36. Cengkerama Suami Istri
Sekarang tanpa disadari, Leony dan Eros memiliki kebiasaan baru. Kalau sebelumnya selesai makan malam mereka akan sibuk dengan aktivitas masing-masing –Leony dengan dramanya, Eros dengan permainan online-nya, maka sekarang berbeda. Yaitu, keduanya yang duduk bersama seraya menjelajahi mesin pencarian Google. Hanya dengan satu pencarian: nama bayi perempuan/laki-laki yang keren dengan arti bagus.
Dengan menggunakan satu laptop, Leony dan Eros bersama-sama bisa menjelajahi berbagai situs dalam semalam hanya untuk melihat satu persatu nama yang ada. Meresapi rasanya di lidah dan merenungkan artinya. Hanya untuk tertawa setelahnya.
"Banurasmi bagus sih, Ny," kata Eros seraya menunjuk pada layar laptopnya. "Jarang kan ada cewek yang pake nama huruf awalnya B?"
Leony mengerutkan dahi. Tampak berpikir. "Biasanya sih Bianca. Tapi, beberapa novel yang aku baca sering jadiin nama Bianca jadi tokoh antagonis sih. Terus ... Brenda? Atau Betty?" Lalu Leony terkekeh. "Kayaknya emang jarang sih yang pake huruf B."
Eros tampak bersemangat. "Nah. Apa Banurasmi aja? Artinya surya. Mana kesannya agak vintage gitu nggak sih namanya?"
Tak langsung menjawab pertanyaan Eros, Leony lagi-lagi mengerutkan dahinya. Dengan bibir yang bergerak samar ketika menyebut nama Banurasmmi berulang kali. Hingga kemudian matanya melotot.
"Nggak! Aku nggak mau Dedek dikasih nama Banurasmi! Pokoknya nggak mau," delik Leony. "Emangnya kamu mau Dedek dipanggil Banu? Ntar teman-temannya malah ngejek nama dia jadi Panu lagi. Nggak! Pokoknya nggak mau."
Eros melongo sedetik. Lalu ia sontak tertawa ketika melihat delikan Leony dengan wajahnya yang memerah.
"Hahahahaha. Panu!"
Leony cemberut. "Eros, ini anak kamu. Malah dibilangin Panu?"
"Hahahahaha. Astaga, Ny. Sumpah. Aku nggak sampe ke sana mikirnya," gelak Eros semakin pecah. "Banu? Panu? Hahahahaha."
Maka semakin membesarlah mata Leony. Dengan kedua tangan yang sontak memeluk perut. Seperti ia yang tengah melindungi bayinya di dalam sana.
"Nggak Banu nggak Panu. Itu dua-duanya sama nggak cocoknya buat Dedek," delik Leony lagi. "Banu? Ini kalau Dedek cewek, masa nama panggilannya jadi kayak cowok sih? Banu kan nama cowok, Ros."
"Hahahahaha."
"Eros!" geram Leony. Lalu ia pun tak mampu menahan diri untuk tidak memberikan rasa sakit pada suaminya itu dalam bentuk cubitan yang memutir tangannya. Hingga pada akhirnya, tawa Eros pun berhenti. Tergantikan oleh ringisan kesakitan.
"Adududuh!" ringis Eros melotot. "Wah! Kamu emang beneran udah siap jadi ibu, Ny. Gila!" Eros mengusap tangannya yang tampak memerah. "Cubitan kamu udah teruji menyakitkan secara lahir dan batin."
Sebenarnya Leony masih merajuk lantaran Eros justru tertawa karena mempermainkan nama anak mereka. Tapi, ya ampun. Wajah kesakitan Eros tampak begitu lucu. Hingga pada akhirnya justru Leony yang tertawa terbahak-bahak.
"Ulululu. Bapak Maliko kesakitan ya?" tanya Leony menggoda. "Coba cini. Mana yang atit? Biar Ibu Maliki lihat."
Eros tampak manyun. Pura-pura tidak ingin memperlihatkan tangannya. Hingga Leony kembali berkata.
"Ih, ada yang ngambek ya?"
Eros masih manyun, menggeleng. "Nggak ngambek ah."
"Hihihihi. Kalau nggak ngambek, cini dong tangannya. Biar diembus-embus. Biar cepet sembuhnya."
"Ehm ... yang pelan embusnya."
"Iya iya. Unch. Cayang Ibu Maliki lagi manja," ujar Leony lagi. Kali ia ia berhasil meraih tangan Eros yang tadi ia cubit. Dengan sorot geli di matanya, ia mengangkat tangan Eros ke depan bibirnya yang mengerucut. Menampilkan ekspresi sok imut yang memancarkan sifat manja. "Cini diembus-embus."
Sumpah!
Itu sangat menggelikan. Dan yakinlah. Kalau ada orang lain yang mendengar dan melihat kelakuan mereka berdua, dijamin seratus persen. Orang tersebut pasti akan muntah di tempat!
Leony menatap pada Eros sekilas. Sebelum kemudian kembali ia melihat pada berkas bewarna merah yang tercetak di tangannya. Dan lalu, melakukan apa yang ia katakan tadi, Leony pun mengembus-ngembus tangan Eros. Dengan pelan. Seraya beberapa kali dielus dengan lembut.
"Udududu. Cepet sembuh ya?" Leony menggerling lucu. Kemudian melabuhkan satu kecupan yang menimbulkan suara di tangan Eros. "Emmuach!" Ia tampak tersenyum lebar. "Biar tangannya masih bisa dipake buat masak tempe dan tahu goreng. Hihihihihi."
