Tuesday : Balloon
Halilintar benci sekali dengan benda bernama balon, semua orang tentu saja tahu benar rahasia umum yang satu itu. Mendengar namanya saja bisa membuat bulu kuduknya berdiri, dirinya sama sekali tidak paham bagaimana bisa ada orang di dunia ini yang menyukai benda terkutuk itu.
Melihat hal itu, tentu saja tiga orang pembuat onar yang berada di rumah itu tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menjahili si sulung dengan benda tersebut. Mulai dari membangunkan Halilintar dari tidurnya dengan balon yang diletuskan dengan jarum hingga menggunakan balon-balon tersebut sebagai jimat agar pemuda itu tidak mendekati kamar mereka sedikitpun.
"Solar, memangnya kau tidak tertarik untuk mengganggu Halilintar?"
Dan kini nampaknya ketiga orang tersebut tengah memanipulasi seseorang untuk mengikuti aksi sesat mereka, seakan-akan kehadiran mereka bertiga saja belum cukup untuk mengusik kehidupan Halilintar.
Solar yang tengah asyik membaca buku pun melirik ke arah tiga makhluk yang berada di sekitarnya itu, helaan napas terdengar dari dirinya. "Aku mau saja, tapi setelah aku selesai membaca buku ini."
Mendengar hal itu, Blaze pun berkacak pinggang. "Hei Solar, mau sampai kapan kau menjadi kutu buku seperti ini? Memangnya kau tidak bosan menatap kertas-kertas itu? Ayolah, kali ini saja kau melakukan hal yang menyenangkan!"
"Iya, Solar! Aku jamin kamu tidak akan menyesalinya!" seru Taufan tanpa mengurangi rasa semangatnya sedikitpun, Thorn yang berada di sebelahnya pun mengangguk penuh antusias.
"Ayo, Solar! Kali ini saja!"
Solar pun berdecak sebelum akhirnya menyimpan buku bacaannya dengan baik, telinganya bisa pecah jika harus menghadapi tiga orang pembuat onar itu lebih lama lagi. "Baiklah, jadi aku harus apa?"
Kini mata ketiga saudaranya nampak berbinar, dengan penuh semangat Taufan pun memberikan sebuah balon kepada Solar. "Kau letuskan balon ini tepat di sebelah telinga Halilintar, kemudian lari secepat mungkin kembali ke kamarmu."
"Hanya itu saja?" Solar pun menyeringai, merasa mudah atas petunjuk ketiga orang itu. "Akan aku lakukan."
Saat Solar keluar dari ruangannya, Blaze pun terkekeh. "Kau kira semudah itu, hei Solar? Tentu saja tidak." Dirinya tersenyum licik sebelum mengajak kedua saudaranya itu untuk kembali ke kamar mereka masing-masing.
Kembali ke sisi Solar, dirinya saat ini sudah berada di kamar milik Halilintar. Dengan sebuah balon dan jarum di tangannya, dirinya pun mendekati Halilintar yang terlelap di atas ranjangnya.
"Ini akan mudah," gumam Solar sebelum mendekati pemuda itu dengan langkah perlahan, khawatir rencananya gagal.
Tepat saat diri memecahkan balon tersebut, terdengar suara pintu yang dibanting dengan cukup keras dan kemudian suara kunci yang diputar.
Kini Solar memasang ekspresi horor, dirinya telah dijebak oleh ketiga orang tersebut. Bulu kuduknya langsung berdiri begitu merasakan pergelangan tangannya ditahan oleh seseorang.
"Apa yang telah kau lakukan, Solar?"
Dengan takut, Solar menatap pemuda di hadapannya. "Ha-Hali, aku bisa jelaskan—"
Belum selesai dirinya berkata-kata, tiba-tiba Halilintar menarik tangannya dan langsung menindih tubuh ramping pemuda yang telah mengusik tidurnya itu. "Jelaskan apa, Solar? Jelas-jelas kau telah mengganggu waktu tidurku."
Dengan penuh tenaga, Solar mencoba untuk melepaskan diri. Namun tentu saja, hal itu tidak mungkin sebab Halilintar menduduki tubuhnya sambil menahan kedua pergelangan tangannya dengan erat di atas kasur.
"Ini semua karena TTM! Mereka yang memintaku untuk mengusikmu, salahkan saja mereka!" seru Solar panik sambil terus berusaha melepaskan diri.
Halilintar pun mendengus saat mendengar pembelaan diri dari Solar. "Untuk apa kau mengikuti ucapan mereka, Adik manis? Bukankah pada akhirnya mereka juga mengorbankan dirimu?"
"Aku tidak tahu kalau mereka akan menjebak ku di sini!" Solar masih bersusah payah untuk menyingkirkan Halilintar yang tenaganya sudah jelas jauh lebih besar dari dirinya.
"Aku rasa ... anak manis sepertimu harus mendapatkan pelajaran agar tidak mudah terhasut ajakan-ajakan seperti ini lagi kedepannya ... apa aku benar?"
"LEPASKAN AKU, HALILINTAR BAJINGAN SIALAN! TTM YANG HARUSNYA KAU SALAHKAN, BUKAN AKU!"
THE END
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top