26. Santapan Yang Berbeda
[ Kanjeng Ratu Mama ]
[ Ros, kamu dan Leony besok konsul jam berapa? ]
Eros yang baru saja selesai meniriskan singkong rebus ke satu piring tertegun ketika membaca pesan dari Pratiwi. Hal yang lantas langsung membuat ia menaruh sejenak camilan lezat itu ke atas meja makan dan mengecek kalender.
Sial.
Hampir aja aku lupa.
Besok jadwal konsul kandungan Leony.
Walau terkadang cenderung selalu merasa kerepotan ketika harus menghadapi Pratiwi, tapi Eros tau bahwa kehidupannya mungkin akan sudah lama berakhir bila tidak ada Pratiwi. Miris, namun ia jelas mengetahui kecerewetan ibunya kadang memang sangat menyelematkan hidupnya. Contohnya yang satu ini. Kalau Pratiwi tidak mengiriminya pesan, mungkin Eros akan lupa soal jadwal konsultasi kandungan Leony. Ckckckck.
Namun, rasa terima kasih Eros karena Pratiwi mengingatkannya, tidak berarti ia akan mengajak ibu dan para keluarga besarnya untuk kembali mempermalukan dirinya di klinik itu. Astaga! Tapi, cukup sekali Eros ingin dimeriahkan dua keluarga seperti itu di depan orang banyak. Bukannya apa. Hanya saja yang sebulan lewat itu nyaris bisa dikatakan seperti rombongan orang yang ingin pergi ke konser girlband Korea ketimbang mengantar ibu hamil untuk periksa kandungan!
[ Kanjeng Ratu Mama ]
[ Nggak tau jam berapa, Ma. ]
[ Nyesuaikan jadwal kami besok aja deh. ]
[ Tenang aja. ]
[ Ntar abis konsul kami bakal ngabarin Mama deh. ]
[ Oke, Ma. Sekarang aku mau ngurus Leony dulu. ]
[ Dia udah laper. ]
[ Dari tadi nungguin aku selesai masak. ]
Eros bahkan langsung menonaktifkan ponselnya ketimbang harus ngeri melihat pesan yang pasti akan kembali Pratiwi kirimkan padanya dalam waktu dekat. Ia tidak ingin mengambil risiko. Alih-alih mengurusi itu, Eros lebih baik langsung meluncur ke kamar. Di mana ternyata Leony tengah berbaring dengan mata yang tampak mulai sayup-sayup.
"Ehm ... udah masak, Ros?"
Eros mengangguk. Memberikan piring berisi singkong rebus itu pada Leony. "Udah," jawabnya. "Nih. Cobain deh. Singkongnya enak banget. Pecah dan lembut gitu rasanya."
Sepertinya tidak ada rasa makanan yang pecah, tapi Leony tersenyum mendengar Eros mengatakan itu. Mendorong ia untuk segera bangkit. Menggeliat sejenak dan langsung meraih sepotong singkong rebus tersebut. Mencicipinya dalam satu gigitan yang kecil. Seolah ingin menjajaki rasanya terlebih dahulu.
Eros melihatnya. Dengan ekspresi penasaran. "Gimana?" tanyanya. "Enak kan?"
Leony tampak mengunyah. Lalu menelannya. Tapi, mimik wajah yang muncul di sana bukanlah seperti yang Eros harapkan.
"Ehm ... nggak enak ya?"
Dahi Leony mengernyit. Kembali menaruh singkong itu ke piring dan dengan raut menyesal, ia menggeleng.
"Aku nggak suka."
Eros mengembuskan napas panjang. Entah mengapa, rasanya tidak enak sekali mendapati Leony tidak menyukai singkong rebusnya. Padahal nyaris belakangan ini Leony selalu memuji-muji tempe dan tahu goreng masakannya.
Sial!
Apa bakat aku cuma ngegoreng tempe dan tahu doang?
Bahkan sebatas ngerebus singkong pun aku nggak bisa?
Lantas Eros mengangguk. Berusaha tersenyum dan menabahkan hatinya sendiri. Dengan sedikit rasa malu sebenarnya.
Gila deh!
Cuma perkara singkong doang kenapa aku mendadak jadi kayak cewek baperan gini?
