41. Praduga Bersalah

Ketika Leony mendapati Eros sudah duduk menunggu di pelataran kantornya, sontak saja cewek itu berlari. Meninggalkan Miska dan Sony di belakang. Demi menghampiri sang suami, menyerukan nama cowok itu tanpa peduli dengan beberapa orang yang berada di sekitar sana.

"Eros!"

Eros yang semula duduk di kursi tunggu, seketika saja tersentak mendengar seruan Leony. Pun tubuhnya refleks bangkit walau jelas ia tak beranjak dari sana. Karena sedetik kemudian, Leony telah berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu udah lama nunggu?" tanya Leony kemudian. "Sorry. Tadi ada yang harus aku selesaikan bentar sebelum turun. Ehm ... kamu belum kelaparan kan?"

Melihat keadaan Leony dan betapa lancarnya cewek itu dalam bicara, Eros sempat meragukan kalau istrinya itu benar-benar lemas seperti yang ia katakan di pesan tadi.

"Nggak lama kok. Baru juga berapa menit aku sampe."

Tepat setelah Eros menjawab pertanyaan Leony, Miska dan Sony sampai menghampiri keduanya. Menyapa dan dibalas dengan hal yang serupa oleh Eros.

"Ckckckck. Aku nggak tau kalau ada ibu hamil semanja ini," kata Miska geleng-geleng kepala. "Makan siang maunya ditemenin sama suami."

Leony terkekeh. "Makan siang sama suami sendiri sah-sah aja kali, Mis. Yang nggak boleh itu mau makan siang sama suami orang. No no no."

Lantas, mengabaikan dan tidak memberikan Miska kesempatan untuk lanjut membalas perkataannya, Leony langsung merengkuh tangan Eros. Berkata pada suaminya.

"Yuk. Kita makan di rumah makan di sebelah aja, Ros."

Eros hanya sempat memberikan satu ajakan singkatnya pada Miska dan Sony sebelum pada akhirnya ia pasrah ketika Leony mengajaknya pergi dari sana. Bahkan tanpa mengatakan apa-apa lagi pada rekan kerjanya itu.

Dan ditinggal seperti itu, Miska hanya bisa geleng-geleng kepala lagi. Entah mengapa, tapi cewek itu merasa semakin lama semakin takjub dengan tingkah Leony.

"Wah wah wah! Aku pikir ungkapan dunia hanya milik berdua itu cuma dikasih ke orang yang pacaran aja. Ternyata orang yang udah nikah juga ya? Ckckckck. Malah kayaknya tambah parah."

Masih tak percaya dengan ajaibnya Leony sekarang, Miska lantas menyadari sesuatu. Membuat ia menoleh dan mendapati Sony yang dari tadi tidak bersuara sedikit pun. Tentu saja mendorong rasa penasaran Miska.

"Eh, tumben kamu diem aja, Son. Kenapa?" tanya Miska dengan dahi berkerut. Hingga kemudian ia menyadari ada sesuatu yang beda di ekspresi wajah cowok itu. "Kok muka kamu keliatan suntuk banget sih? Kena---"

Dan lagi-lagi Miska kembali melongo karena selanjutnya adalah Sony yang mengikuti jejak Leony. Yaitu mengabaikannya. Karena alih-alih menjawab pertanyaan Miska atau bahkan sekadar menunggu cewek itu menyelesaikan perkataannya, Sony sudah keburu melangkahkan kakinya. Beranjak dari sana dan menuju ke rumah makan yang sering mereka singgahi kala istirahat siang. Menyusul Leony dan Eros.

"Wah!"

Miska melongo di tempat. Dengan tangan yang terangkat satu dan menunjuk tak tentu arah. Bentuk dari ekspresi tak percayanya.

"Aku dikacangin?"

Namun, tak ingin berlama-lama meratapi nasibnya di pelataran kantor dengan jam istirahat yang terbatas, Miska pun lantas juga beranjak dari sana. Dengan berlari-lari kecil menuju ke rumah makan langganan mereka dan mendapati bagaimana tampak Leony bersama Eros tengah memilih menu makan siang mereka.

Mesra sekali. Bahkan Leony tidak melepaskan tangan Eros. Dan itu kembali membuat Miska geleng-geleng kepala. Semakin tidak percaya dengan kenyataan yang terpampang di depan matanya. Tentu, dengan ingatan yang masih teramat kuat di benaknya

"Eros itu akhir-akhir ini suka banget buat aku emosi."

Itu adalah hal yang sempat Leony katakan padanya ketika ada insiden Donda yang mendadak terkena migrain akibat memarahi rekan kerjanya itu. Dan sekarang, benar Miska bertanya-tanya.

Sebenarnya emosi apa coba yang Leony maksud?

Emosi cinta yang menggebu-gebu gitu?

Ckckckckck.

Dia persis kayak ABG yang baru kenal cinta monyet.

