💎 Possesive Boy 5
Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬
💦💦💦💦💦💦💦💦💦
"Sayang."
"Apaan sih sayang-sayang, gue nggak sayang sama lo."
"Kamu jangan gitu dong. Kan aku cuma manggil."
Rafi dan Maudy sedang jalan-jalan di salah satu mall di Bandung. Rafi yang mengajak Maudy untuk kesini, alasan nya adalah pingin cuci mata karena bosan liat cewek di sekolah yang hanya itu itu saja. Rafi kira Maudy cowok atau cewek? Tentu saja gadis itu tersinggung mendengar ucapan dari bibir Rafi. Mereka pun sempat berselisih sebentar hingga akhir nya Maudy mengalah dan disinilah mereka sekarang. Sedang mengelilingi ruangan ber AC itu. Entah apa yang di lihat Rafi, Maudy sendiri hanya diam saja. Toh dirinya juga diuntungkan karena hari ini dia tidak ada kegiatan apa pun. Sekolah mereka juga dipulangkan lebih awal karna guru sedang rapat persiapan ujian kelas 12.
"Dari tadi kan kamu juga manggil aku terus Rafiii."
Rafi pun tersenyum manis pada Maudy. Senyum yang selama ini hanya di lihat kan nya pada keluarga nya dan orang-orang terdekat. Termasuk Maudy.
Melihat senyum yang sangat manis itu Maudy ikut tersihir. Desiran aneh terasa di tubuh nya.
Kenapa ini??
Baru kali itu Maudy melihat senyum indah milik Rafi. Selama ini, meski baru beberapa hari mereka bersama, tak pernah sekalipun cowok yang 10 centi lebih tinggi dari Maudy itu menunjukkan senyum manis nya. Maudy bisa menebak itu adalah senyum terbaik milik Rafi.
Beberapa detik kemudian Maudy mengalihkan pandangan nya kearah lain. Ia tak ingin bertatap-tatapan lebih lama lagi dengan cowok nyebelin itu. Dirinya bodoh, dengan mudah nya tergiur pesona seorang Rafi Edgar Sanjaya.
"Ciee udah mulai pake aku-kamu nih sama aku?" senyum tadi telah diganti Rafi dengan senyum menggoda saat mendengar Maudy bicara aku-kamu dengan nya. Itu artinya Maudy sudah mulai masuk kedalam alur yang dibuat nya.
"Jangan geer ya, gue cuma keceplosan," elak Maudy.
"Nggak usah ngelak deh Ra. Gapapa kok kita pake aku-kamu kalo ngomong. Kan bagus denger nya," kali ini tangan kiri Rafi telah melingkar dipinggang gadis itu.
"Serah deh," mungkin Maudy pikir tak ada salah nya mereka bicara aku-kamu dengan cowok yang satu itu. Tadi saja ia sudah memanggil Rafi dengan embel-embel kamu. Dalam hati Maudy membenar kan ucapan cowok itu.
"Kamu jangan liat kemana-mana. Nanti mereka tambah gencar sama kamu," pernyataan Rafi barusan bukan tanpa sebab. Di mall yang seluas ini Maudy menjadi bahan perhatian oleh setiap lelaki hidung belang yang tak tau diri. Tidak liat apa Maudy sekarang dengan Rafi? Ingin sekali Rafi menonjok mata jelalatan pria-pria gatal itu. Berani-berani nya mereka menatap Maudy seakan ingin membawa kabur Maudy dan menjadikan nya kekasih. Awas saja kalau itu sampai terjadi, Rafi tak akan segan membunuh mereka. Bila perlu memutalasi tubuh mereka lalu dijadikan umpan memancing ikan.
"Tanda nya mereka punya mata, aku juga punya mata. Maka nya aku gunain mata dengan baik. Lagian kan aku nggak liat mereka, mereka aja yang begituan."
"Lagian tadi kan kamu bilang kalo kamu mau cuci mata kesini karna bosen sama cewek-cewek di sekolah. Terus kenapa nggak suka kalo aku juga cuci mata disini?" lanjut Maudy lagi. Ia tak ingin di salah kan terus oleh Rafi. Enak saja cowok itu cuci mata sendirian, terus Maudy jadi nyamuk, gitu??
Tak ingin gadis nya di tatap oleh laki-laki kelaparan belaian itu, Rafi pun mengerat kan rangkulan nya dan menempelkan Maudy untuk lebih dekat dengan nya. Mata nya kini menatap tajam ke arah mereka yang sedang memperhatikan Maudy secara terang-terangan.
"Ish Rafi apa-apaansih. Malu tau nggak diliatin orang. Nggak usah deket-deket deh," Maudy mencoba melepaskan tangan Rafi dari pinggang ramping nya. Rafi pikir ini adalah rumah nya yang bisa bebas melakukan apa pun.