Leony menatap Eros yang kemudian tampak mengambil sepotong singkong yang tadi ia cicipi. Memamerkan makanan itu di wajahnya seraya berkata.
"Nggak apa-apa. Kalau kamu nggak suka, biar aku aja yang makan. Bentar lagi aku gorengin kamu tempe dan tahu buat makan malam ini ya?"
Ceeesss!
Leony merasa jantungnya seperti berhenti berdetak mendengar perkataan Eros. Yang sontak membuat ia mengangguk dengan pemikiran haru di benaknya.
Cuma tempe dan tahu loh.
Tapi, Eros segitunya mikirin buat aku makan.
Mungkin terdengar konyol. Tapi, tidak pernah ada hal yang konyol bagi seorang ibu hamil. Bahkan kalaupun ia mendadak menginginkan nasi putih kecap pun, maka itu pastilah akan mengalahkan daya tarik sate kambing. Dan untuk kasus Leony, jelas. Tempe dan tahu goreng masakan Eros dengan mutlak menyingkirkan posisi bakso, pizza, atau bahkan bebek panggang Chef Juna sekalipun!
Hingga tanpa sadar, merenungkan itu di benaknya membuat Leony mengamati dalam diam bagaimana Eros yang menikmati singkong rebus itu. Melihat bagaimana rahangnya bergerak-gerak dengan teratur. Dan lalu disambut oleh gerakan jakunnya yang naik turun dengan penuh irama.
Leony menahan napasnya. Mendadak merasakan sesuatu yang aneh seperti tengah terjadi padanya. Hingga mendorong tangannya untuk terangkat. Bergerak naik seolah tanpa komando. Membuat Eros sontak menghentikan niatannya yang semula akan menikmati gigitan selanjutnya. Karena ia mendadak mengantisipasi oleh pergerakan jari telunjuk Leony yang terarah pada bibirnya.
Eros diam dan refleks menahan napas dengan matanya melirik ke bawah. Melihat ujung jari itu menyentuh bibirnya. Mengambil satu remah singkong yang tertinggal di sana.
Hanya saja, ketika Eros berencana akan kembali melanjutkan napasnya yang terjeda, ia justru melihat sesuatu yang membuat napasnya justru terasa memberat. Itu adalah ketika Leony justru membawa remah itu ke dalam mulutnya. Mencicipinya dengan mata yang tampak mengerjap-ngerjap polos.
"Yang ini kok enak, Ros?"
Eros melongo sedetik. Seperti otaknya yang mendadak macet. Tak langsung mengerti dengan maksud pertanyaan Leony.
"Y-ya?" tanya Eros bingung. "Apa yang enak?"
Jari Leony menunjuk bibir Eros. "Ini."
"Bibir aku enak?" tanya Eros masih bingung.
Leony terkekeh hingga matanya menyipit. "Singkong di bibir kamu."
Eros langsung tersadar dengan wajah yang terasa panas. Memalukan!
"Ehm ... aneh-aneh aja," kata Eros salah tingkah. "Rasanya sama aja ah. Orang ngerebusnya juga di panci yang sama kok. Nggak mungkinlah rasanya bisa beda."
Mata Leony membesar. "Kamu nggak percaya omongan aku, Ros? Kamu nggak tau ya? Sejak hamil ini indra aku tuh kayak yang lebih sensitif. Bau lembab dikit aja aku pasti ngerasa mual. Apalagi rasa makanan di lidah aku. Itu kerasa banget bedanya."
"Aaah ...."
Eros tidak yakin kalau yang dikatakan Leony memang benar adanya. Karena kalau lidah Leony memang berfungsi dengan normal, tentu saja cewek itu tidak akan sudi makan tempe dan tahu goreng yang sudah lembek. Iiih!
Mengabaikan ekspresi wajah Eros yang cenderung tampak bingung lantaran perkataannya, Leony justru beringsut. Mendekati Eros yang masih duduk di tepi tempat tidur dengan memegang piring singkong tersebut. Lalu mengambil sepotong lainnya. Tanpa aba-aba ia mengarahkan makanan itu ke mulut Eros.
"Aaa ...," lirih Leony. "Buka mulutnya, Ros."
