31. Tawa Menggoda
Memejamkan mata, Leony menghirup dalam-dalam aroma khas yang terpancar dari tiap kuntum bunga mawar merah itu. Menikmatinya. Dengan perasaan yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata. Lantaran satu hal yang kemudian melintas di benaknya.
Katanya sih ... mawar merah itu tanda cinta.
Ck. Bahkan sekarang lirik lagu dangdut pun bisa cepat diingat oleh Leony. Padahal dulu-dulu mana pernah.
"Kamu tumben banget beliin aku bunga mawar," kata Leony seraya mengulum senyum malu-malu. "Semenjak kita nikah, kayaknya baru kali ini kamu ngasih mawar lagi."
Eros diam sejenak, mungkin berpikir mengenai kebenaran perkataan Leony. Dan ... ia mengembuskan napas. Sepertinya sih memang iya.
"Soalnya kamu nggak minta sih. Aku takut kalau aku beliin yang nggak kamu minta, eh ... kamunya nggak mau."
Dahi Leony sontak mengerut. "Kalau ngasihnya yang kayak ginian ya pasti aku mau dong. Lagipula ..." Matanya melayangkan sorot bingung. "... emangnya aku ada minta dibeliin bunga mawar ya?"
"Kamu lupa?" balik bertanya Eros dengan ekspresi bingung yang serupa. "Kan kemaren malam kamu minta bunga mawar."
"Eh? Kapan? Kok aku nggak ingat sih?"
Leony tidak yakin, tapi ia langsung menyalahkan hormon kehamilannya. Walau jelas membingungkan. Apa hormon kehamilan bisa menyebabkan seseorang menjadi pelupa? Karena sungguh! Leony tidak ingat sama sekali kapan ia meminta bunga mawar pada Eros.
"Ah, kamu mah gitu. Orang jelas-jelas kemaren sebelum tidur kamu ngomong gini ke aku."
Eros mendehem sekilas. Hanya untuk melayangkan gerlingan nakal yang membuat Leony memasang antisipasinya. Tepat sebelum cowok itu lanjut berkata.
"Ros .... Ros .... Ros ...."
Leony sontak tertawa. Juga sontak mengangkat tangannya. Melayangkan pukulan yang tak seberapa di dada Eros yang bergetar lantaran tawa yang juga tak mampu ia tahan.
"Ros .... Ros .... Ros ...."
Semakin meledaklah tawa Leony. Teramat geli ketika ia menyadari bagaimana Eros memplesetkan kata-katanya semalam. Tepatnya ketika mereka berdua bercinta.
"Itu kamu minta bunga mawar kan?" tanya Eros lagi dengan geli. "Iya kan?"
"Hahahaha."
Leony tenggelam dalam pelukan Eros. Masih melanjutkan tawanya yang belum terlihat tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Karena ya ampun. Ia benar-benar tidak mengira bahwa Eros akan menggodanya seperti itu.
"Itu aku bukannya yang minta bunga mawar sama kamu."
Eros tampak lesu. Mengembuskan napas panjang, walau jelas sekali matanya tampak berkilat geli.
"Yaaah ... aku pikir kamu minta bunga mawar waktu ngomong," kata Eros lagi. "Ros .... Ros .... Ros ...."
"Hahahahaha. Eros!" pekik Leony malu. "Jangan diulangi lagi ya ampun. Kamu ini. Hahahaha."
"Apa yang jangan diulangi lagi? Ah? Ros .... Ros .... Ros ...."
"Eros. Hahahahaha. Kamu nggak mau berenti ya?"
"Kalau berenti, ntar aku nggak bisa denger kamu ngomong Ros .... Ros .... Ros ...."
Ah, sudahlah. Leony yakin guyonan desahannya akan menjadi topik lucu selama beberapa hari ke depan. Malu sih, tapi ... lucu juga.
"Kalau emang bukan minta bunga mawar," goda Eros lagi. "Terus maksudnya apa dong yang malam tadi?"
Sudah tidak terkira lagi semerah apa wajah Leony. Terutama karena pertanyaan yang satu itu jelas memojokkan dirinya.
