25. Bantuan Dadakan

Dalam hitungan detik yang tak pasti, Eros mendapati bagaimana Leony menatap dirinya dengan tatapan yang berbinar-binar. Dan ya ampun. Senyum yang merekah di wajah cantik itu membuat Eros buru-buru harus menyadarkan dirinya sendiri. Bahwa jangan sampai ia terperangkap dalam rayuan Leony yang tak mungkin ia lakukan. Astaga. Ini peuyeum loh. Bukan tapai singkong biasa!

Maka tentu saja Eros buru-buru menyisihkan piring sarapannya.

Ya ampun.

Ini Leony bener-bener ya.

Masa masakin sepiring nasi goreng untuk nyogok aku buat peuyeum sih.

Berusaha untuk tetap lembut, Eros bertanya pada Leony. "Ehm ... peuyeum? Bukannya tape singkong, Ny?

Jujur saja, walau Eros ragu Leony bisa kesulitan membedakan antara peuyeum dan tapai singkong, setidaknya sedikit harapan itu muncul di benaknya. Siapa tau kan yang Leony maksud sebenarnya adalah tapai singkong? Atau tapai ketan juga tidak apa-apalah. Asalkan jangan peuyeum!

Namun, gelengan kepala Leony membuat setitik harapan itu musnah. Terutama karena ia berkata.

"Bukan, Ros. Emang peuyeum.yang aku mau. Yang biasa di jual orang di pinggir jalan. Yang biasa digantung-gantung itu loh. Tape singkong kan nggak bisa digantung. Kamu gimana sih? Masa sama peuyeum aja lupa. Hihihihi."

Astaga! Kikik Leony membuat Eros menganga persis seperti ia yang mendengar kikik Kuntilanak saja. Maka bukan hal aneh bila Eros mendapati bulu kuduknya meremang saat itu.

"Ny. Ny," lirih Eros lagi. "Ta-tapi, buat peuyeum nggak gampang loh."

"Nah di situlah perjuangannya, Ros!" tukas Leony kemudian. "Biar ntar kalau anak kita udah lahir, aku bisa ngomong ke Dedek kalau kamu itu benar-benar Papa yang keren. Apa aja permintaan Mama selama hamil selalu diturutin." Leony tersenyum lebar. "Bener kan?"

Ya ampun. Tentu saja Eros akan mengakui hal yang sebaliknya. Ia tidak mungkin bisa membuat peuyeum. Tapi, Leony langsung bangkit. Beranjak mendekatinya dan mendadak saja melabuhkan satu kecupan di pipi cowok itu. Hal yang sudah lama tidak ia dapatkan selama ini.

"Kamu pasti bisa, Ros."

Astaga. Kali ini Eros tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

*

Omen mengerutkan dahi ketika Eros datang pagi itu ke toko kopinya. Tampak tak seperti biasanya, Omen yang memang membantu Eros sejak merintis tempat usaha itu merasa ada sesuatu yang tengah dipikirkan oleh Eros. Maka Omen pun meninggalkan sejenak tempatnya, menarik Eros dan bertanya.

"Kenapa? Lesu amat muka kamu."

Eros mengembuskan napas panjang. Alih-alih langsung ke belakang dan menyiapkan bahan seperti biasanya, Eros justru duduk di kursi kasir. Pun dengan Omen yang turut menarik kursi lainnya.

"Leony, Men."

Dahi Omen mengerut. "Kenapa dengan Leony?" tanyanya lagi. "Dia baik-baik aja kan? Anak kalian baik-baik aja kan?"

Heran, tapi ketika itu Eros membuang napas panjangnya. "Kamu nggak kepikiran buat nanya keadaan aku aja? Ketimbang nanya keadaan Leony dan anak kami?"

"Eh?" Omen bingung. "Maksudnya?"

Terlihat semakin lesu, Eros menjawab. "Leony dan anak kami mah baik-baik aja. Tapi, aku yang terancam nggak baik-baik aja."

