Tiba-tiba sebuah lingkaran portal muncul di depan Mufti. Ia langsung masuk ke dalam portal, lalu sosoknya menghilang bersamaan dengan portal yang tertutup.

"Ehh! Dimana Mufti?!"

"Perasaan dia berlari ke arah sini."

Para fans kebingungan mencari sosok Mufti. Mereka membagi dua kelompok menelusuri lingkungan sekitar GOR Jakarta.

✨️✨️✨️✨️

Di sebuah lokasi tak jauh dari GOR Jakarta, portal misterius muncul di atas atap. Mufti keluar dari portal dengan santai.

"Aku benci mereka!" Mufti sangat kesal.

"Apakah kau yakin?"

Seorang Pemuda misterius berdiri di belakang Mufti. Ia bersandar di dinding bercat putih kusam, kedua tangan dilipat di depan dada.

"Hah! Kau selalu muncul seperti hantu saja!" Mufti emosi. Tingkat kesal Mufti menjadi berkali-kali lipat.

"Hahaha... santai kawan," ucap Pemuda itu, ia tertawa kecil.

Mufti menahan emosi. Ia menghembuskan napas kasar, namun kedua tangan masih mengepal erat.

"Aku bisa bantu singkirkan mereka kalau kau mau." ujar Pemuda misterius.

"Terima kasih, tetapi aku tak butuh bantuanmu untuk saat ini." Mufti membalas.

Posisi Mufti dan Pemuda misterius berada di atap sekolah gedung C. Mufti berpindah posisi menggunakan kekuatan 'itu'. Ia bisa sesuka hati pergi kemanapun yang diinginkan--dengan satu syarat yaitu tempat yang sudah pernah ia kunjungi.

"Baiklah." Pemuda itu lalu menghilang dibalik bayang-bayang kursi serta meja belajar yang tidak terpakai lagi.

Mufti memutuskan untuk turun ke lantai 1. Ia harus segera datang tepat waktu di perkumpulan ini.

"Aku sudah tidak sabar bertemu mereka." Mufti menyeringai kecil. Ia menggunakan kekuatan kembali menuju lantai 1.

✨️✨️✨️✨️

Arka, Yosia dan Nabiil tengah menuju ke suatu tempat di gedung C sekolah. Kakak-adik sepupu terlihat cukup kompak dalam berjalan beriringan dengan gaya andalan.

"Apakah ini saatnya kita berkumpul lagi?" tanya Yosia penasaran.

"Ya." jawab Arka singkat.

Nabiil melangkah lebih maju membuat ia harus menghalangi jalan. Ia menatap kedua Kakaknya intens.

"Nabiil berpikir seharusnya kita tidak ke sana." Nabiil mengutarakan pendapat. Ia memiliki perasaan hal buruk akan terjadi jika mereka datang ke tempat tersebut.

Arka menatap balik Nabiil. Ia sangat mengenal Adik Sepupunya itu. Firasat Nabiil cukup tepat sekitar 90%. "Aku akan tetap pergi jika kalian tidak mau ikut."

"Aku ikut!" seru Yosia cepat.

Nabiil terlihat masih ragu-ragu, namun ia juga penasaran untuk perkumpulan kali ini. Sudah hampir 2 bulan mereka tidak berkumpul membahas hal-hal penting--walau ini berbeda tak sama seperti pertemuan biasanya.

"Aku juga ikut." Nabiil memutuskan.

✨️✨️✨️✨️✨️

Nama : Mufti Andreans
Usia : 17 th
Kekuatan : Teleport
Klub : Sepak Bola
Jabatan : Ketua

~21 Januari 2025~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top