Dan seakan alam ingin membenarkan vonis Miska, sejurus kemudian ia melihat bagaimana Leony tampak menaikkan kadar manjanya kala itu. Tepat setelah Eros bertanya.

"Tempe dan tahu kamu nggak dibawa?"

Leony menggeleng. "Udah aku abisin tadi. Karena lemes, aku makan deh. Dan sekarang aku udah kelaparan lagi, Ros."

Ah, akhirnya rasa penasaran Eros mengenai Leony yang tidak tampak lemas terjawab sudah. Ternyata cewek itu menyempatkan diri untuk makan setelah muntah tadi. Dan apa tadi yang Leony bilang? Dia sudah lapar lagi?

Wah wah wah!

"Ehm ... jadi siang ini kau mau makan apa? Sama tempe dan tahu goreng lagi?" tanya Eros seraya menunjuk pada menu di etalase rumah makan itu. "Itu ada."

Namun, Leony menggeleng lagi. "Pasti rasanya nggak seenak masakan kamu. Ehm ... nggak mau ah."

Ya Tuhan. Tidak bermaksud berlebihan. Tapi, Miska merasa mendadak saja ia yang mengalami gejala morning sickness.

Gimana bisa aku mendadak ngerasa mual-mual coba?

Astaga!

Dan Miska –serta Sony tentunya, membutuhkan kesabaran ekstra hingga tiba antrean mereka. Itu adalah setelah Leony memesan makan siang yang sama persis dengan yang Eros pesan.

Tuh kan.

Kayak ABG beneran.

Makan pun mau couple-an.

Aku nggak heran kalau mendadak besok-besok Leony juga mau pake baju couple-an lagi sama Eros.

Duduk di meja yang sama, mereka berempat pun telah siap dengan piring masing-masing. Mulai menikmati makan siang kala itu.

Seraya menyantap makanan masing-masing, beberapa kali mereka pun terlibat percakapan ringan. Seperti ....

"Sumpah, Ros. Kamu emang top banget. Mau gitu ke sini siang-siang demi makan bareng Leony. Ckckckck."

Leony terkekeh. Bahkan sambil makan, ia memastikan tangan kirinya untuk mendarat di paha Eros. Seperti ia yang khawatir suaminya akan mendadak hilang dari sana. Hihihihi.

"Soalnya Dedek cuma bisa ditenangin sama Papanya, Mis. Nggak tau deh. Kalau ada apa-apa, tinggal panggil Eros. Pasti langsung tenang lagi Dedeknya."

Miska mesem-mesem. "Ya ... katanya kebiasaan cewek hamil emang beda-beda sih. Nggak heran juga."

Namun, ketika Leony dan Miska sibuk berceloteh beberapa hal yang membuat mereka terkikik berulang kali, Eros justru berusaha memfokuskan pengamatan. Karena sumpah. Lagi-lagi Eros menjadi bertanya-tanya.

Ini cowok emang sering makan bareng Leony dan Miska ya?

Dia bukannya maksud buat ngekorin Leony ke mana-mana?

Kok perasaan aku agak nggak enak gini?

Karena mata Eros tak mungkin salah melihat. Bahwa beberapa kali, dalam hitungan detik yang singkat, dengan gestur yang tampak seperti amat alamiah hingga nyaris berhasil selamat dari sorot curiga Eros, ia mendapati bagaimana Sony yang melirik pada Leony.

Berusaha untuk menyingkirkan pemikiran aneh yang tiba-tiba memenuhi benaknya, jantung Eros mendadak saja berdenyut tidak nyaman dengan satu pemandangan yang tersaji di depan matanya.

Diawali oleh Leony yang kerap kali terkikik, cewek itu tersedak. Bermaksud untuk meredakan tenggorokannya dengan air putih, ia justru mendapati gelasnya yang kosong. Dan ketika itulah, Sony tampak dengan sigap meraih cerek. Bersiap akan menuangkannya ke dalam gelas Leony.

"Eh. Ja-ja-jangan, Son."

Sibuk dengan rasa tak nyaman yang ia rasakan, Eros nyaris tidak sadar bagaimana Leony yang justru menyodorkan gelasnya pada dirinya. Dan ia berkata.

"Biar Eros aja."

Sony yang sudah bangkit dari duduknya, siap dengan cerek di tangannya, tampak salah tingkah mendengar perkataan Leony. Terutama karena di detik selanjutnya, Eros pun langsung mengambil alih benda itu dari tangannya. Lantas mengisi kembali gelas Leony.

Memastikan bahwa Leony sudah baik-baik saja, Eros lantas duduk kembali. Menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk kembali santai melanjutkan makan siangnya. Tapi, astaga! Sekarang rasanya ia tidak langsung bernafsu untuk makan ayam panggang. Karena jelas, ada satu pertanyaan yang membuat ia merasa kian tak nyaman. Hingga mampu mengacaukan rasa rempah makanan itu di lidahnya.

