62. Lebih Sekadar

Sekarang kalau mau dipikir-pikir, Leony merasa bingung sendiri. Entah mengapa, tapi ia justru dibuat gamang untuk beberapa detik.

Sepertinya baru tadi Leony mencium Eros dan menerima sambutan dari cowok itu. Hingga kemudian sentuhan bibir berubah menjadi hal yang teramat dalam. Dan entah bagaimana ceritanya, sekarang ia mendapati dirinya dan Eros sudah berada di kamar. Lebih dari itu, keduanya telah polos. Pakaian yang mereka kenakan tadi, sudah terlepas. Lenyap dari tubuh masing-masing. Lantas mendarat tanpa daya di berbagai tempat.

Eros menahan tubuhnya. Dengan satu siku. Bertahan agar ia tidak benar-benar membebani Leony. Yang terbaring dengan ekspresi pasrah di sana.

Leony menahan napas. Merasa gemetar ketika ia mendapati tajamnya tatapan yang Eros berikan padanya. Memaku matanya. Pun dengan jantungnya. Hingga terasa di dalam sana seperti tidak ada lagi yang berdetak. Seperti memberikan efek dramatis dalam dugaan-dugaan yang berimajinasi di benaknya.

Adalah satu sentuhan jari tangan Eros di sisi wajahnya yang lantas terasa menyentak Leony. Hingga ia refleks menari udara dalam-dalam. Lalu menggigit bibir bawahnya. Sekarang, alih-alih terasa tidak berdetak, jantungnya justru seperti sedang berlompatan. Membuat gemuruh yang kemudian hadir mengiringinya.

Mata Leony mengerjap. Dalam tujuannya ketika mengikuti pergerakan bola mata Eros. Yang tampak bergerak. Berpindah-pindah. Seperti tengah mengitari wajah Leony dari berbagai sisi. Untuk kemudian, penjelajahan indra penglihatan itu pun berakhir. Kembali bermuara pada sepasang manik Leony yang menunggu.

Ujung jari tangan Eros pelan-pelan bergerak, menyusuri kulit wajah Leony, dengan sentuhan yang terasa antara benar-benar ingin menyentuh atau sebaliknya. Hingga lalu ia berhenti ketika mencapai pada ujung dagu sang istri. Memberikan satu dorongan kecil di sana. Untuk membuat Leony mengangkat wajahnya. Dan ia pun menunduk. Menikmati bibir Leony dalam satu ciuman yang terasa menggetarkan.

Leony merasakan seperti jiwanya tertarik keluar dari tubuhnya. Hingga tangannya bergerak. Meremas seprai di bawah tubuhnya. Pun diikuti oleh sepuluh jari kakinya di bawah sana, melengkung. Seperti tengah bertahan dalam terpaan sentuhan yang menghampirinya.

Lumatan itu terasa amat pelan. Seolah Eros khawatir bahwa sentuhannya bisa memberikan luka di bibir sang istri. Namun, irama yang perlahan itu tetap saja tak cukup mampu untuk bisa mengusir kenyataan. Bahwa betapa menyentuhnya ciuman itu. Terasa mendayu-dayu. Bagai angin sepoi-sepoi yang berembus di sore hari. Menyegarkan dan juga menenangkan. Membuat kepasrahan dan penerimaan menguar dari diri Leony.

Berlama-lama, seperti ingin benar-benar menikmati, Eros membiarkan lumatannya terus membuai seiring waktu yang berlalu. Bergantian. Dari memuja bibir bawah Leony, lalu berganti ke bibir atasnya. Kemudian melaju untuk memberikan kecupan kecil di sudut bibirnya. Eros layaknya seorang perjaka yang baru pertama kali mencium sang gadis pujaan. Hingga ia seolah benar-benar ingin meresapi. Tidak ingin membiarkan satu sudut pun dari bibir itu untuk terlewati olehnya.

Dan lantas, lumatan demi lumatan pun mendalam. Membuat musik-musik decakan mengalun di antara mereka. Mengisi udara. Melenakan keduanya dalam suara sensual yang semakin memercik gejolak di antara mereka.

Pelan.

Perlahan.

Hingga kemudian debar-debar di dada mereka makin malam makin meriuh. Diikuti oleh semakin menuntutnya sentuhan yang mereka rasakan. Pun dengan Leony, yang tanpa merasa malu sama sekali, untuk merekah. Membuka bibirnya. Lantas melayangkan godaan yang membuat Eros merasa tegang seketika. Itu adalah sapuan ujung lidah yang Leony berikan padanya.

