(Vol. 1) 2nd Event: Alice (Bagian 10)
09 Agustus 2025
Kenangan selama satu bulan memasuki sekolah ini berputar di ingatanku. Walaupun tidak semuanya, aku masih bisa mengingat jelas kejadian-kejadian menyenangkan yang membuatku melimpahkan rasa syukur dari lubuk hati terdalam.
Hari ini adalah hari latihan kelompok di daerah selatan sekolah di mana banyak studio kecil di sana. Jam weker menunjukan pukul 07.48, masih tersisa 12 menit sebelum waktu yang ditentukan. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap membersihkan badan.
Kakiku perlahan keluar dari pintu yang terbuka otomatis saat berjalan mendekatinya. Akhir pekan ini masih sama seperti biasa, banyak penghuni asrama yang beraktivitas di luar. Meski matahari sudah makin tinggi serta udara nan bertambah panas, tidak melunturkan semangat mereka berolahraga.
Aku berjalan santai memasuki taman, menuju arah bangku yang diteduhi oleh bermacam pohon. Meletakan badan ini di sana sambil meregangkan tubuh penatku memang yang terbaik.
Rasanya baru saja aku melepaskan pegal setelah beberapa malam kurang tidur. Sekarang tinggal menunggu mereka datang, semoga saja tidak ada yang terlambat.
"Kamu udah datang dari tadi, ya?" tanya seseorang di sampingku.
Perlahan aku membuka mata, menoleh ke samping kiri dan melihat sosok anak laki-laki menjatuhkan dirinya ke bangku panjang ini sehingga jarak kami tidak terlalu jauh.
Wajahnya juga tampak sedang mencoba santai, sepertinya dia juga menghadapi hari-hari berat. Helaan napas panjangnya membuatku berpikir kalau dirinya sedang kelelahan.
"Enggak kok, aku juga baru nyampe," balasku sambil berpaling darinya.
Daniel hanya mengangguk sambil mengeluarkan 'Oh' singkat.
Kelihatannya hanya dia saja yang datang tepat waktu. sekarang sudah hampir lewat 1 menit dari waktu yang dijanjikan. Anggota lain entah kenapa menurutku tidak terlalu peduli dengan apa yang akan kami hadapi. Padahal ini juga demi kebaikan bersma.
Sepertinya pengaruh Ryan di Kelas D sangat besar, sehingga bisa mengendalikan seisi kelas dan membuatnya menjadi penguasa mutlak. Dua anggota kami sepertinya dibatasi, apalagi dengan terang-terangan Felly berkata ingin mengeluarkanku dari sekolah, pasti ia akan bekerja sama dengan anak Kelas D yang satu anggota denganku.
Masih belum jelas aturan dari event ini, tapi jika menampilkan permainan yang buruk pasti hasilnya tidak akan baik.
"Apa mereka bakalan datang, ya?" Daniel sambil mendongkakkan kepala ke atas, menatapi langit yang terhalang beberapa ranting. Keraguannya tadi terdengar jelas.
Kalau aku menjawab jujur, sama sekali tidak ada jawaban yang pasti. Semuanya masih abu-abu dan kami belum pernah bertemu dengan mereka. Pengetahuan yang kurang memang merepotkan, tidak bisa dipungkiri aku kurang bisa menebak orang seperti apa dua anggota lainnya.
"Aku enggak tau, deh."
Hanya jawaban itu yang keluar dari mulutku. Aku berharap mereka datang sehingga bisa sedikit mendapat informasi tentang Kelas D. Pengetahuanku tentang kelas lain benar-benar minim.
Meskipun begitu, Kelas B bisa dibilang sebagai pengecualian. Dari yang aku lihat saat memasuki ruangan mereka, orang-orang di sana terkesan ramah dan baik.
"Ngomong-ngomong nih, Aila. Kamu kenapa milih keytar?"
Sudah pasti suatu saat pertanyaan seperti itu akan datang. Sekarang aku harus menjawab bagaimana, ya?
Kalau perkataanku kurang meyakinkan pasti dia akan mengusulkan untuk mengganti instrumen. Sayangnya aku sudah membeli keytar dengan biaya yang tidak sedikit, akan menyedihkan jika tidak bisa memainkannya.
"Soalnya dulu aku pernah ikut les piano," ucapku sambil menatap ke arahnya.