Leony mendehem. Mengabaikan rasa kaku di wajahnya lantaran tertawa tiada henti dari tadi, ia berpegang pada dada Eros.
"Beneran kamu mau tau maksud yang malam tadi?"
Eros menyeringai. Bermaksud untuk terus menyerang istrinya. "Apa coba? Maksudnya apa?"
Mengedip-ngedipkan mata, Leony tampak mengulum senyum malu-malu sebelum pada akhirnya beringsut. Dengan sedikit menjinjitkan kaki demi bisa mencapai telinga sang suami, ia pun lantas berbisik.
"Itu maksudnya ... aku suka kalau kamu jengukin dedek."
Sial!
Kali ini malah Eros yang jadi tampak melongo. Karena berani bersumpah, Eros tidak mengira bahwa Leony akan mengatakan hal itu. Lihat saja. Ekspresi bodoh Eros sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kalau cowok itu syok dengan jawaban Leony. Dan kali ini, keadaan pun berbalik. Leony yang terpingkal melihat wajah polos Eros.
"Hahahahaha. Astaga, Ros."
Eros tampak salah tingkah. Menggaruk tekuknya yang tidak gatal sama sekali. Lalu bertanya dengan entengnya.
"Malam ini mau dijenguk lagi?"
Pertanyaan yang langsung membuat Leony melepaskan diri dari pelukan Eros. Dengan kepala terangkat lantaran tawa yang kembali menggelikan dirinya, ia mendekap bunga mawarnya.
"Nggak mau ah. Takut besok dibeliin bunga mawar lagi. Hihihihi. Terus lama-lama aku bisa buat depot bunga dong kalau keseringan dijenguk."
Dan Eros sudah akan membalas perkataan Leony sebelum cewek itu justru kembali lanjut berkata. Memperingatkannya dengan mata yang membesar. Berusaha memasang ekspresi serius yang tampak sekali dibuat-buat.
"Ntar aku kecapekan loh. Kata dokter aku nggak boleh capek."
Eros mencibir. "Orang yang kerja aku kok. Kamu tinggal pasrah doang sambil ngomong Ros .... Ros .... Ros ...."
"Hahahaha. Udah deh, Ros. Mending kamu mandi deh sekarang. Kamu belum gorengin aku tempe dan tahu. Mau makan apa aku dan Dedek malam ini kalau kamu nggak masak?"
Kali ini, Eros memutuskan untuk tidak melanjutkan godaannya pada Leony. Ia sadar bahwa yang dikatakan oleh istrinya benar. Tanpa dirinya, dijamin Leony dan bayi yang ia kandung tidak akan makan. Hihihihi.
Beranjak dengan meyakinkan Leony bahwa ia sudah selesai menggoda, Eros memberikan satu pelukan singkat pada istrinya.
"Iya iya. Aku mandi sekarang. Terus baru aku gorengin kamu tempe dan tahunya."
Leony mengangguk. Spontan memejamkan mata saat merasakan bibir Eros jatuh di dahinya dalam bentuk kecupan yang lembut. Tepat sebelum pada akhirnya sang suami beranjak dari sana.
Ditinggal bersama dengan sebuket bunga mawarnya, Leony memilih untuk duduk di ruang tamu. Menikmati tiap kuntumnya dengan senyum yang merekah di wajahnya. Kala itu, tanpa sadar satu tangannya mengusap perutnya yang kian lama kian menunjukkan perubahannya. Ia berbisik, layaknya sedang bicara pada sang buah hati di dalam sana.
"Bunganya cantik ya, Dek? Ehm .... Lebih cantik lagi kalau kita ngeliatnya sambil ngemil tempe dan tahu. Hihihihi. Tunggu bentar. Biar Papa mandi dulu."