Omen masih tak mengerti. "Maksudnya?"

"Kayaknya Leony udah mulai ngidam deh, Men."

Jawaban itu membuat Omen mengembuskan napas leganya. Ia tampak geleng-geleng kepala sejenak dan lantas tertawa.

"Ya ampun. Aku pikir ada apaan. Taunya cuma ngidam. Hahahaha."

Eros melongo. "Cuma?" tanyanya horor. "Leony ngidam kamu bilang cuma? Kamu nggak tau kan dia ngidamnya apa?"

Menghentikan sejenak tawanya, Omen lantas bertanya dengan entengnya. "Apa?"

"Dia ngidam peuyeum."

"Eh?"

"Dan peuyeumnya harus aku yang buat. Mana nggak stres aku? Ya kali buat peuyeum. Aku kan nggak bisa. Buat peuyeum tuh butuh skill yang kebetulan aku nggak punya."

Tak menghiraukan ocehan panjang lebar Eros, Omen justru mengerutkan dahinya seperti tengan berpikir.

"Bentar deh," kata Omen kemudian. "Leony mau makan peuyeum?"

Kesal karena mendapatkan pertanyaan yang jelas-jelas sudah ia jelaskan, Eros hanya mengangguk sekali sebagai jawabannya. Dan itu membuat Omen melongo.

"Eh, bukannya cewek hamil nggak boleh makan peuyeum, tape, dan sejenisnya ya?"

Eros yang tadi tampak kesal, sekarang justru menampilkan ekspresi bingung. "Eh? Emangnya kenapa cewek hamil nggak boleh makan peuyeum dan sejenisnya?"

"Astaga, calon bapak," jawab Omen histeris. "Makanan kayak gitu kan dibuat pake ragi. Jadi ya ada kandungan alkoholnya gitu. Mana ada judulnya ibu hamil boleh makan makanan yang ada alkoholnya?"

Layaknya Eros yang baru saja memenangkan undian berhadiah jalan-jalan keliling dunia dan mendapat uang saku sebanyak lima milyar rupiah, wajah Eros seketika cerah. Ekspresi mukanya tampak berseri-seri. Terutama karena selanjutnya Omen kembali berkata.

"Salah-salah kandungan Leony bisa keguguran loh. Emang sih ada kandungan yang kuat. Tapi, ya mending jangan ngambil risiko lah. Itu nyawa anak kalian jadi taruhannya."

Eros sih memang keberatan dengan keinginan Leony yang memintanya membuat peuyeum. Tapi, perkataan Omen membuat ekspresi senang Eros tadi berubah menjadi ekspresi ketakutan.

Sial!

Ini bukan cuma tentang ingin melarikan diri dari tuntunan membuat peuyeum. Tapi, nyawa anaknya yang jadi taruhannya di sini.

"Astaga, Men," desis Eros ngeri. "Aku beneran nggak tau soal itu. Makasih udah ngasih tau."

Omen meringis. "Aku juga tau pas kakak aku hamil kemaren. Dia juga waktu itu mau makan tape gitu. Tapi, langsung dimarah dong sama Mama."

Dan Eros yakin, kalau orang tua mereka sampai tau kalau Leony ingin makan peuyeum, cewek itu pasti akan dimarah juga. Ah, berikut dengan dirinya pula. Karena berani bertaruh, ibunya pasti akan lebih menyalahkan dirinya ketimbang Leony.

Ck.

Untung banget ada Omen.

Maka Eros pun bangkit. Menepuk punggung Omen sekilas seraya mengucapkan terima kasihnya.

"Thanx, Men."

Terlepas dari kenyataan bahwa Eros memiliki alasan kuat untuk menghindari permintaan Leony, sekarang Eros justru memikirkan hal lain. Yaitu, pengganti peuyeum.