Menarik diri sejenak, menjaga jarak dirinya dan sang istri dalam angka yang tak seberapa, Eros nyaris bisa merasakan deru napas Leony yang hangat. Pun begitu juga dengan Leony, turut merasakan embusan milik Eros. Keduanya ... saling menatap. Untuk beberapa detik, kembali tanpa suara.

"Eros ...."

Pada akhirnya, Leony menyerah. Buka suara pertama kali. Karena ia tak bisa lagi menanti. Pening dalam rasa tak mengerti. Untuk sorot mata Eros yang penuh dengan beragam emosi.

"Kamu marah sama aku?" tanya Leony kemudian. "Untuk yang terjadi hari ini? Dengan So---"

Leony tidak bisa meneruskan perkataannya. Lantaran Eros yang tanpa peringatan justru menelan kata-kata itu dalam ciumannya yang mendadak. Tidak lama, hanya untuk menyambar ucapan itu. Lantaran ....

"Jangan sebut nama dia, Ny," pinta Eros tak berdaya. Wajahnya tampak perih. "Please, pokoknya jangan."

Mungkin lebih parah dari yang sempat Leony pikirkan. Tapi, ia tak mengira bahwa efek Sony bisa memberikan dampak yang sedahsyat ini pada suaminya. Wajar saja bila seharian Eros tampak seperti orang yang kekurangan makan satu bulan lamanya.

Leony menggeleng. "Nggak. Aku nggak bakal sebut nama dia lagi di depan kamu."

Mata Eros memejam sekilas. Menghirup udara dalam-dalam. Berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Jadi ...."

Suara Leony kemudian memaksa Eros untuk kembali membuka matanya. Lalu, ia menemukan pengharapan di manik sang istri.

"Jangan kayak gini lagi, Ros."

Ada kaca-kaca yang mendadak muncul di sana. Di bola mata Leony yang bening. Hingga cewek itu menggigit bibir bawahnya.

"Jangan murung. Jangan lesu. Jangan buat aku nggak nyaman mikirin kamu."

Mungkin itu adalah hal yang terlewatkan oleh Eros. Bahwa ternyata Leony pun resah seharian ini. Lantaran dirinya.

Hal tersebut ... tentu saja menyentuh rasa bersalah Eros. Apalagi karena Leony kembali berkata dengan suara bergetar.

"Jangan, Ros ..."

Permintaan itu begitu menyentuh. Hingga tak menyilakan setitik keraguan pun untuk mampu menyelinap di hati Eros. Karena tentu, tak akan ada ragu yang bisa tercipta dengan setulus ini. Tidak akan pernah ada.

Maka Eros pun mengucapkan maafnya. Dengan tak kalah tulusnya.

"Maafin aku, Ny. Aku minta maaf."

Dan permintaan maaf itu tidak hanya ia ucapkan dengan kata-kata, alih-alih dengan sentuhannya. Yang kemudian melabuh di detik berikutnya. Seperti ingin meyakinkan Leony bahwa Eros serius dengan ucapannya.

Leony memejamkan matanya. Tampak pasrah. Walau sebenarnya kata yang paling tepat adalah ... ia menikmatinya. Menerima dengan sepenuh hati ungkapan maaf itu. Karena seumur hidupnya, Leony tidak pernah mendapati permintaan maaf yang lebih menyentuh lagi. Dibandingkan dengan sentuhan Eros.

Menyilakan Eros menyentuh dirinya di mana-mana, Leony membiarkan lamat-lamat desahannya mengalun. Bergetar di tenggorokannya. Untuk kemudian lirih terdengar di telinga Eros.

Di saat bibir Eros berpindah, meninggalkan sepucuk bibir yang merekah itu, Leony menghirup udara dalam-dalam. Lantas menelengkan sedikit wajahnya. Demi dorongan lembut yang Eros lakukan. Lantaran sang suami yang kemudian menikmati kehalusan kulit pipi istrinya.

Berpindah-pindah, Eros meninggalkan godaan berjejak basah di daun telinga Leony. Hingga membuat cewek itu mengerang. Semakin kuat meremas seprai di bawah tubuhnya. Pun semakin rapat memejamkan matanya.

