(Vol. 1) 2nd Event: Alice (Bagian 7)
16 Juli 2025
Di ruang kelas aku merasa sendirian lagi. Meskipun banyak murid di kelas, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan kelompoknya masing-masing. Masuk ke dalam grup chat sama sekali tidak membantu. Aku tidak bisa ikut dalam obrolan mereka karena terlalu takut dan malu.
Mungkin juga tidak ada yang sadar jika aku ada di dalam grup obrolan tersebut. Meratapi kegagalanku menjadi makhluk sosial ini sangat menyakitkan. Aku menundukan kepala sambil membenamkan wajah ke atas meja. Benar-benar potret yang menyedihkan.
"Eh, Vero. Tau enggak kalau kita bisa cek posisi temen yang ada dikontak kita pakai aplikasi Amemayu?"
"Gitu, ya?"
"Beneran? Kalau gitu bakalan bahaya dong jadinya. Aku jadi enggak mau ngasih kontak aku ke cowok."
Mendengar percakapan gadis-gadis di belakang hanya akan membuatku iri. Aku harap mereka tidak perlu berbicara sekeras itu. Bukankah tidak masalah jika hanya memberikan kontak kepada lawan jenis, lagipula di saat SMA ini adalah saat-saat di mana kita akan belajar mencari pasangan.
Tetapi, aplikasi yang dapat melacak posisi memang berbahaya, kita tidak akan tahu siapa dan punya niat apa orang ingin melacak posisi kita. Sepertinya para gadis SMA Amemayu akan lebih berhati-hati saat membagikan kontak mereka.
"Hari ini Pak Irfan telat lagi, ya?"
Suara itu datang dari depan, terdengar lembut dan hangat. Aku mengangkat kepalaku tuk memastikan orang itu. Wajah dengan senyuman ramah langsung menyambutku.
Tidak salah lagi orang itu ialah Felly. Aku baru ingat kalau dia duduk di depanku atau memang mungkin hanya aku yang tidak terlalu memperhatikan.
"Iya, kayak sudah kebiasaan."
"Kamu benar, padahal aku dengar di kelas lain Pak Irfan itu tepat waktu terus lo," balasnya sambil menaruh telunjuk didagu.
"Mungkin karena Pak Irfan wali kelas sini, jadi enggak terlalu mikirin kita."
"Harusnya Pak Irfan lebih mikirin kelasnya sendiri sih."
"Aku enggak tau deh kalau gitu," balasku tidak terlalu mengerti maksudnya.
Ini aneh, pembicaraan kami berjalan dengan lancar dan alami. Tidak ada rasa gugup atau lainnya muncul. Mungkin dengan begini aku bisa memiliki teman pertama yang ada di kelas. Kalau begitu aku tidak boleh melepaskan kesempatan dan terus mengobrol dengannya.
Sayangnya, Pak Irfan sudah datang dan membuat seisi kelas langsung diam. Kesempatanku hilang dalam sekejap mata. Bahkan Felly tidak mengatakan apa-apa lagi setelah guru itu berdiri dan menampilkan layar proyeksi.
Sepertinya aku harus menunggu waktu lain untuk berbincang dengan Felly dan membuatnya menjadi temanku.
"Musik adalah suatu susunan tinggi-rendah nada yang berjalan dalam waktu. Seperti yang kalian lihat dilayar ini, notasi musik menggambarkan waktu dalam arah horizontal dan tinggi-rendah nada dalam arah vertikal. Panjang pendeknya bunyi dapat digambarkan dengan simbol yang disebut not, dan jika diam akan digambarkan dengan simbol yang disebut tanda istirahat."
Pak Irfan menjelaskan tentang notasi musik, penjelasannya terkesan sederhana jadi mudah dipahami. Sepertinya itu tidak berlaku bagi anak-anak yang ada di belakang, mereka sama sekali tidak memperhatikan dan hanya memainkan smartphone di bawah meja dan bahkan ada yang tertidur dengan nyenyaknya di atas meja.
Dipikirkan lagi, meskipun sekolah ini bisa dikatakan sekolah elit, tetapi muridnya sama sekali tidak mencerminkan hal tersebut. Malahan semuanya seperti sekolah biasa yang aku lihat-lihat sebelumnya.
Ditambah lagi, guru-guru di sini sama sekali tidak menegurnya. Jika ini sekolah biasa, mungkin sesuatu akan terlempar ke arah murid yang tidur dan akan dipanggil ke ruang BK.
Bel istirahat makan siang berbunyi, membuat sebagian murid kembali bersemangat. Pelajaran Teori Musik sepertinya membuat mereka mengantuk.
Pak Irfan segera keluar setalah merapikan meja dan membawa barang-barangnya. Begitu juga dengan anak-anak yang ingin segera makan di kantin. Para siswi mulai berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
"Ada yang mau ikut kami ke kantin enggak?" tanya seorang siswi berambut panjang dengan poni rata.
Sebuah kesempatan untuk bisa mendapatkan teman baru. Aku harus segera mengangkat tangan dan bilang kalau ingin ikut. Keberhasilannya sangat tinggi, dengan begini aku bisa ikut masuk ke dalam faksi mereka. Tanpa pikir panjang aku sudah mengangkat setengah tanganku.
"Aku ...."
"Nopi, ayo cepet buruan!"