Karena yang terjadi kemudian memang seperti itu. Bahwa Leony memastikan bunga mawar itu tetap bersama dengan dirinya bahkan ketika mereka makan malam bersama. Hal yang membuat Leony ingat, kalau dulu mereka pernah loh melewati makan malam romantis seperti itu. Dengan ditemani sebuket bunga mawar. Dan demi apa, Leony tidak pernah mengira bahwa setelah menikah dirinya masih diberi kesempatan untuk merasakan romantisme bunga mawar. Sungguh ia tak menduga.
Maka jangan anggap Leony berlebihan bila setelah makan malam itu berakhir, ia membawa serta bunga mawar tersebut untuk turut ikut bersama dengannya ke kamar. Menaruhnya di dekat nakas dan ia mengambil posisi yang nyaman seraya bersandar di kepala tempat tidur. Ditemani oleh sepiring tempe dan tahu goreng, serta drama yang siap untuk ditonton.
Sementara itu, lantaran hari Sabtu adalah hari yang sibuk untuk semua pemilik restoran dan kafe, Eros pun merasakan letih. Tubuhnya terasa begitu capai hingga ia tak mampu menahan diri untuk menguap berulang kali.
"Kamu kalau mau tidur," kata Leony penuh maklum. "Tidur aja duluan. Aku nggak apa-apa kok. Paling nonton bentar aku juga ikut tidur juga."
Kala itu sebenarnya masih jam sepuluh malam. Tergolong belum larut untuk ukuran pria dewasa merasa amat mengantuk. Tapi, apa daya. Eros bahkan bisa merasakan matanya yang basah lantaran menguap saja dari tadi.
Menyerah, Eros pun mengangguk. "Tapi, ntar kalau ada apa-apa, bangunin aja aku ya?"
"Iya," jawab Leony. "Tenang aja. Karena kalau bukan kamu, ya siapa lagi yang bakal aku bangunin?"
Merasa yakin kalau saat itu perasaan Leony tengah senang, Eros pun tak segan-segan lagi untuk benar-benar tidur. Melepas lelah tubuhnya. Hingga tak butuh waktu lama bagi Leony untuk kemudian mendengar dengkuran halus cowok itu.
Damai dan nyaman menikmati drama dan juga camilan, Leony lantas terusik ketika mendengar denting dari ponsel Eros. Khawatir kalau ada sesuatu yang penting, mendorong ia untuk meraih benda itu. Membukanya dan menemukan pesan dari grup.
Tak butuh waktu lama untuk Leony membaca riwayat pesan di sana. Dari ajakan teman-teman untuk mengajak berkumpul malam itu. Hingga penolakan yang Eros berikan.
[ Sorry, bukannya nggak mau gabung. ]
[ Tapi, Leony lagi hamil. ]
[ Nggak mungkin aku ninggalin dia sendirian di unit malam-malam kayak gini. ]
[ Lain kali deh. ]
[ Sore gitu. ]
Selanjutnya Leony tidak benar-benar melanjutkan membaca pesan grup itu. Ia tak peduli dengan beberapa orang teman mereka yang tampak saling menyudutkan satu sama lain. Dengan dalih tidak mengerti posisi Eros yang sudah beristri.
[ Udah dibilangin. ]
[ Kalau malam itu jatah Eros buat kelonan. ]
[ Jomlo mana paham sih ritual malam Minggu suami istri. ]
[ Hahahahaha. ]
Menaruh kembali ponsel Eros di atas nakas, Leony lantas memutuskan untuk memadamkan televisi. Karena alih-alih lanjut menonton, kali ini Leony justru memilih untuk bergabung bersama dengan Eros. Berbisik lirih.
"Ros ...."
Entah Eros yang belum terlalu nyenyak atau memang insting cowok itu yang semakin peka lantaran kehamilan Leony, yang pasti adalah terdengar gumaman Eros.
"Ehm ...?"
Leony memejamkan matanya. "Peluk aku dong."
Tak mengatakan apa-apa, Eros lantas langsung mengabulkan permintaan Leony. Menarik tubuh sang istri ke dalam dekapannya. Membiarkan Leony menyurukkan wajah di dadanya. Dan lalu ia mengusap punggungnya.
Dalam senyum, Leony memejamkan matanya. Merasa begitu damai.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top