Melumat daun telinga sang istri, Eros lantas memberikan satu gigitan kecil di sana. Untuk kemudian bibirnya turun. Dengan napas yang menderu, balas membalas dengan deruan sang istri, ia pelan-pelan turun. Menyusuri wangi yang menguar dari helaian rambut Leony. Lalu menuju pada kulit lehernya yang sudah meremang. Dan satu kecupan lembut, yang basah, yang hangat, jatuh di sana. Membuat Leony mendesah. Mengangkat kepalanya. Seakan memberikan isyarat. Akan undangan tanpa kata-kata.

Lidah Eros menjulur. Memberikan satu sentuhan memanjang di sepanjang garis leher Leony. Untuk kemudian menutupnya dengan satu isapan yang membuat sang istri merasa terhenyak. Nyaris seperti dirinya yang akan meloncat dari atas tempat tidur itu.

Mata Leony membuka. Pun dengan mulutnya. Dengan terengah-engah, ia menarik udara. Seperti kecupan dalam yang Eros berikan tadi menghabiskan stok udara yang ia miliki.

Puas bermain-main dengan kulit leher Leony, Eros kembali turun. Kali ini menyapa pada bagian yang selalu menjadi kesukaannya. Bagian yang beberapa bulan kemaren tak bisa ia jamah. Lantaran pengaruh kehamilan yang membuat saraf di sana lebih sensitif. Namun, memasuki trimester keduanya, Leony tak lagi merasakan nyeri bila Eros menggoda payudaranya.

Terdampak oleh kehamilan, Eros menyadari bahwa payudara Leony terlihat berubah. Seperti halnya bokong sang istri yang semakin berisi, maka bagian itu pun juga. Hingga rasa-rasanya membuat mata Eros gelap seketika. Tak mampu menahan diri lebih lama lagi. Untuk segera memberikan sapaannya. Yaitu ... dengan mulutnya yang membuka. Menenggelamkan puting sang istri yang sudah membengkak, akibat pengaruh kehamilan dan juga gairahnya. Masuk dan lenyap ke dalam kehangatan yang ia miliki.

Rasanya membuat Leony bergetar hingga ke ujung kaki. Ketika bagaimana putingnya merasakan sensasi mulut Eros. Yang tak pernah berubah ketika menyentuh dirinya. Hangatnya .... Lembabnya .... Semua sama persis seperti dulu. Selalu mampu membuat ia merasa candu.

Kali ini, mata Eros pun turut memejam. Lantaran percikan-percikan madu yang ia nikmati membuat ia terlena. Mendorong ia untuk menuntut lebih banyak lagi. Melumat. Mengulum. Hingga mempermainkan puting itu di dalam mulutnya. Dengan kecupannya. Dengan lidahnya. Hingga dengan gigitan-gigitan kecilnya.

Tak hanya itu. Tentu saja. Ada tangannya pun yang merasakan kehampaan pada payudara Leony yang lainnya. Hingga jemari cowok itu. Yang besar dan terkesan kasar, singgah. Menyapa puting di sana. Menggodanya. Dengan usapan-usapan di puncaknya yang dalam sekejapan mata langsung menghadirkan kegelisahan pada Leony.

"Aaah .... Eros ...."

Desahan itu, membuat Eros semakin bernafsu. Membuat ia semakin dalam melumat. Seperti ia yang berusaha untuk melenyapkan semua payudara itu ke dalam mulutnya. Diiringi oleh pergerakan jari tangannya yang tak kuasa menahan dorongan itu. Memberikan remasan berulang kali. Hingga membuat Leony semakin tak berdaya dalam pusaran gairah yang memercik dirinya.

"Eros ...."

Bergantian, Eros melepaskan payudara itu dari mulutnya. Untuk memberikan perhatian yang serupa pada yang lainnya. Layaknya ia adalah cowok yang paling adil. Hingga begitu memastikan bahwa semua bagian di tubuh sang istri, ia jamah. Ia sentuh dengan godaan yang sama.

Eros perlu menarik udara. Sekarang, rasa-rasanya dadanya menjadi sesak. Sempit oleh rasa gairah yang semakin membakar dirinya. Bagai darah di pembuluhnya sudah mendidih. Siap untuk menggelegak dan bertumpahan ke berbagai arah.

Menarik diri, Eros lantas menurunkan perhatiannya pada perut Leony. Yang membuncit. Dan ia melabuhkan ciuman di sana. Kali ini ... jelas. Itu adalah ciuman kasih sayang. Seperti ia yang ingin memberikan pesan pada bayinya di dalam sana. Untuk tetap sehat. Agar tetap tenang. Karena ia akan selalu menjaga mereka berdua.