Astaga, tapi Eros tidak akan lupa bagaimana berharapnya mata Leony pagi tadi ketika ia mengatakan keinginannya. Dan Eros jamin. Leony pasti akan uring-uringan saat tau bahwa dirinya tidak bisa makan peuyeum saat ini.

Ampun dah.

Ngidam kok malah ngidam makanan yang nggak bisa dimakan sih?

Tak ingin mengambil risiko, Eros pada akhirnya tetap membeli singkong. Walau jelas tanpa ragi. Setidaknya Eros ingin meyakinkan Leony bahwa dirinya memang berniat untuk membuat peuyeum. Hanya saja, keadaan yang tidak memungkinkan.

Eros pulang lebih awal dari biasanya. Dengan satu kantung plastik singkong kuning mentega, ia masuk ke unit dan langsung menaruhnya di dapur. Tepat di saat itu Leony keluar dari kamar mandi. Berbalut handuk dan rambutnya tampak basah. Dan ia langsung menghampiri Eros ketika melihat singkong yang suaminya beli.

"Kamu mau buat sekarang, Ros?" tanya Leony antusias. "Ya ampun. Kamu baik banget."

Eros mengembuskan napas. Tak langsung menjawab pertanyaan Leony, cowok itu justru mengajak Leony untuk duduk di kursi meja makan. Sementara ia mengambil posisi berjongkok.

Eros akan selalu ingat bahwa emosi Leony memang sedang tidak stabil. Dan walau dirinya memang keberatan dengan ide membuat peuyeum, tapi tetap saja. Jauh di lubuk hati Eros yang terdalam, ia merasa tak tega karena harus merusak kebahagiaan Leony.

Ya ampun.

Kenapa peuyeum harus pake ragi coba kan?

Eros menarik napas dalam-dalam. Memegang kedua tangan Leony dan mengangkat wajahnya. Di dalam hati ia berdoa semoga Leony bisa mengerti.

"Ny," kata Eros kemudian. "Aku emang udah beli singkongnya. Tapi, aku nggak beli raginya."

Perkataan Eros tentu saja membuat Leony mengerutkan dahi. Wajahnya tampak meneleng ke satu sisi. Di sana, ekspresinya tampak bingung.

"Loh? Bukannya buat peuyeum itu pake ragi ya? Terus, kenapa kamu nggak beli raginya juga?"

Menahan tangan Leony, Eros pun menjawab. "Kamu lagi hamil, Ny. Dan kamu nggak boleh makan peuyeum."

Leony membeku. Ekspresi senang di wajahnya tampak berubah. "Loh? Ke-kenapa emangnya?" tanyanya terbata. "Ka-kamu nggak mau buatin peuyeumnya, Ros? Ini Dedek yang mau."

Tuh kan. Persis seperti dugaan Eros tadi. Sekarang mata Leony sudah tampak berkaca-kaca. Dan Eros yakin, dalam hitungan detik, air mata pun akan jatuh di pipi istrinya itu.

"Ny. Aku bukannya nggak mau buatin," kata Eros berusaha untuk tetap lembut. "Tuh buktinya aku beliin singkongnya. Tapi, aku juga baru tau. Ibu hamil nggak boleh makan peuyeum. Karena ada kandungan alkoholnya. Dan itu bisa membahayakan keselamatan Dedek."

Kalau tadi ekspresi wajah Leony tampak sedih, maka sekarang rautnya berubah ngeri. Mulut Leony menganga seraya matanya yang membesar.

"A-apa kamu bilang?" tanya Leony horor. "Bisa membahayakan keselamatan Dedek?"

Eros mengangguk. "Kamu bisa cek di Google deh. Ibu hamil disarankan buat nggak makan peuyeum, tape, dan yang sejenisnya. Itu bisa buat kamu keguguran. Kamu nggak mau kan Dedek kenapa-napa?"