Sial.

Masa ada cowok yang naksir ibu hamil sih?

Eros berusaha menenangkan dirinya. Tapi, ia masih amat syok dengan praduga bersalah itu.

Ibu hamil yang perutnya udah mulai membuncit?

Yang benar saja!

*

Sekarang, memikirkan kemungkinan yang satu itu, membuat Eros menjadi bertanya-tanya. Sempat ingin mengusir pikiran buruknya itu.

Ya ... namanya aja rekan kerja kali, Ros.

Udah biasa mah kalau deket.

Tapi ....

Bahkan tadi Miska sampai harus misuh-misuh ketika meminta tisu yang di dekat Sony, tapi cowok itu malah mengabaikannya. Bandingkan dengan Leony tadi.

Astaga!

Gesit banget ya Bun?

Kayak suami siap siaga antar jaga!

Eros perlu menarik napas dalam-dalam sekarang. Mungkin tubuhnya kekurangan pasokan oksigen hingga ia merasa sedikit gerah saat ini.

Ah, atau ia perlu minum?

Bisa jadi!

Maka bangkit dari duduknya, Eros beranjak meninggalkan ruang tamu. Langsung menuju ke dapur dan mendapati Leony yang tampak bersenandung di depan kompor.

Menjelang malam itu, mengenakan celana pendek yang dipadu dengan kaus longgar, Leony tampak memasakkan makan malam untuk Eros. Dan dari aromanya, Eros pun bisa menduga masakan apa yang tengah Leony siapkan untuknya. Cah kangkung udang. Dan sebagai temannya, ada tempe dan tahu goreng yang telah Eros masak tadi. Ehm ... ditambah semangkok sambal goreng khas Leony.

Terlupakan oleh tujuan semula yang ingin mengambil minum, Eros justru tanpa sadar termenung di tempatnya berdiri. Melihat pada Leony yang tampak begitu luwes bersinggungan dengan peralatan dapur. Pun ketika masak, cewek itu terlihat begitu senang. Seperti amat menikmati aktivitas rumah tangganya.

Sepiring cah kangkung udang tersaji di meja makan sekitar lima menit kemudian. Bersanding dengan tempe dan tahu goreng, sambal goreng, dan nasi putih yang tampak mengepulkan asap hangatnya.

Leony tersenyum ketika menyadari keberadaan Eros. "Kamu udah laper ya?" tanyanya menebak. "Ini udah selesai. Ayo, kita makan sekarang."

Tak langsung beranjak dari tempatnya berdiri, Eros hanya diam. Melihat Leony yang melengkapi sajian malam itu dengan dua gelas air minum.

Dan ketika itu, Eros menyadari sesuatu.

Ya ampun.

Ya pantas kenapa sampe ada bujangan yang naksir sama istri orang.

Lah istri orang udah terbukti handal di sumur, di dapur, dan di kasur.

Apalagi kayak Leony.

Udah telaten, cekatan, dan manis banget kalau lagi manja.

Cowok mana yang nggak suka sama cewek kayak Leony?

Pada saat itu, entah bagaimana ceritanya. Ya ... bisa dikatakan bahwa Tuhan memang sedang mengusik ketenangan Eros. Mendadak saja ingatan Eros akan masa-masa mereka di kampus dulu bermunculan satu persatu. Seperti ingin mengingatkan cowok itu kalau bukan hanya dirinya yang naksir terhadap Leony. Ehm ... satu dua orang teman mereka sempat ditolak Leony kok sebelum pada akhirnya cewek itu menjatuhkan pilihan hatinya pada Eros.

Sekarang ... Eros nyaris melupakan bahwa Leony memang cewek yang menarik. Nyaris melupakan lantaran hubungan pacaran yang telah lama dan pernikahan yang terjadi bebas tanpa hambatan. Ia nyaris melupakan itu.

Pada akhirnya, Eros tidak tau berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk mengingat semua masa lalu mereka. Hingga Leony di seberang sana keheranan. Lantaran Eros yang belum juga duduk di meja makan.

"Ros ...," lirih Leony seraya mendekati Eros. Bertanya dengan dahi yang berkerut. "Kamu kenapa?"

Seperti baru tersadarkan dari lamunannya, mata Eros mengerjap beberapa kali. Untuk kemudian mendapati bahwa Leony sudah berada di hadapannya. Dengan ekspresi bingung. Tapi, cewek itu belum terlalu bingung hingga pada detik selanjutnya Eros mendadak saja memeluknya. Erat. Hingga Leony nyaris tak mampu bergerak lagi.

"Eros ...."

Namun, seakan belum cukup membuat Leony bingung, selanjutnya Eros justru membuat perasaan sang istri menjadi tak keruan.

"Jangan deket-deket sama cowok lain, Ny."

Ya Tuhan.

Leony mendadak persis seperti es yang terkena panas sinar matahari. Meleleh.

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top