Entah patuh entah apa, yang pasti Eros benar-benar membuka mulutnya. Menyilakan Leony untuk kemudian menyuapkan singkong itu. Walau mungkin, itu tidak bisa benar-benar dikatakan menyuap. Lantaran potongan itu tertahan di antara dua bibir Eros.
Eros tak yakin. Tapi ....
Astaga!
Leony benar-benar beranjak demi menggigit potongan singkong rebus itu langsung dari bibir Eros!
Dan dengan teramat entengnya cewek itu mengunyah dengan mata memejam dan ekspresi yang tampak begitu menikmati. Bahkan tanpa sadar ia menggumam nikmat.
"Ehm ...."
Eros hanya bisa diam. Dengan sisa potongan singkong yang jatuh ke dalam mulutnya. Seperti bingung.
Sisa di mulut aku ini ... buat aku atau dia mau makannya juga?
Mata Eros membesar.
Eh?
Ketika singkong rebus itu sudah meluncur melewati tenggorokan Leony, matanya pun lantas membuka. Dengan berbinar-binar seperti baru saja mendapatkan sebongkah berlian paling langka di dunia. Wajah pun tampak berseri-seri pula.
"Tuh kan," kata Leony. "Yang dari bibir kamu kerasa enak, Ros." Ia tersenyum lebar. "Lagi dong, Ros."
"La-lagi?"
Eros tidak tau, sebenarnya sebanyak apa perubahan pada ibu hamil yang harus ia ketahui. Tidak hanya mengenai pantangan dan lain sebagainya, tapi yang lebih penting adalah keanehannya. Bagaimana bisa Leony yang tidak pernah melakukan hal seaneh itu justru meminta makan dari bibir ke bibir?
Wah!
Mereka sudah melewati fase pacaran ala bocah-bocah yang romantisan pakai mi goreng kan? Yang makan seuntai mi dari ujung yang berbeda. Hingga ketika mi tersebut habis, maka selanjutnya mereka saling memakan bibir satu sama lain?
Astaga!
Hanya saja, ingin mengenyahkan imajinasi yang mendadak saja tumbuh liar di benak Eros –namanya juga cowok-, ternyata menjadi hal yang sulit bagi dirinya. Lantaran di detik selanjutnya, Leony benar-benar kembali menginginkan singkong dari bibirnya lagi.
Ah, sudahlah!
Eros pun menyingkirkan piring singkong ke atas nakas. Kalau tadi ia membiarkan Leony sendiri untuk bertindak sesuai keinginannya, maka sekarang berbeda. Cowok itu mengambil inisiatifnya sendiri.
Eros menikmati sisa potongan singkong di dalam mulutnya dalam kunyahan yang cepat. Menelannya dan langsung beralih pada potongan lainnya.
Menahan singkong rebus itu di antara dua bibirnya, tanpa peringatan Eros mengulurkan satu tangannya. Demi meraih pinggang Leony. Menariknya. Hingga menarik kesiap kaget tertahan dari bibir istrinya itu.
Leony terkejut. Dengan kedua tangan yang langsung naik dan mendarat di dada Eros. Dengan mata yang membola. Dengan bibir yang membuka. Dengan ekspresi wajah yang terlihat alamiah sekali kagetnya.
"Eros ...."
Mata Eros berkedip sekali. Sedikit mengernyitkan dahi seraya melayangkan sorot yang terasa berbeda dalam pandangan Leony. Seperti tengah menantang, tapi juga terkesan menggoda.
Ya ampun!
Maka Leony meneguk ludah. Berusaha mendamaikan jantungnya yang mendadak berulah ketika Eros pelan-pelan menundukkan wajahnya. Mengarahkan singkong di bibirnya pada Leony.
Leony memejamkan matanya. Tepat ketika bibirnya yang membuka disentuh oleh makanan tersebut.
Leony menggigitnya. Mengunyahnya. Dengan irama yang pelan. Pun dengan Eros, yang turut melakukan hal yang sama.
Hingga pada akhirnya, sepotong singkong rebus berubah menjadi sekeping remahan yang tak berarti lagi, maka hal yang terpikirkan selanjutnya memang hanya ada satu. Bibir yang saling memakan bibir. Dalam kunyahan yang tentu saja ... berbeda.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top