Leony mengembuskan napas panjangnya. Berusaha untuk sedikit menenangkan diri. Tepat ketika matanya beradu dengan mata Eros. Dan tanpa kata-kata, seperti pasangan suami istri lainnya, mereka pun bisa berbicara. Walau tak terdengar sedikit pun suara di antara mereka.

Eros beranjak. Mengambil posisi berbaring. Membiarkan kejantanannya yang telah terbebas dari tadi, berdiri. Tegak dengan pongah.

Sementara itu, Leony lantas bangkit. Dengan hati-hati. Pun dibantu juga oleh Eros, ia membimbing sang istri. Perlahan untuk beranjak ke atas tubuhnya.

Bertahan pada dada Eros dengan satu tangan, Leony membawa tangannya yang lain untuk meraih kejantanan sang suami. Memberikan sekilas usapan di puncaknya. Membiarkan kelembaban itu menyebar dan lalu, ia pun mengarahkannya. Pada liang miliknya. Yang sudah mendamba. Akan sentuhan utama.

"Aaah ...."

Desahan itu terdengar kasar. Tidak lembut atau lirih seperti biasanya. Tepat ketika Leony menurunkan tubuhnya dan membiarkan kejantanan Eros untuk memasukinya. Memenuhi dirinya.

Eros mengeraskan rahangnya. Menahan napasnya. Berusaha untuk tetap waras ketika sensasi itu membuat dirinya seperti melayang ke surga.

Oh, tentu saja. Eros memang belum pernah ke surga. Tapi, kalau pun ada manusia yang pernah ke surga, maka Eros yakin. Bahwa itu pasti sama dengan perasaan yang sedang ia rasakan saat ini.

Berhati-hati, Eros mempertahankan kedua tangannya di pinggang Leony. Menjaga agar istrinya itu baik-baik.

Dada Leony naik turun. Memburu ketika ia mengangkat wajahnya. Seperti ia yang teramat hanyut dalam rasa yang sekarang tengah ia selimuti. Sebelum pada akhirnya, pelan-pelan ia membuka mata. Menatap pada Eros dengan tersenyum.

"Gimana?" tanya Eros memastikan. "Nggak apa-apa?"

Dan Leony mengangguk. Memberikan satu kelegaan di hati Eros. Lalu ... percintaan pun dimulai.

Leony bertahan pada dada Eros. Dengan kesepuluh jari tangan. Untuk kemudian ia memulai alunan yang pertama. Mengangkat pinggulnya pelan-pelan. Seperti ingin memberikan siksaan pada mereka berdua. Dan lantas, ia kembali turun. Menenggelamkan kejantanan Eros di dalam dirinya.

Napas Eros berembus kasar. Merasakan bagaimana hangat dan eratnya kenikmatan yang menyelubunginya. Membuat ia terpaksa menggertakkan rahang. Tepat ketika Leony kembali bergerak.

Menjaga Leony, menuntunnya, pun menikmatinya, Eros lantas tak tinggal diam. Turut mengiramakan pinggangnya. Menarik kejantanannya, untuk kemudian mengangkatnya. Seperti sambutan yang menantikan kedatangan Leony kembali. Demi mendalamkan hunjaman yang membuat mereka berdua terlena.

Napas semakin menderu. Bersahut-sahutan. Layaknya Eros dan Leony sedang berpacu. Dalam melodi cinta yang membuat keduanya saling memuja.

"Aaah ...."

Leony memejamkan matanya. Mengangkat kepalanya. Tampak begitu hanyut dalam irama permainan yang ia ciptakan sendiri. Amat menikmatinya.

Pun demikian dengan Eros. Merasakan bagaimana kejantanannya dipuja, sementara matanya dengan jelas bisa melihat raut kenikmatan itu terpampang di wajah istrinya, sungguh. Eros merasa ada keajaiban yang tengah terjadi. Hingga dirinya tidak langsung meledak dalam semenit pertama percintaan mereka dimulai.

Menarik satu tangannya, Eros menuju pada payudara Leony. Memberikan satu usapan sekilas pada ujung puting Leony. Untuk kemudian mencubitnya kecil. Demi menarik desahan lainnya meluncur dari tenggorokan sang istri.

"Oooh, Eros ...."