"Sstt. Kamu diem atau aku cium sekarang juga."
Maudy kesal. Rafi selalu saja menggunakan ancaman itu untuk dirinya.
10 menit kemudian
"Ra, semalem kan aku beli martabak 8 rasa, masa aku dibilang nyasar sama bapak yang jualan nya. Pas aku bilang aku nggak nyasar bapak itu masih aja bilang kalau aku nyasar. Terus karna aku penasaran, aku tanya deh kenapa si bapak ngira aku nyasar. Padahal aku udah langganan disitu. Kamu mau tau nggak jawaban nya kenapa? Dia bilang aku tuh anak nya Lady Diana yang nyasar ke Indonesia. Gimana coba menurut kamu? Emang nya aku mir-"
"DIEM ATAU AKU CIUM KAMU!" teriak Maudy saat mereka sudah di parkiran.
⭐⭐⭐⭐
Maudy sudah berada di rumah nya. Ia lalu berjalan ke arah dapur dan membuka pintu kulkas. Di ambil nya sebotol air mineral dingin dan meneguk nya hingga tinggal sedikit. Hari ini sangat panas, bukan panas karena cuaca atau terik, tapi panas karena mendengar curhatan basi yang sangat panjang dari Rafi. Maudy jadi heran kenapa cowok itu bisa bicara sepanjang tadi, setahu nya Rafi tidak suka banyak bicara. Tapi hari ini Rafi justru aneh, entah makhluk mana yang merasuki nya Maudy pun tidak tau. Yang jelas kuping dan seluruh tubuh nya kepanasan mendengar omongan Rafi tadi.
"Anak mama udah pulang? Gimana sekolah nya?" Gina datang dari arah ruang tamu saat melihat anak semata wayang nya sudah pulang.
"Udah ma. Baik kok ma."
"Sama siapa pulang?"
"Sama temen mah."
"Cowok?"
"Mm iya mah."
"Rafi kan?"
"Kok mama tau?"
"Yaiyalah. Siapa lagi yang deket sama kamu yang berjenis kelamin laki-laki kalau bukan Rafi?"
Ada benar nya juga mama nya itu. Mana ada selama ini Maudy dekat-dekat dengan cowok. Ia anti cowokable. Tapi semenjak Rafi hadir di hidup nya, Maudy jadi sadar bahwa Rafi adalah cowok pertama yang dekat dengan nya, bahkan sampai menjadi kekasih. Waah berarti Rafi cinta pertama nya Maudy??
Ish enggak lah. Dia aja yang maksa aku buat jadi pacar nya. Tukang paksa banget tuh orang, untung ganteng. Eh-
Maudy cepat menepis pikiran nya itu dengan menggeleng kan kepala nya. Jangan sampai dirinya terpesona oleh kegantengan Rafi. Jangan, jangan dan jangan.
"Kamu sakit Dy?"
"Ah eh? Mm eng-enggak kok Ma. Cuma capek aja. Dydi ke atas dulu ya ma."
"Kalo capek langsung tidur aja ya Dy. Kamu nggak lapar?"
"Udah makan tadi ma sama Rafi."
"Makan berdua ya?" alis Gina naik turun menandakan ia sedang menggoda Maudy.
"Ish mama apaansih. Lagian kita makan nya nggak berdua aja kok. Ada mbak-mbak juga tadi, sama suami-istri juga lagi makan disitu. Mesra banget malah."
Kini gantian Maudy yang menggoda mama nya. Haha. Gina pikir Maudy tidak bisa menggoda nya?
"Jadi cerita nya nyinggung nih?"
"Hehe. Nggak lah ma. Udah ah, Dydi ke atas dulu."
"Yaudah sana."
Saat tiba di depan pintu kamar nya, Maudy melihat ke bawah tempat dimana mama nya tengah duduk menonton acara talk show terkenal di salah satu stasiun TV. Sebuah ide terlintas di otak kecil nya.
"Mama! JANGAN LUPA NANTI MALAM AJAK PAPA DINNER YAH. BIAR NGGAK KESEPIAN LAGI. KALO PERLU KE PARIS AJA. NTAR PULANG NYA BAWA DEDE GEMESS," sedetik kemudian Maudy sudah masuk ke kamar nya dan mengunci pintu, jaga-jaga jika mama nya akan menyusul Maudy.
Tak lama terdengar suara khas mama nya dari luar sana. Maudy pun terkikik mengingat ide nya kali ini berhasil untuk menjahili wanita kesayangan nya itu. Setidak nya Maudy terhibur dan bisa mendinginkan kembali dirinya.
"MAUDY ANAK LAKNAT. MAMA ADUIN YA KE PAPA KALO KAMU MINTA DEDE GEMES. BIAR PAPA KAMU YANG NYUSUIN NYA."
⭐⭐⭐⭐
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top