Part 1
.
.
.
Belum sehari menjadi murid pindahan dan Joonghyuk sudah menjadi sangat populer. Tentu saja berkat wajah tampan dan sifatnya yang bisa dibilang keren, menurut survei dari para siswi. Kau mendengkus kasar, kesal karena pemuda itu pula yang telah merebut teman masa kecilnya selama jam istirahat berlangsung.
Padahal, kau hanya menoleh sepersekian menit. Tetapi, keberadaan kedua pemuda itu telah hilang. Di mana kau harus mencarinya? Sekolah ini cukup besar dan kau terlalu malas untuk menelusuri tiap koridor dan ruangan. Belum sempat kau menyelesaikan gerutuanmu, sosok besar telah berada di depan mejamu. Kau menengadah, irismu membesar ketika mendapati sang pelaku.
Sontak saja, kau menggebrak meja, "KAU!"
Kau berseru dengan suara lantang sembari menunjuknya tanpa malu. Sekarang, kau dan Yoo Joonghyuk menjadi pusat perhatian kelas. Walaupun awalnya, hanya sang pemuda saja. Joonghyuk menahan emosinya di balik wajah datarnya, lalu mencubit pipimu.
"Ayo pergi ke atap," ajaknya dingin. Tanpa persetujuan, ia pun menarik dirimu bersamanya. Meskipun kau ingin melepaskan diri, tapi kekuatan lelaki itu terlalu besar. Membuatmu sedikit terkejut.
Apa-apaan ini? Biasanya aku yang menang kalau soal berkelahi dan kekuatan. Tapi, dia ...
"Joonghyuk! [Name]!" seru suara familiar yang tergesa-gesa. Nampak Kim Dokja baru saja mencoba mengejar pemuda yang unggul dalam atletik itu, tetapi memutuskan untuk menyerah dan beristirahat di tangga. Dokja menetralkan kembali nafasnya, lantas ia melirik ke arahmu. Ia melotot seraya berbisik, "Kenapa kau tiba-tiba ditariknya, sih?"
"Ya, mana aku tahu! Lagian, kau juga kenapa bisa mendadak hilang, sih? Kau tidak dianiaya tiba-tiba olehnya, 'kan?"
Kemudian, Joonghyuk menarik kalian berdua tanpa persetujuan menuju ke atap. Ia pun melepaskannya dengan sangat tidak santai dan memberikan tatapan tak bersahabat. Joonghyuk pun membuka mulut setelah berhasil menahan emosinya sedari tadi, "Katakan."
"Y-ya?" Dokja mengerjap.
"Huh?" Kau mengeryit.
"Kenapa kalian berdua sedari tadi menatapku seperti itu, hah?" tanya Joonghyuk, suasananya mulai berubah seperti tengah diinterogasi. Wajah Dokja memerah sejenak, tetapi ia mampu kembali menormalkan detak jantungnya dan memutuskan untuk tertawa canggung. Sementara kau, menatap kedua insan itu dengan wajah datar.
"Tidak ada apa-apa, kok. Wajahmu cukup mirip saja dengan karakter novel yang kubaca," jawab Dokja enteng.
Artinya, ia mengakui kalau Yoo Joonghyuk itu tampan.
Kau mendengkus kasar, mendekap kedua tangan dan menatap Joonghyuk tanpa rasa takut, "Oh, aku kesal padamu jadi ingin melabrakmu."
"Oi!"
Dokja menjitakmu, kesabarannya telah habis. Lantas, ia memasang senyum tak bersalah kepada Joonghyuk. Tawa yang keluar dari mulutnya semakin tidak natural sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Ahahaha, maafkan anak ini, ya, Joonghyuk. Bercandanya memang biasanya sering kelewatan."
Kau mengaduh kesakitan dalam hati, menuntut teman masa kecilmu itu dengan geram. Bisa-bisanya kau lebih membela anak baru itu daripada temanmu yang dari lahir ini?! batinmu kesal.
"Hm, kalian berdua."
Mendengar suara bariton yang makin memberat itu, kau dan Dokja hanya mampu terdiam mengikuti suasana berat ini. Joonghyuk menatap tajam di balik iris hitamnya, lalu kembali mengangkat suara dan menunjuk ke arah lantai, "Duduk."
Titah yang diberikan tanpa rasa hormat sama sekali itu membuat Dokja mengulas senyum. Namun, kau tahu kalau senyum itu adalah tanda ia menahan amarah. Daripada Dokja yang mengikuti titah abal-abal dari pemuda itu. Kau pun memutuskan untuk duduk di lantai tangga menuju atap.
"Padahal kau baru pindah di sini, tapi sudah tahu denahnya, ya? Enak sekali, ya, merebut teman orang," sarkasmu pada Joonghyuk seraya melipat kedua tanganmu.
Joonghyuk mengernyit, tidak suka. Ia membalas, "Kau juga. Padahal kita baru bertemu, tapi sudah terlihat sangat membenciku. Makan apa kau di rumah, hah?"
Tanganmu mengepal mendengar balasan mulus dari sang pemuda tampan itu. Tak tahan lagi, kau pun bangkit dan berdiri, lekas saja memeluk Dokja tanpa aba-aba. Sebelah alis Dokja terangkat, menatap bingung dirimu yang tiba-tiba protektif. Sesekali, ia memasang wajah, 'yang benar saja?' ketika melihat kalian berdua.
"Kim Dokja punyaku. Kalau kau mau mempekerjakan orang lain sebagai tour guide pribadimu, silahkan cari orang lain saja. Selamat tinggal," pamitmu dan memaksa Dokja untuk turun dari tangga.
Kau berhenti sejenak lalu berteriak, "ーoh. Dan jangan cari kami lagi!" Sebelum akhirnya, meninggalkan tempat menuju atap sepenuhnya.
Joonghyuk terdiam di tempat, wajahnya kian memasam. Ia baru saja tertarik untuk berteman dengan seseorang, tetapi ternyata ada pawangnya. Lagipula, mereka tidak adil. Mereka duluan yang menatapnya dengan intens. Kalau begitu, mengapa tidak, ia menaklukkan keduanya?
Untuk yang pertama kalinya, pemuda itu merasa ia menemukan tantangan baru sekaligus aneh.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top