(Vol. 1) 1st Event: Dr. Jekyll & Mr. Hyde (Bagian 4)
05 Agustus 2025
"La, kamu mikirin apa sih?"
Pertanyaan Felly barusan membuyarkan lamunanku. Kami sudah berada di depan kelas. Meskipun jam istirahat masih lama, sudah banyak murid yang berada di dalam sana. Bahkan murid baru yang diperkenalkan kemarin masih diam di tempat duduknya, sepeti tidak berpindah dari saat pelajaran pagi tadi berakhir.
"Eh, enggak mikirin apa-apa kok," balasku segera memalingkan wajah.
Sepertinya jawabanku tadi tidak memuaskan Felly, dia masih menatap penuh penasaran. Untungnya dia tidak bertanya lagi, mungkin dirinya paham kalau aku tidak mau membahasnya. Bagus Felly, kamu benar-benar siswi baik yang memiliki hati seperti malaikat nan pengertian.
"Teman-teman, bisa minta waktunya sebentar?" tanya Felly di depan kelas.
Kertas yang tadi kubawa diletakkan di atas meja, bersamaan dengan tumpukan yang juga dibawa Felly. Semua orang langsung mendengarkan dan mengalihkan perhatian mereka kepada siswi dengan aura disukai oleh siapa pun.
Meskipun begitu masih ada beberapa anak yang acuh tak acuh dengan permintaan Felly.
"Pak Irfan kemarin bilang kita harus ikut ekskul supaya popularitas kita bisa naik sedikit. Jadi aku bawain formulirnya. Kalian isi ya, terus nanti kumpulin lagi ke aku habis istirahat makan siang," jelasnya sambil tersenyum.
"Buat apa kita nurutin orang yang enggak pantes jadi guru itu?"
"Bener tuh, lagian dia juga udah boongin kita pas awal-awal masuk. Kita ikut ekskul belum tentu sih kita bisa naikin popularitas."
Dua anak laki-laki yang sedang duduk di belakang bersama kelompoknya memberikan pendapat. Tidak salah menurutku, semua orang harus lebih berhati-hati dengan omongan Pak Irfan. Kita tidak tahu apa yang dikatakannya adalah kebenaran atau hanya tipuan.
Tidak lama setelah itu, argumen-argumen lain bermunculan. Meskipun banyak tapi jika dikerucutkan isi pemikiran mereka menjadi satu, yaitu tidak mau mengikuti ekskul karena belum tentu Pak Irfan mengatakan yang sebenarnya.
Aku setengah setuju dan juga setengah tidak. Keraguanku ini timbul setelah mendengar saran dari anggota OSIS sebelumnya.
"Kalau kita enggak masuk ekskul kita bakalan kena DO. Aku gak mau temen sekelasku ada yang di DO," kata Felly khawatir.
Semuanya sontak diam, tidak ada lagi yang berucap. Suara Felly yang sedikit sedih itu sepertinya bisa mempengaruhi perasaan mereka. Kebanyakan anak perempuan mengerti dengan apa yang ingin disampaikan oleh Felly.
Perasaannya begitu tulus tanpa dusta. Di zaman sekarang ini, sangat jarang manusia peduli dengan sesama mereka.
"Kalau gitu, apa kamu ada jaminan kita semua enggak bakalan kena DO?" pertanyaan itu datang dari murid baru.
Respon kaget Felly tidak bisa disembunyikan. Dia tidak pernah menduga pertanyaan itu akan muncul. Jika dirinya berani mengatakan hal tadi, seharusnya dia juga mempersiapkan jawaban untuk segala kemungkinan.
Aku rasa kekurangan Felly hanyalah kurang persiapan. Andai saja dia berpikir beberapa langkah ke depan, mungkin dia akan menjadi sosok yang benar-benar bisa mempengaruhi semua orang dengan kemampaun bicaranya.
"Iya, bener tuh. Emang kamu bisa jamin?"
"Kalau kamu bisa jamin kami bakalan ikut ekskul, deh."
Penolakan demi penolakan timbul, reaksi mereka malah berubah drastis. Anak baru itu benar-benar bisa mengacaukan arus yang sedang Felly coba lewati.
Jika terus begini, gadis itu akan kalah. Harus ada sedikit dorongan supaya dia kembali melawan dan dapat memenangkan pertarungan ini. Apakah aku harus ikut dalam medan ini?
"Kalian akan benar-benar DO lebih cepat daripada yang kukira, ya?"
Suara barusan sukses membuat kami menoleh ke arah pintu. Terlihat sosok yang membuat kelas ini menjadi gerah, siapa lagi kalau bukan Pak Irfan. Ia bersandar di sana, dengan bibir datar yang menyebalkan dan terlihat begitu santai. Entah apa yang ia inginkan, padahal hari ini dirinya tidak mengajar di Kelas F.
Anak-anak yang menolak ajakan Felly tadi tampak jengkel. Rasanya mereka seperti tidak ingin melihat wajah pria itu. Kedatangannya akan membuat perdebatan ini berakhir, karena dia sendiri yang akan mengonfirmasi apakah ikut ekskul mempengaruhi popularitas atau tidak.
"Ikut ekskul atau tidak, itu terserah kalian. Lagi pula, yang akan menerima hukumannya adalah kalian sendiri. Aku hanya memberitahu tentang peraturan tidak tertulis di sekolah ini." Pak Irfan kurang bersemangat seperti biasa berjalan ke arah kami.
Ia kini sudah berada di dekatku dan Felly, mengambil selembar kertas ekskul dan membalikkan badannya untuk kembali keluar. Aku sama sekali tidak mengerti dengan Pak Irfan. Lagi pula kehadirannya juga tidak pernah diduga oleh siapapun.
"Aila Permata Putri, harap segera ke ruanganku untuk mengisi formulir ini." Pak Irfan menengok ke arahku sembari terus berjalan.
Entah apa yang sebenarnya ia mau. Kelihatannya tidak ada pilihan lain kecuali untuk menuruti apa yang ia katakan. Aku mengikutinya setelah Felly mengatakan kalau dia akan baik-baik saja.
Walaupun masih ada sedikit kekhawatiran di hatiku. Anak baru itu kelihatannya sangat berbahaya, ia bisa mengacaukan situasi hanya dengan sedikit kata-kata. Semoga kamu bisa meyakinkan mereka, Felly.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top