Eros yang semula terbawa oleh suasana, dengan sentuhan Leony yang lembut itu, sontak tergelak. Karena lagi-lagi, ujungnya pasti adalah tempe dan tahu goreng.
"Selalu ya. Ujung-ujungnya pasti ke tempe dan tahu goreng lagi."
Leony tertawa. Hingga matanya memejam dan dagunya terangkat. Tampak begitu lepas ketika kembali ia bisa mengerjai Eros. Rasanya? Aaah, nikmat. Hihihihi.
Hingga kemudian, Eros yang tergoda pun tak mampu menahan dorongan untuk mendaratkan kecupan sekilasnya di leher Leony. Sontak saja, tawa Leony menghilang. Alih-alih terus terbahak, ia justru tampak mengerjapkan matanya. Lalu, mengerucutkan bibir. Dan melayangkan pukulan manja di dada Eros.
"Kebiasaan ah. Suka cium nggak ngomong-ngomong."
"Kamu juga kebiasaan. Suka nyubit nggak ngomong-ngomong."
"Emangnya kalau aku ngomong, kamu nyuruh aku buat nyubit kamu?"
"Ehm ... tergantung sih. Kalau kamu gimana? Emangnya kalau aku ngomong, kamu nyuruh aku buat cium kamu?"
Mata Leony membesar. Bibirnya tampak mengerucut dan menampilkan ekspresi malu-malu kucing.
"Ya ... aku nyuruh dong."
Eros terkekeh. "Kalau gitu, sini dong. Cium lagi."
Benar-benar melakukan apa yang suaminya minta, Leony pun beringsut. Mendekat pada Eros. Tapi, alih-alih membiarkan Eros untuk menciumnya, Leony justru melakukan hal sebaliknya.
Menangkup wajah Eros dengan kedua tangannya, Leony memejamkan matanya. Tanpa ragu-ragu, ia pun mencium Eros.
"Emmmuuuuaaach!"
Itu bukan ciuman bergelora atau ciuman bergairah. Melainkan ciuman yang menimbulkan gelak tawa setelahnya.
"Hahahahaha."
"Hahahahaha."
Eros tertawa, begitupun dengan Leony. Hingga kemudian Leony pun tenggelam ke dalam pelukan Eros. Membiarkan punggungnya untuk bersandar dengan nyaman di dada sang suami. Dan merasakan kedamaian ketika kedua tangan cowok itu melingkari perutnya. Lantas memberikan usapan demi usapan yang terasa amat menenangkan.
"Bentar lagi," kata Leony. "Dedek bakal nendang-nendang loh, Ros. Bakal kerasa gerakannya."
Tawa Eros perlahan memudar. Tergantikan oleh satu senyuman lebar dengan pandangan mata yang tampak menerawang entah ke mana. Ehm ... ke masa depan mereka mungkin.
"Kalau dia nendang-nendang, bilangin aku ya? Aku mau lihat juga."
Leony terkekeh. "Pastilah aku bilangin. Biar kamu bisa main sama Dedek," katanya seraya sedikit mengangkat wajahnya. Berusaha melihat pada Eros. "Aku sering baca gitu, katanya kalau kita ketok-ketok perut di sebelah kiri. Ntar Dedek bisa balas di sana juga. Kalau kita ketoknya di sebelah kanan, ntar dia juga ketok di sana. Ntar kamu ajak Dedek main."
Ekspresi wajah Eros seketika berubah. "Beneran?"
"Iya," angguk Leony penuh antusias. "Bayi udah bisa ngerespon rangsangan walau masih di dalam perut. Makanya ... kita harus selalu ngomong yang bagus-bagus. Ntar Dedek jadi sedih kalau kita ngomongnya yang jelek-jelek."
Masih mengelus perut Leony, Eros melabuhkan kecupan di sisi kepala sang istri. "Kamu tuh, Ny. Ngomong yang dijaga. Jangan ngomong sembarangan."
"Eh? Aku ngomong apa yang sembarangan? Kapan?"
Menyeringai, Eros menjawab. "Itu yang kemaren. Ros .... Ros .... Ros ...."
Dan Eros mengatakan itu dengan pura-pura mendesah. Seolah ingin memperagakan apa yang terjadi ketika percintaan mereka sedang terjadi. Itu ... tentu saja menimbulkan jerit malu Leony.
"Eros! Nggak boleh ngomong mesum," kata Leony tergelak. "Dedek masih di bawah umur. Hahahahaha."
Namun, alih-alih melakukan yang Leony minta, Eros justru melakukan hal sebaliknya. Makin menggoda cewek itu.
"Dek, Papa bilangin ya. Mama itu paling suka kalau Papa mainin payudaranya, tapi semenjak hamil Dedek, payudara Mama jadi sensitif. Sakit katanya."
"Hahahahaha. Astaga, Eros. Bisa-bisanya kamu ngomong gitu ke Dedek. Hahahahaha."
"Jadi, Dek. Buruan lahir ya? Yang sehat. Biar Papa bisa mainin payudara Mama lagi."
Kali ini, Leony makin tak berdaya dengan rasa geli yang ia rasa. Pada akhirnya, tawanya semakin meledak. Dan membuat mereka berdua terlupakan dengan artikel nama bayi perempuan yang masih terbuka di laptop itu. Alih-alih lanjut membaca, mereka justru lanjut bercengkerama.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top