"Ya ampun, Ros." Leony menutup mulutnya. "Aku nggak tau kalau peuyeum bisa buat Dedek kenapa-napa."

"Karena itu," lanjut Eros kemudian. "Aku bukannya nggak mau buat ...."

Walau jelas sih, Eros memang tidak mau. Hihihihi.

"Tapi, emang keadaan kamu yang nggak memungkinkan buat makan peuyeum. Jadi, gimana kalau peuyeumnya aku ganti aja? Singkongnya aku rebus aja ya?"

Ketika Eros menanyakan itu, di dalam hati ia pun memanjatkan doa. Sungguh. Ia tidak ingin lepas dari peuyeum, eh ... ia malah disuruh membuat makanan yang lebih parah lagi.

Please, Dek.

Singkong rebus aja ya, Dek.

Leony tampak berpikir sejenak. Tapi, sejurus kemudian anggukan kepala cewek itu membuat Eros merasa lega.

"Ya udah. Singkong rebus aja. Tapi, kamu yang masakin ya?"

Eros buru-buru mengangguk. "Siap, Ny, siap," jawabnya cepat. "Ini aku langsung rebus deh itu singkong."

Dan ingin membuktikan kata-katanya, Eros pun langsung bangkit. Beranjak dari sana dan berencana untuk langsung mengupas singkong tersebut. Namun, baru dua langkah kakinya berjalan, Eros mendapati tangannya yang ditahan Leony.

Leony mendekati Eros. Dan ketika suaminya itu masih meraba situasi, khawatir jangan-jangan Leony meminta hal lainnya, eh Eros justru mendapati Leony yang memeluk tubuhnya.

Eh?

Eros mengerjap-ngerjapkan mata. Tak ada angin tak ada hujan, tapi Leony memeluknya? Padahal jelas sekali, sudah lama mereka tidak berpelukan.

"Ny ...."

Leony mendaratkan wajahnya di dada Eros. Memejamkan mata dan tersenyum di sana.

"Makasih ya, Ros. Kamu udah nyelamatin Dedek. Kalau aja kamu nggak tau, pasti sekarang Dedek kenapa-napa."

Karena memang emosi ibu hamil tidak pernah bisa diprediksi. Ketika Eros mengira Leony baik-baik saja, yang terjadi justru sebaliknya. Tapi, eh ketika Eros mengira Leony akan marah, yang terjadi justru Leony merasa lega.

Eros mengembuskan napas panjang. Tanpa sadar ia tersenyum pula. Seraya mengusap punggung Leony ia mengangguk.

"Iya iya. Yang penting itu kamu dan Dedek baik-baik aja."

Menarik dirinya sedikit, Leony lantas mengangkat wajahnya. Melihat pada Eros. Dan matanya tampak begitu polos ketika berkata.

"Aku nggak tau apa yang bakal terjadi sama aku kalau kamu nggak ada, Ros."

Eros terkekeh. "Kalau aku nggak ada, ya ... Dedek juga nggak bakal ada dong."

Sontak, Leony terkekeh pula. Lebih dari itu, ia pun lantas tampak memberikan satu cubitan kecil di perut Eros. Tidak sakit, hingga cowok itu justru semakin tertawa.

Hingga kemudian, ketika pada akhirnya Leony beranjak ke kamar demi berpakaian, Eros tampak berjoget kegirangan. Dengan dua tangan yang terangkat, mengepal, ia pun melontarkan seruan tertahannya.

"Yes! Nggak jadi buat peuyeum. Nggak jadi buat peuyeum. Terima kasih ragi. Terima kasih alkohol."

Lalu, ia pun tertawa.

"Ha ha ha ha. Singkong rebus, I'm coming!"

Ckckck. Tapi, sungguh. Eros tidak pernah mengira bahwa merebus singkong bisa menjadi hal yang semenyenangkan ini. Dan itu hanya Leony yang bisa melakukannya. Hihihihi.

*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top