Kalimat tadi menghentikan ucapanku. Siswi yang dipanggil Vero itu berbalik tanpa melihat dan mendengarkan aku. Dia berjalan dengan cepat mengikuti teman-temannya di lorong, meninggalkanku yang masih mengangkat tangan. Gagal lagi, aku menggaruk kepala ke belakang untuk menyembunyikan rasa maluku.
Kemampuan komunikasi adalah senjata utama manusia di zaman sekarang. Jika pandai berbicara, seseorang dapat dengan mudah mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
Sebaliknya, bagi orang yang tidak bisa merangkai kata-kata akan menjadi manusia tertinggal dan hanya mengikuti arus masyarakat yang monoton.
Aku tidak mempunyai senjata seperti itu. Meratapi kegagalanku untuk ikut bergabung dengan kelompok Vero, aku membenturkan kepala ke meja. Benar-benar bodoh, seandainya tadi suaraku lebih lantang dia mungkin akan mendengarnya.
Padahal aku kira sudah mendapatkan kesempatan emas untuk menambah teman. Haah, menyedihkan sekali ....
Perutku berbunyi setelahnya, membuatku mengangkat kepala dan berhenti meratapi kegagalan tadi. Kakiku terus bergerak melewati lorong dan memikirkan menu apa yang cocok untuk mengganjal rasa lapar.
Aku tidak punya niat makan di kantin. Hanya akan ada rasa terkucilkan jika makan sendirian, jadi aku memutuskan akan kembali ke kelas memakannya. Itulah yang awalnya kupikirkan.
"Kamu emang enggak punya temen di kelas ya?"
Pertanyaan itu datang dari belakang, membuatku segera berbalik dan melihat sosok tersebut. Ternyata ada Tiara yang mengikuti dari belakang. Saat ini kami berada di lorong menuju kantin.
Ia bertanya tanpa memikirkan perasaanku, mendengar hal tadi sebenarnya membuat telingaku sakit. Melihat tangannya masih memainkan smartphone membuatku penasaran.
"Kamu lagi liatin apa?"
Wajahnya langsung berpaling ke arahku seakan terkejut. Sepertinya ia tidak pernah menduga kalau aku akan tertarik dengan apa yang dilakukannya. Lengkungan tipis terukir di ujung bibirnya, dengan tatapan sedikit mengejek Tiara menampilkan layar ponselnya.
Sebuah papan peringkat, dengan nama yang diurutkan dari 1 sampai 5. Di atasnya bertuliskan 'Peringkat Cowok Tampan SMA Amemayu Angkatan 2025' yang membuatku memiringkan kepala.
Rasanya aku mendengar ini kemarin. Lagipula apa ini? Kenapa bisa ada yang membuat hal memalukan begini? Pantas saja dua hari belakangan siswi-siswi di kelas ramai membicarakan anak laki-laki. Sebenarnya aku tidak tertarik. Namun, jika ini adalah apa yang biasa anak SMA lakukan rasanya aku harus ikut antusias.
Peringkat 1 dari Kelas A, Prayoga Ranjiwa. Posisi kedua Kelas E, Agrianto Putra. Anak Kelas E diurutan ketiga bernama Tony Wijaya. Di bawahnya dari kelasku, Doni Kumaida. Aku sudah tidak mau melihat lanjutannya jadi aku langsung menjauhkan wajahku dari layar smartphone milik Tiara.
"Kamu emangnya minat yang ginian, ya?" tanyaku skeptis.
Ia terkekeh pelan sambil menutupi mulutnya. Aku merasa Tiara kelihatannya sedang mengejekku. Apa mungkin gadis SMA harus lebih tertarik pada sesuatu seperti ini?
"Jelas dong, kamu kalau mau dapet temen mending mulai ikutan cewek yang bicarain cowok-cowok ganteng, deh."
Perubahan sikap Tiara sangat ketara daripada sebelumnya. Aku kira Tiara adalah gadis yang selalu bicara serius, ternyata ia bertingkah manis layaknya remaja perempuan umumnya. Ide yang diberikannya tidak buruk, mungkin aku akan mencoba nanti.
Murid yang berlalu lalang semakin banyak, membuatku tersadar akan tujuan awal. Jam di layar smartphone sudah menunjukan pukul 10.40, tinggal 20 menit lagi sebelum pelajaran berikutnya dimulai.
"Aku bakalan coba, deh. Oh iya! Aku duluan ya, takutnya enggak sempet lagi buat makan siang," ujarku sambil melambaikan tangan.
"Oke, bye-bye." Tiara membalas lambaian tanganku.
Evaluasi Murid SMA AMEMAYU (Juli-2025)
BIODATA PRIBADI
Nama
:
Aila Permata Putri
No. ID
:
1025-06-23
Tempat/Tanggal lahir
:
Yogyakarta/18 Maret 2010
KEMAMPUAN
Akademi
:
F
Akting
:
F
Menari
:
F
Musik
:
F
Suara
:
F
Sastra
:
F
EVALUASI
Aila Permata Putri, anak yang direkomendasikan oleh Santoso. Karena alasan itulah kami tidak dapat mengevaluasinya saat ujian masuk. Kami juga tidak mengetahui kemampuannya saat SD atau SMP. Alasan itu menjadi dasar kenapa seluruh kemampuannya berada pada rank F. Alasan penempatannya di kelas F karena kurangnya pengetahuan kami tentang bakat anak ini.
Tim Evaluasi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top