(Vol. 1) 3rd Event: Cinderella (Bagian 4)
Ruang kelas tetap ramai seperti biasa, mereka terus mengobrol sebelum guru yang mengajar datang. Tidak ada yang peduli dengan event walau sudah dimulai, mereka hanya membicarakan hal-hal biasa pada umumnya.
Mungkin itu hanyalah cara mereka untuk santai supaya tidak terlalu memikirkan perang didepan mata. Siapa pun yang tidak mengetahui sistem penuh dari event ini akan bisa dipastikan 80% dropout dari sekolah.
Sayangnya para guru tidak memberitahu kami apa pun. Kecuali aturan umum, menyembunyikan peraturan-peraturan khusus yang bisa berakibat fatal. Orang yang mengetahuinya kemungkinan besar hanya Kelas D. Aku juga tidak akan terkejut kalau ada orang di kelas lain juga mengetahuinya.
Meskipun sudah satu bulan lebih bersekolah di sini, semuanya masih samar dan sulit dimengerti. Sekolah yang tidak pikir panjang untuk mengelurkan muridnya karena kurangnya popularitas, itulah SMA Amemayu.
Orang di depanku, Felly Andara, adalah salah satu dari murid yang mengetahui sistem event. Namun, dia memilih untuk menjual kelasnya sendiri dan entah bagaimana bermaksud naik ke kelas yang lebih tinggi dengan mengorbankan semuanya.
Gadis ini berbahaya, firasatku selalu menjerit ketika aku melihat wajah aslinya, tanpa topeng ramah seperti sekarang.
Dia mungkin tersenyum dan terus membantu orang-orang, akan tetapi dalam hatinya terus menahan kekesalan yang luar biasa.
Felly bahkan dengan terang-terangan mengungkapkan kalau dirinya muak dengan semua orang yang ada di kelas. Pasti akan sangat menyiksa berpura-pura baik di depan orang yang kamu benci.
"Kalau enggak salah habis pulang nanti, kelompoknya Yoga yang Kelas A bakalan tampil, 'kan?" Aku mendengar salah seorang gadis mengangkat topik event, akhirnya.
"Eh, beneran? Kalau gitu kita nonton yuk." Gadis lain menampilkan wajah antusias ketika mendengarnya, seolah mengetahui akan ada selebritis mengadakan konser di tengah kota.
Mereka berencana akan pergi, tetapi bukan untuk memahami event. Gadis-gadis itu hanya ingin menyaksikan penampilan orang yang katanya berada di posisi pertama laki-laki tampan kelas 1. Pemikiran nan sederhana, namun tidak bisa disalahkan.
Paling tidak mereka akan paham bagaimana mekanisme pentas jika menyaksikan pertunjukan tersebut ... mungkin.
"Aila, kamu pengen ikut nonton enggak?"
Pertanyaan yang datang barusan membuatku terkejut. Tentu saja, karena orang itu adalah Felly, dia bicara kepadaku seakan pertemuan beberapa hari lalu tidak pernah terjadi.
Aku tersadar saat panggilan keduanya, meski dia membenciku pasti akan sangat sulit untuk bicara sekarang. Namun, panggilannya harus segera aku tanggapi agar yang lain tidak heran, karena di mata mereka kami sudah akrab.
"Ah iya, mungkin aku bakalan nonton."
"Kalau gitu, mau bareng kami enggak?"
Sekali lagi Felly memberikan tawaran sambil tersenyum seperti biasa.
Aku baru ingin memikirkannya, tapi apa tidak apa ikut dengan mereka? Lagi pula ajakan Felly kali ini sungguh tidak biasa. Kelihatannya dia mau aku sedikit berinteraksi dengan orang lain sebelum dirinya menendangku keluar dari sekolah.
Bukankah itu terlalu kejam, memberi kesenangan sebelum akhirnya membiarkanku mendapatkan kesengsaraan.
Akan tetapi, sebenarnya ini adalah kesempatan bagus untuk berinteraksi dengan gadis-gadis di kelas. Paling tidak, mungkin aku akan mendapatkan satu atau dua teman.
Tidak, jangan pikirkan itu sekarang. Ada kemungkinan sesuatu sudah direncanakan Felly jika dia tiba-tiba mengajakku begini. Aku harus menolak, aku juga baru ingat kalau mau menyaksikan pentas bersama Tiara dan Daniel.
Melihat teman-teman Felly yang seertinya ikut, ekspresi mereka tidak senang. Wajar saja, karena selama ini aku bahkan sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan kelompok itu. Orang yang pernah berbicara denganku bisa dihitung dengan jari, sungguh menyedihkan.
"Kayaknya aku skip, deh. Soalnya aku bakalan nonton sama kelompokku." Aku membalas tatapan Felly, dia masih melukiskan senyuman malaikatnya.
Gadis itu mengerti, dia tidak mempermasalahkannya dan malah mengajakku untuk menonton jika ada waktu luang. Benar-benar sifat yang baik, andai saja aku tidak melihat wajah aslinya aku akan sangat senang.
Masih ada yang mengganjal, alasan Felly tiba-tiba menawarkan pergi bersama dengan kelompok anak perempuan sebenarnya masih membebani pikiranku, apakah dia punya rencana atau semacamnya?
Aku menghela napas, akhirnya bisa lepas dari tekanan tadi setelah mereka kembali dengan obrolan sendiri. Benar-benar melelahkan, Felly membuatku seolah menjadi anak yang benar-benar tertutup.
Dengan begini, keinginan untuk mencari teman di kelas sudah tidak ada harapan. Apalagi setelah menolak ajakan gadis paling populer. Selamat tinggal keinginanku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top