Leony menggigit bibir bawahnya. Semakin menggebu bergerak. Naik dan turun berulang kali. Memberi dan menerima setiap sentuhan yang tercipta.

Hingga kemudian, ketika Eros membawa tangannya untuk mengusap perut Leony, ada perasaan lain yang menyusup di relung hati cewek itu. Seperti membuka matanya. Bahwa percintaan di antara mereka tidak akan pernah menjadi aktivitas fisik belaka. Karena jelas, ada perasaan yang bermain di sana.

Kasih sayang.

Perhatian.

Dan juga ... cinta.

Bahwa Eros tak hanya memuja Leony sebagai istrinya. Melainkan juga karena calon ibu dari anak mereka. Dan ketika ia memberikan perhatian itu pada bayi mereka, Leony tak pernah bisa menahan luapan rasanya lagi.

Itu seperti ada ledakan warna-warni. Yang membutakan matanya.

Itu seperti ada gema paduan suara. Yang memekakkan telinganya.

Hingga Leony merasa bahwa dirinya adalah manusia dengan sepasang sayap. Yang mampu terbang melayang hingga ke atas awan. Bersama dengan Eros. Ketika pergerakan mereka semakin padu dan satu.

Erangan dan desahan, terdengar silih berganti. Sahut-menyahut. Untuk kemudian diperindah oleh suara sensual percintaan mereka. Ketika Eros yang teramat menggebu, membawa pinggangnya untuk naik menghunjam. Berkali-kali. Hingga membuat Leony merasa bahwa dirinya akan meledak.

"Aaah .... Aaah .... Aaah ...."

Leony memejamkan matanya. Lantas meremas rambutnya sendiri. Menggigit bibirnya. Ia merengek. Tampak tak berdaya oleh sensasi yang kian lama kian menyelimutinya.

"Erooos ...."

Eros menahan napas di dada. Rahangnya mengeras. Keringat tampak memercik di wajahnya. Dan ia berusaha bertahan.

"Aaargh! Aaargh! Aargh!"

Menahan pinggang Leony dengan kedua tangannya, pada akhirnya Eros yang mengambil alih percintaan mereka. Menciptakan ritmenya sendiri. Menuntun Leony untuk bergerak sesuai keinginannya.

Hingga kemudian, Eros melihat. Bagaimana sepuluh jari Leony yang bertahan di dadanya, bergerak. Dalam bentuk dua cengkeraman yang memberikan lecutan untuk gairah Eros. Semakin terpacu. Semakin menggebu. Untuk menghadirkan sesuatu yang mereka berdua inginkan.

Dan Eros merasakannya. Bagaimana di detik selanjutnya, kejantanannya bagai terjerat. Dengan erat. Ketika pada akhirnya Leony memekik. Menjeritkan nama Eros. Di saat badai kenikmatan itu menerpa dirinya. Membuat ia memejamkan mata dengan teramat kuat. Lalu tubuhnya terasa bergetar.

"Erooos!!!"

Menggertakkan rahangnya, Eros ingin menikmati percintaan itu lebih lama lagi. Hingga ia memberikan jeda sejenak. Agar ia bisa menarik napas dalam-dalam. Untuk kemudian, barulah ia lanjut bergerak. Menikmati sensasi orgasme yang dirasakan oleh istrinya. Yang memberikan dampak pula pada dirinya.

Hangat.

Liat.

Erat.

Adalah tiga kata yang paling tepat untuk menggambarkan sensasi yang Eros rasakan kala itu. Hingga wajar saja, pada akhirnya cowok itu tak mampu bertahan.

Menikmati kesan kewanitaan Leony yang bagai mencengkeram kejantanannya, Eros lantas menggebu. Menghunjam berulang kali. Dengan begitu liar. Namun, tetap terkendali untuk tidak menyakiti.

Sampai pada beberapa saat kemudian, Eros pun merasakan bagaimana dirinya tak lagi mampu bertahan. Ia sudah berada di ujung pertahanan. Tak lagi mampu mengulur waktu. Hingga ia pun memilih pasrah pada ketetapan alam.

Didahului oleh satu geraman kasar, Eros mengangkat pinggul Leony. Hanya untuk menurunkannya. Menenggelamkan semua kejantanannya ke dalam kewanitaan sang istri. Dan di sana, semua bukti cinta itu tercurah. Terperas. Hingga tak ada lagi yang tersisa. Selain deru napas yang payah dan sorot mata penuh rasa puas.

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top