Wajahnya berpaling sehingga kami saling menatap. Matanya yang sipit itu memandang dengan tajam, entah kenapa rasanya membuatku sedikit gugup. Daniel bisa dibilang memiliki struktur muka yang lumayan, aku tidak begitu mengerti selera orang lain tapi bagiku dia menarik dengan caranya sendiri.
Tunggu, pembicaraannya denganku terkesan lancar dan sangat alami, seperti aliran sungai yang tenang. Mungkin aku bisa menjalin hubungan pertemanan yang cukup baik dengannya.
Sepertinya kemampuanku untuk berkomunikasi sudah sedikit membaik. Dalam satu bulan akhirnya ada kemajuan walaupun tidak signifikan.
"Bagus dong kalau gitu. Ada kamu sama Tiara. Kalau anak Kelas D kayanya juga lumayan bisa main bass."
"Kamu seharusnya khawatirin permainan kamu, deh," ujarku sambil tertawa pelan.
Mendengar itu Daniel terdiam, aku tidak sengaja mengatakan sesuatu yang sarkastik. Namun, akhirnya dia tertawa dan mengakui kalau dirinya memang harus berlatih dengan keras, sebab kemampuannya bermain gitar benar-benar dari nol.
Mungkin akan sangat sulit, tapi aku akan bertaruh padanya saat event nanti. Semoga Daniel bisa memainkan nada-nada yang tidak rumit dalam beberapa hari latihan.
Waktu yang kami miliki tidak terlalu banyak. Senin ini event sudah dimulai dan berakhir pada 26 Agustus. Hanya ada 16 hari, bukan jangka yang panjang.
Jadi kami terpaksa harus menguasai alat musik dalam waktu singkat, belum lagi lagu yang akan dibawakan. Aku benar-benar berharap anggota dari Kelas D akan datang hari ini.
"Sebenarnya, aku emang enggak pernah megang alat musik, sih."
Daniel memalingkan wajahnya lagi, kepalanya sedikit tertunduk. Mungkin dia mengira masuk ke SMA Amemayu adalah awal untuk meraih mimpi, tapi ternyata mimpi itu bisa berakhir kapan saja jika gagal dalam sebuah event. Belum lagi ancaman dropout jika popularitas yang kita miliki berada pada angka nol.
Mungkin dibalik senyuman itu, dia merasa tertekan. Memang berat rasanya jika kita harus menguasai sesuatu dalam waktu singkat. Ditambah lagi ada anggota lain yang lumayan berpengalaman daripada dia. Daniel pasti merasa terbebani karena menurutnya dia akan menjadi penghambat kami.
"Daniel, aku boleh tanya sesuatu enggak?"
"Boleh kok, tanya aja."
Sifatnya lebih tenang daripada yang aku kira, syukurlah dia tidak murung. Sebenarnya aku sedikit penasaran kenapa Daniel memilih sekolah yang lebih fokus pada bidang kesenian. Penempatannya di Kelas B juga sedikit mengherankan, sebab kemampuan musiknya yang payah membuat pikiranku mengganjal.
Ada kemungkinan penempatan kelas bukan hanya dari kemampuan atau mungkin dia lebih berbakat dibidang lain. Semuanya masih samar dan aku hanya bisa berasumsi.
"Kenapa kamu masuk ke sekolah ini?"
Pertanyaan yang bersifat personal, biasanya orang tidak akan memberikan jawaban sesungguhnya pada orang yang baru ditemui, tapi ada beberapa yang akan menjawab dengan jujur. Melihat dari sifat dan tingkah laku Daniel, aku bisa menganggap dia adalah tipe orang yang seperti itu.
"Tentu aja buat jadi pesulap terkenal," balasnya dengan bangga.
Aku tidak mendapatkan jawaban yang sesungguhnya. Meskipun sekilas, terlihat urat nadi muncul didahinya, jelas sekali bahwa dia sedang berbohong.
Memang sulit untuk mempercayai orang yang baru ditemui, jadi aku akan menganggapnya wajar jika Daniel tidak mau mengatakan alasan sebenarnya masuk ke SMA Amemayu.
"Wow, hebat banget dong. Semangat, ya!" Dengan suara datar aku memberinya dorongan.
Beberapa langkah kaki terdengar, dari arah asrama aku bisa melihat tiga orang sedang mendekat kemari. Mereka sepertinya adalah anggota kelompok kami, karena ada Tiara di sana.
Untunglah mereka datang, meskipun sudah lewat 8 menit semenjak waktu yang ditentukan tadi. Daniel langsung menyambut mereka dengan gaya eksentrik, membuat Tiara langsung menutup mukanya yang agak memerah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top